Second Victim

2K 220 13
                                    

Second Victim

Madam Pomfrey hampir mengamuk, mengetahui keadaan Harrieta. Menumbuhkan tulang adalah urusan yang sangat menyakitkan. Ia pun meminta Harrieta meminum ramuan Skele-grow. "Terima kasih Draco"kata Harrieta. Draco mengangguk. "Hei, bisakah aku lebih dekat denganmu, seperti dengan Daphne dan Granger"pinta Draco.

"Draco, Aku juga ingin seperti itu tapi banyak yang perlu dibicarakan. Seperti apa aku bisa mempercayaimu?" balas Harrieta. Draco menatapnya bingung. "Biar aku ingatkan, Aku gadis-yang-bertahan-hidup. Gadis yang melenyapkan kau-tahu-siapa. Sedangkan kau pewaris keluarga Malfoy, pengikut setia Kau-tahu-siapa. Persahabatan kita akan memiliki resiko. Nyawamu dan keluargamu yang akan menjadi taruhannya"kata Harrieta mengungkapkan fakta pada Draco. Pangeran Slytherin itu menarik nafas. Apa yang dikatakan Harrieta ada benarnya. Persahabatan mereka akan memiliki banyak resiko.

"Aku menawarkan pertemanan padamu walau tidak sama seperti Daphne dan Hermione"kata Harrieta. Draco terdiam entah bagaimana caranya ia harus mendapatkan kepercayaan gadis yang tengah berada di Hospital Wings ini. Madam Pomfrey pun mengusir Draco dari Hospital wings. Dalam perjalanannya menuju asrama Slytherin, pewaris Malfoy itu banyak berpikir. Kenapa ia sekeras ini mendekati gadis pemilik nama Potter tersebut. Draco menyukai bola mata jamrud gadis itu, sejak pertemuan pertama mereka. Ia ingin berteman dengan gadis itu. Menjadi tempat bagi gadis itu untuk bercerita.

Selama musim panas lalu, ajakannya untuk bertemu di tolak oleh Harrieta. Ia beruntung gadis itu masih mau membalas surat - suratnya. Apa yang dikatakan Harrieta benar. Jika Harrieta menerima persahabatanya, dengan status Harrieta sebagai gadis yang bertahan hidup dan ia sebagai putra death di pastikan, akan ada masanya ia harus memilih antara Harrieta dan Dark Lord. Jika itu terjadi, entalah ia tidak tahu harus melakukan apa.

Timeskip,

Harrieta terbangun, saat jam menunjukkan tengah malam. Dobby muncul di ujung tempat tidurnya. "Harrieta Potter tidak mendengarkan perkataan Dobby. Hogwarts berbahaya bagi nona Harrieta Potter"kata Peri rumah itu.

"Dobby"Bisik Harrieta yang tak ingin membangunkan Madam Pomfrey. "Aku aman". Peri rumah itu pun mendekati Harrieta. "Tapi Hogwarts berbahaya. Nona Harrieta Potter tidak bisa melindungi dirinya dari Bludger yang Dobby mantrai"kata Peri rumah itu. Kedua mata Harrieta terbukan lebar. "Kau berniat membunuhku?"kata Harrieta kaget.

"Dobby tidak berniat membunuh Harrieta Potter. Dobby hanya ingin melukai Harrieta Potter agar di kirim kembali ke rumah"kata Dobby. Harrieta menarik nafas panjang. "Dobby sebenarnya apa yang terjadi?"tanya Harrieta yang ingin tahu kenapa peri rumah ini bersemangat sekali ingin ia pulang.

Peri rumah itu menggelengkan kepalanya kuat - kuat. "Dobby adalah peri rumah keluarga Malfoy. Dobby mendengarkan hal yang tak dapat dibicarakan."kata Dobby yang tiba - tiba menghilang. Dari jauh, Harrieta bisa mendengar suara langkah tak hanya satu orang namun beberapa orang. Harrieta pun segera pura - pura tidur.

"Albus, apa yang terjadi?"tanya Madam Pomfrey.

"Poppy, Tuan Creveey membeku sama seperti Miss Norris"jawab Professor McGonagall.

"Oh My"kata Madam Pomfrey.

"Albus, Tuan Colin membeku saat ia sedang memegang kameranya. Bisakah kita periksa? Siapa tahu ia memotret pelakunya"usul Professor McGonagall.

Mengikuti usul dari kepala asrama Gryffindor itu, Albus Dumbledore membuka kamera Colin untuk melihat apakah ada foto yang terpotret. Sayangnya, begitu kepala sekolah Hogwarts itu membuka kamera, Kamera itu mengeluarkan asap. "Albus apa artinya ini?"tanya Minerva MicGonagall.

"Artinya Minerva, kamar rahasia sudah terbuka lagi"jawab Professor Dumbledore.

Keesokan harinya, Daphne dan Hermione mengunjunginya di Hospital wings. Mereka menanyakan kabar dari sahabat mereka itu. Begitu dua orang sahabatnya itu berkumpul Harrieta langsung memasang mantera peredam. Ia pun mulai menceritakan tentang Dobby dan tentang kamar rahasia.

"Aku tahu, Monster apa yang ada di kamar rahasia"kata Harrieta. Daphne dan Hermione memandangnya. "Basilik. Itu kemungkinanya. "kata Harrieta.

"Dan kau tidak tahu bagaimana kita masuk dan letak kamar rahasia?"kata Daphne. Harrieta menggelengkan kepalanya. "Setidaknya, kita harus mencari tahu tentang Basilik. Aku akan mengunjungi perpustakaan"kata Hermione.

Harrieta pun menurunkan mantra peredam suaranya saat Madam Pomfrey mengizinkannya kembali ke asrama. Sekembalinya Harrieta dan Daphne ke asrama. Blaise Zabini sudah menunggu mereka, lebih tepatnya ia menunggu Harrieta. "Potter, bisa kita bicara"kata penyihir yang memiliki darah Italia tersebut. Harrieta mengangguk dan mengikuti Zabini.

Blaise Zabini membawa Harrieta ke halaman Hogwarts. Ia pun memasang mantera peredam suara. "Aku ingin bicara tentang Malfoy."kata Zabini. Harrieta pun paham arah pembicaraan Zabini.

"Katakan"kata Harrieta.

"Draco ingin dekat denganmu,Potter. Ia tidak pernah sekhawatir itu pada orang lain semalam. Aku tidak mengerti kenapa kau menolaknya"kata penyihir berkulit eksotis itu. Harrieta menarik nafas. "Zabini, Aku menawarkan pertemanan pada Draco. Aku tidak bisa mengizinkan Draco melangkah lebih dari itu. Selama aku tidak tahu apa ia bisa dipercaya atau tidak"balas Harrieta. Blaise Zabini sepertinya paham maksud perkataan Harrieta. "Jadi jika ia bisa membuktikan dirinya bisa dipercaya, Kau bisa mengizinkannya melangkah lebih jauh lagi."kata Zabini.

"Aku pertimbangkan"jawab Harrieta.

Another IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang