Three and Fourth Victim
Harrieta memberitahu Daphne tentang buku yang ia temukan. Hilangnya Hocrux, membuat Harrieta stress. Ia tidak bisa fokus menghadapi apa pun. Ia khawatir. Perubahan Harrieta ini bisa dirasakan oleh teman - teman satu asramanya. Mereka hanya bisa menebak buku yang di ambil Weasel itu sangat berharga bagi Harrieta hingga ia bisa uring - uringan seperti itu. Draco pun bertekad ingin mendapatkan buku itu kembali, meskipun Harrieta mengatakan tidak perlu. Oleh karena itu, Draco bersama Crabbe dan Goyle akan melabrak gadis itu.
Ketidakfokusan Harrieta juga membuat khawatir rekan satu tim Quindditchnya. Hari ini pertandingan Slytherin melawan Ravenclaw. Harrieta yang sudah mengenakan seragam Quindditchnya berjalan ke lapangan Quindditch bersama dengan Daphne. Professor Snape dan Professor Flitzwick menghentikan mereka. "Nona Potter dan Nona Greengrass, Tolong ikut aku dan pertandingan Quindditch hari ini telah dibatalkan"kata Professor Snape.
Kepala Asrama Slytherin itu membawa dua ularnya menuju Hospital Wings. "Nona Granger telah membeku"kata Kepala Asrama mereka. Informasi dari Professor Snape itu membuat kedua gadis itu melangkah cepat ke Hospital Wings. Mereka mendapati sahabat mereka telah membeku. Sebuah cermin kecil ada didekatnya. "Jangan khawatir, Mandrake milik professor Sprout sebentar lagi akan dewasa"kata Madam Pomfrey berusaha menenangkan anak - anak itu.
Pintu Hospital Wing terbuka kembali. Draco,Crabbe dan Goyle muncul dengan sebuah kutukan terjadi pada mereka. "Ada apa?"tanya Daphne.
"Malfoy melabrak Weasel dan menuntutnya mengembalikan buku milik Harrieta"jawab Goyle yang mendapat pelototan dari Draco. "Sudah ku bilang, tidak apa"kata Harrieta.
"Tapi emosimu naik turun semenjak, tasmu di buka"jawab Draco.
"Aku punya alasanku sendiri"jawab Harrieta. "Beristirahatlah aku akan kembali ke asrama".
Timeskip
Saat makan malam, sebuah serangan terjadi lagi. Kali ini Ginny Weasley telah dibawa ke kamar rahasia lengkap dengan tulisan darah. Harrieta pun tidak bisa lagi diam. Otaknya berpikir dan menebak. Ia menduga kamar rahasia pasti berhubungan dengan kamar mandi karena pipa yang digunakan Basilik untuk bergerak.
"Harrieta?"panggil Daphne.
"Sepertinya aku tahu, Pintu kamar rahasia"bisik Harrieta. Daphne dan Harrieta pun segera mengunjungi kamar mandi wanita di lantai dua. "Serius, Kamar mandi wanita"kata Daphne. Harrieta mengangguk. Jari jemarinya menyisiri keran hingga menemukan ukiran ular. "Untuk apa Slytherin disini?"tanya Seseorang. Ron Weasley dan Dean Thomas dengan tongkat mereka teracung ke Professor Lockhart.
"Kalian minta bantuan Lockhart. Ia tidak bisa apa - apa. Ia hanya bisa jampi memori dan seluruh bukunya adalah palsu hasil dari jampi memorinya."kata Harrieta. Ia pun mengucapkan kata Buka dalam Parseltounge. Ron dan Dean terkejut. "Kau Parselmouth? Kau pewaris Slytherin"kata Dean.
Keran itu pun terbuka lebar menunjukkan jalan menuju kamar rahasia. "Idiot, apa kau pikir semua orang yang bisa parselmouth adala pewaris Slytherin"kata Daphne.
"Ada yang mau uji coba masuk kedalam"tawar Harrieta. Ron pun mendorong Lockhart. Setelah teriakan Lockhart dan pernyataan bahwa ia masih hidup, Dimulai dari Harrieta yang terjun duluan. Ketiga siswa siswi Hogwarts itu pun mengikuti jejak Harrieta. Mereka cukup terkejut. Pasalnya, Harrieta dan Lockhart masing - masing menghunuskan tongkat satu sama lain. Daphne,Ron dan Dean pun melakukan yang sama. Saat Lockhart hendak mengucapkan mantra, Daphne, Harrieta,Ron dan Dean meluncurkan serangan mereka bersamaan. Membuat Lockhart terpelanting tak sadarkan diri.
"Sekarang apa?"tanya Ron.
"Tunggu disini, aku akan menolong adikmu"kata Harrieta. Harrieta dan Daphne pun berjalan lebih jauh hingga kesebuah ruangan besar. Ginny Weasley tak sadarkan diri di ruangan besar itu. Baik Harrieta dan Daphne mendekati gadis itu. "Ia masih hidup"kata Daphne. Harrieta mengangguk. Ia pun meminta Daphne untuk membawa tubuh gadis itu pergi. Ia baru saja menyadari bahwa ada sosok pemuda di hadapan mereka.
"Riddle, "kata Harrieta.
"Ah Potter"balas Tom yang memang terlihat tampan. Harrieta menduga diary itu adalah Hocrux pertamanya. "Aku tidak menyangka bahwa orang yang akan mengalahkanku adalah dirimu. Aku Lord Voldermort."kata Tom.
"Tak perlu mengenalkan diri. Aku tahu siapa kamu Tom"jawab Harrieta.
"Hmm, kau terlambat menyelamatkan gadis itu Potter"kata Tom.
"Benarkah"tantang Harrieta.
"Sudah cukup main - mainnya"kata Tom. Ia pun memanggil Basilik, monster milik Salazar Slytherin. Ukuran dari Basilik yang sangat besar membuat Daphne khawatir akan keselamatan sahabatnya. Harrieta sendiri tengah berlari dan mencari kesempatan untuk mentranfusgrasi sesuatu.
Tampaknya, Harrieta membutuhkan strategi lain untuk membunuh Basilik ini. Harrieta menarik belati perak dari balik jubahnya. Belati pemberian dari ayahnya ini adalah buatan goblin. Harrieta segera mentranfugrasi belati itu menjadi sebuah pedang. "Kau tidak memiliki kesempatan Potter menyerahlah"kata Tom. Harrieta masih terus berlari, menghindari Basilik.
Pada satu titik, Harrieta membiarkan monster itu mengigit lengannya dan kesempatan digunakan Harrieta untuk menusuk langit - langit mulut Monster itu. Sialnya, Salah satu taring Basilik tertusuk di lengannya. "Daphne, Buku "teriak Harrieta. Daphne pun melempar buku itu ke Harrieta . Gadis berbola mata hijau itu segera mengambil taring Basilik di lengannya dan menancapkan taring itu ke diary.
Langsung saja buku itu mengeluarkan tinta yang banyak. Sosok Pemuda itu pun menghilang. Bersamaan dengan lenyapnya pemuda itu, Ginny sadar sementara Harrieta terjatuh. Daphne dan Ginny segera menghampiri gadis yang memiliki nama keluarga Potter tersebut. "Harrieta, kau tidak apa?"tanya Daphne panik.
"Racun Basilik. Daphne, aku ajarkan kau menggunakan mantra Vermillion untuk meminta bantuan"kata Harrieta. Daphne mengangguk. Harrieta pun memberitahu mantra tersebut sambil berjuang untuk tetap sadar. Daphne pun berhasil mengirimkan cahaya merah untuk meminta pertolongan. Harrieta mulai tak sadarkan diri saat Professor Snape menemukan mereka.
Severus Snape tengah mengantarkan ramuan Mandrake ke hospital wings, Saat ia menyadari cahaya merah keluar dari Kamar mandi anak perempuan. Kepala Asrama itu cukup terkejut dengan adanya Ron dan Dean. Mereka berdua pun segera memberitahu seluruh ceritanya pada guru ramuan itu. Professor Snape menyuruh Dean untuk mengantarkan ramuan ke Hospital Wings. Ia juga mengunakan kutukan ikat tubuh dan meminta Ron untuk berjaga selagi ia menyusuri jauh ke dalam kamar rahasia.
Kepala asrama Slytherin itu cukup terkejut dengan penampakan Basilik yang besar itu. "Professor Snape"panggil Daphne. Ahli ramuan itu menghampiri ketiga siswi tersebut. "Harrieta membunuh Basilik itu tapi ia terkena taringnya."jelas Daphne yang masih panik.
"Tenang nona Greengrass. Kau bawa Weasley ke Hospital Wings dan laporkan ini pada kepala sekolah."perintah Severus. Ia pun menggendong Harrieta.
Draco Malfoy sedang memperhatikan Madam Pomfreye yang tengah memdistribusikan ramuan kepada pasien - pasiennya dengan pandangan tertarik. Daphne membawa Weasley yang tampaknya shock. Madam Pomfrey segera memberikan ramuan penenang pada dua gadis itu.
"Poppy, Racun Basilik"kata Severus. Draco tak bisa mempercayai matanya sendiri. Harrieta terbaring lemah dengan luka mengalir di lengannya. "Paman Sev, Apa Harrieta terkena racun basilik?"tanya Draco. Ayah baptinya itu mengangguk.
Keesokan harinya, Beruntung berkat air mata Fawkes, Phoenix milik kepala sekolah. Harrieta tertolong. Slytherin pun memenangkan piala asrama. Mereka berterima kasih pada Harrieta meski gadis itu masih terbaring lemah di hospital wings.
Ternyata begitu Professor Snape mengetahui rahasia Harrieta. Ia segera mengontak Regulus. Dari situ mereka saling berkomunikasi. Severus juga memberitahu kondisi Harrieta. Ia juga akan mengirimkan Harrieta pulang melalui jaringan Floo
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Identity
FanficSummary: Harrieta Potter di sortir masuk ke asrama Slytherin padahal banyak orang yang menebaknya masuk ke asrama Gryffindor atau Ravenclaw. Yang orang tidak tahu ia menyimpan rahasia.