01. El Primer Juego ||Permainan Pertama

40K 2.3K 45
                                    

"Nah Le, ini apartemen kamu sama Vika. Apart aku ada disebelah kamar kamu," ucap Revan menerangkan sambil menaruh koper milik Alea disalah satu kasur.

Luas, itulah yang Alea lihat dari apartemen tersebut, ada dua kamar dan dapur yang lumayan mewah. Satu buah televisi besar dan sofa yang membentuk huruf L. Juga terdapat kamar mandi dan toilet yang berada didekat dapur.

"Gimana?" tanya Revan ragu.

"Kayaknya ini kemahalan deh, gue sama Lea mau nyari kost atau rumah aja Van," jawab Vika diangguki Alea.

"Bener, ini terlalu besar. Yang ada uang kita habis sehari," tutur Alea menambahkan. Revan tersenyum manis sambil mencubit gemas hidung mancung Alea.

"Semuanya udah aku urus. Besok kamu bisa langsung kuliah bareng aku," ucap Revan lembut.

"Lah gue?" tanya Vika tak terima lalu menghempaskan bokongnya disofa empuk.

"Ada taksi," singkat Revan dengan decakannya. Vika mendengus sebal dan memilih masuk kesalah satu kamar.

"Gue ambil yang ini," ucapVika menatap Alea sekilas. "Makasih Van!" tambahnya lalu menutup pintu. Alea yang merasa masih kikuk hanya tersenyum.

"Serius ini udah kamu urus?" tanya Alea lalu duduk disamping Revan.

Revan mengangguk dan menoleh pada Alea, masih sama. Iris mata hazel gadis itu seolah membuat Revan terpesona dan kembali merasakan nostalgia.

"Hey?" Alea menjentikkan jarinya.

"Hah? Eh, kenapa?" tanya Revan gelagap.

"Kamu tenang aja, semuanya udah aku urus," ucap Revan. Alea tersenyum hangat pada pemuda itu.

"Makasih ya, Lea sayang Evan!" girang Alea lalu memeluk Revan dari samping. Yang dipeluk hanya diam dengan senyum yang sulit diartikan.

Alea tahu pasti kalau Revan termasuk anak orang ternama, mungkin bagi Revan apartemen semewah ini tak seberapa.

Revan melirik wajah Alea yang masih memeluknya itu. Nampak menggoda dengan bibir merah ranum yang dulu tak jadi Revan cicipi.

"Le, kamu punya pacar nggak?" tanya Revan tiba-tiba. Alea melepas pelukannya dengan kening berkerut.

"Enggak lah, ngapain pacaran. Buang-buang waktu aja!" jawab Alea. Revan hanya mengangguk kemudian melingkarkan lengannya dibahu gadis itu.

"Lea, kamu mau nggak jadi milik aku?" tanya Revan lagi. Alea menoleh.

"Maksud kamu?" tanya Alea bingung seketika.

"Kamu itu, sekarang milik aku." Ulang Revan menatap Alea lekat dengan senyum yang sulit diartikan.

"Maksud kamu apasih? Aku nggak ngerti," ucap Alea lalu bangkit namun tangannya dicekal oleh Revan.

Alea menyerngit bingung hingga Revan menarik lengannya dengan kasar hingga Alea jatuh kepangkuan pemuda tampan itu.

"Eh, lepasin aku Van!" berontak Alea. Revan terkekeh dan kembali memeluk gadis itu dengan erat sambil menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Alea.

"Van? Kamu kenapa?" tanya Alea pelan dengan nada polosnya. Revan menggeleng, masih memeluk Alea erat. Alea melirik wajah pemuda itu, napas Revan tepat berada dilekukan leher Alea hingga membuatnya merasa tak nyaman.

"Evan!" gertak Alea hingga pelukan Revan terlepas. Alea langsung bangkit dan mengusap lehernya dengan kasar.

"Kamu apa apaan hah? Kamu terpengaruh budaya sini? aku benci sama kamu!" lantas Alea melangkah cepat menuju kamarnya dan menutup pintu agak keras.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang