32. Buenas Noticias || Kabar Gembira

15.5K 801 46
                                    

Seorang pria tengah merangkul lembut bahu seorang gadis menuju kamar apartemennya. Sedari tadi Alea hanya diam dan memilih menggenggam erat tangan Revan.

"Sayang? Kamu kenapa sih?" tanya Revan pelan. Alea menggeleng.

"Kamu takut di Indonesia aku bakal jadi buronan? Tenang Le, semuanya udah aku atur. Kita bisa bahagia lagi," tutur Revan sangat lembut.

"Tapi Van..."

"Apalagi?" tanya Revan malas. Alea menggeleng pelan.

"Aku mau pulang aja, antar aku kemansion," ucap Alea. Revan tersenyum singkat lalu mengangguk.

¤¤¤

"Kakak!" panggil Alea lalu memeluk Fadil erat saat kakinya menginjakkan kaki dirumah.

"Le! Ini serius kamu?" tanya Fadil tak percaya. Alea mengangguk dengan senyum bahagianya.

"Terus Revan? Dia--"

"Revan udah mati," potong Alea datar lalu melangkah pergi.

"Tapi Le--"

"Kak, Lea cape," potong Alea lagi lalu naik ketangga menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

Alea masuk kekamar dan langsung pergi berendam dikamar mandi.

"Gue harus gimana sekarang?"

"Gue cinta Revan, tapi dendam?"

Sampai saat ini Alea belum yakin kalau Revan benar-benar mencintainya. Alea bangkit lalu memakai handuknya.

Gadis itu keluar kamar dengan tatapan dinginnya.

"Lea!" panggil Vika cepat dan langsung berlari kearah Alea.

"Le, gue nggak nyangka!" ucap Vika pelan.

"Vik, gue mau bicara sama lo."!Alea menarik Vika kedalam kamarnya.

"Kenapa?" tanya Vika bingung. Alea menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan sendu.

"G gu-gue sama Revan ngelakuin itu!"

Mata Vika melotot.

"M ma-maksud lo? Itu? A anu?--"

"Iya Vik!" potong Alea cepat dengan nada gusar.

"Elah, dulu juga Revan ngelakuin itu," datar Vika.

"Ini serius!" bentak Alea.

Vika menatap Alea tak percaya.

"Lo tenang, ada gue. Kita periksa ke dokter, nanti" ucap Vika agak panik.

"Gimana gue tenang, lo nya aja panik!" sebal Alea pada sahabatnya itu.

"Dokter? Ada yang sakit?" tanya Fadil yang baru masuk kekamar. Alea dan Vika menoleh cepat.

"Enggak," gelagap Alea.

"Kakak keluar gih! Ini urusan cewek!" usir Vika mendorong Fadil lalu menutup pintu dan menguncinya.

"Terus? Revan beneran mati?" tanya Vika kembali mendekat kearah Alea.

Alea menggeleng pelan.

"Astaga..." ucap Vika mengusap wajahnya kasar.

"Revan bisa aja ngambil cip di kepala gue kapan pun, gue bingung." Alea mengacak rambutnya frustasi.

"Lo harus yakin! Revan itu cinta sama lo, dia nggak bakal ngelakuin hal itu," ucap Vika menyemangati.

"Gue takut," lirih Alea. Vika langsung memeluk sahabatnya itu erat.

"Tenang Le, ada gue." Lembut Vika. Alea mengangguk dan membalas pelukan Vika dengan senyum tipis.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang