20 Cambio De Actitud || Perubahan Sikap

17.7K 947 7
                                    

"Hahaha!" Alea terus saja tertawa mengingat wajah merah Revan tadi, jarinya bergerak lincah mengaduk secangkir kopi dengan sebuah sendok.

Ting!

Alea tersenyum miring, liat saja apa yang akan dia lakukan untuk Revan nanti.

"Siapa sih?" tanya Alea lalu berjalan kearah pintu dengan membawa kopinya.

"Lea! Lo ngubah password?" tanya Vika tak sabaran. Sedetik setelahnya Vika dan Artha menatap tak percaya pada penampilan Alea saat ini.

"Le, lo waras?" tanya Vika menyentuh kening gadis itu.

"Ck, gue waras! Sangat waras!" singkat Alea lalu pergi.

"Ada masalah ya?" tanya Artha pada Vika.

Vika hanya mengangguk. "Mungkin." Vika membawa Artha masuk kemudian mereka duduk bersama disofa.

"Nyalain filmnya," titah Vika. Artha mengangguk dan menyalakan DVD yang baru saja mereka beli.

Film bergenre horror tersebut tayang. Vika sengaja mematikan lampu tengah agar suasana lebih mencekam.

"KYA!" pekik Vika dan menyembunyikan wajahnya dilengan Artha. Artha yang melihat itu terkekeh pelan dan mengeratkan pelukan lengannya.

Tak jauh dari sana, Alea berdiri diambang pintu kamar dengan tatapan kosongnya pada punggung Vika dan Artha. Begitu yang dia harapkan, bukan siksaan. Memikirkan hal itu hanya membuat hati Alea perih.

Gadis itu mengikat kembali rambutnya dan mengambil sepatu putih lalu memakainya.

"Vik, gue keluar," pamit Alea sebelum pergi, entah Vika mendengar atau tidak karena suara cekikikan dari film tersebut menggema diruang tamu. Ck ck, sudah seperti studio film pribadi saja.

Alea melajukan mobil hitam yang diberikan Fadil tersebut dengan kecepatan rata-rata, bibirnya bersenandung kecil. Entah kemana gadis itu akan pergi. Mobil hitam tersebut berhenti ditepi jalan, tak lama seorang pemuda masuk kemobil dengan pakaian serba hitamnya.

"Ini elo?" tanya pemuda itu tak percaya.

"Bacot lo!" potong Alea. Oke sepertinya Alea sudah mahir berkata kata kasar.

"Hahaha!"

"Malah ketawa," cibir Alea lalu melajukan mobilnya.

"Btw, hubungan lo sama Revan gimana?" tanya pemuda itu tiba-tiba.

"Hubungan? Sudah tamat!" jawab Alea malas.

"Tamat?" tanya pemuda itu bingung.

"Berisik Zek!"

Pemuda yang tiada lain adalah Zeko hanya tertawa mendengar omelan Alea. Zeko tersenyum tipis memandang wajah cantik alami gadis itu dari samping. Tak ada polesan make up disana, tidak pakai make up saja Alea secantik ini, bagaimana jika pakai make up? Mungkin kecantikan ibunya akan kalah dengan gadis itu.

"Gue tau gue cantik," ucap Alea percaya diri, Zeko hanya mengangguk dengan senyuman lalu mengalihkan pandangannya.

Tangannya kembali terkepal, mengingat kejadian dimana pria bernama Artha menembak dadanya. Bahkan masih terasa nyeri, bahkan Artha dengan teganya membuang jasadnya dihutan.

Tapi Tuhan berkehendak lain. Tak lama setelah Zeko dibuang dihutan, dua orang pria yang tidak Zeko kenali menyelamatkannya. Bahkan kedua pria itu membayar semua administrasi rumah sakit tentang operasi Zeko dan perawatannya selama sepuluh hari.

"Le, ada yang mau ketemu sama lo," ufap Zeko tiba-tiba. Alea menoleh dan menaikkan satu alisnya.

"Belok kiri!" pekik Zeko, Alea dengan cepat banting stir. Untung saja keduanya selamat.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang