30. El Verdadero Objetivo || Tujuan Sebenarnya

15.2K 917 144
                                    

"Apa!?" Fadil menganga lebar.

"Jadi Revan yang lakuin semua itu?" tanya Fadil dengan tangan terkepal.

Alea diam saja. Paman Gino sudah pergi untuk mengatur rencana bersama anak buahnya.

"Kak, Lea takut," lirih Alea. Fadil langsung memeluk Alea erat.

"Sekarang, semuanya tergantung kamu Le," ucap Fadil. Alea menyerngit bingung.

"Kamu tetep sama Revan--"

"Tap--"

"Kakak belum selesai ngomong," sebal Fadil. Alea cuma nyengir.

"Kamu harus deketin Revan, seolah-olah kamu nggak tau semua ini. Pura-pura minta ke Revan buat nolongin Vika, kamu ngerti?" tanya Fadil. Alea mengangguk mantap dengan senyum tipisnya.

Pintu apartemen mewah itu terbuka.

"Van! Vika belum balik!" panik seorang gadis sebisa mungkin.

"Kamu serius Le? Ini sudah malam lagi loh, Artha aja udah balik. Molor tuh anak," jawab Revan mempersilahkan Alea masuk.

"Serius Van!" ucap Alea panik menggigit bibirnya.

"Kamu emang drama Van!" sambung Alea membatin.

"Yaudah, kamu tenang. Kita cari sama-sama," balas Revan lalu meraih jaketnya. "Kita aja, Artha tidur," tambahnya Revan lalu menarik lengan Alea keluar dari apartemen.

Mobil Alea melaju kencang dengan Revan sebagai pengemudinya.

"Kita cari kemana nih?" tanya Alea mulai kurang nyaman.

Revan, pemuda itu tersenyum miring.

"Neraka," bisik Revan pelan. Alea membulatkan matanya polos.

"Maksud kamu?" tanya Alea pelan memencet sesuatu yang berada diponselnya. Alea kembali menyimpan ponselnya disaku jaket.

"Van!" pekik Alea saat Revan tiba-tiba tancap gas. Revan, pemuda itu menampilkan senyum iblisnya.

"Van?" tanya Alea pelan.

Mobil berhenti didepan sebuah rumah tua.

"Kamu tau apa yang aku tau," ucap Revan tajam.

"Mmm ma-maksud kamu?" tanya Alea gelagap berusaha melepaskan seatbeltnya.

"Kamu tau semuanya kan? Pasti paman sialan kamu itu yang ngasih tau!" bentak Revan. Alea menggeleng dengan wajah pucat pasi.

"Kamu mau tau dimana Vika? Ikut aku!" Revan menyeret Alea keluar dari mobil dan membawanya memasuki rumah tua itu.

"Akh!" ringis Alea saat Revan menghempaskan tubuhnya ke tembok.

"Sudah cukup kamu senangsenangnya Lea! Sudah cukup kamu bernafas didunia ini!" maki Revan.

"Aku nggak ngerti maksud kamu!" bentak Alea. Revan tersenyum.

"Lea..." suara lirih seorang gadis membuat Alea menoleh. Tak jauh dari posisinya, Vika berada disamping Artha dengan wajah memar kebiruan. Bahkan Vika terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

"Vika!" panggil Alea hendak menghampiri sahabatnya itu.

"Ets!" cegah Revan mencekal lengan Alea kuat.

"Van! Lepasin aku!" berontak Alea.

"Aku butuh kamu, Le!" pelan Revan lalu menjambak rambut Alea kuat.

"Kepala kamu!"

Vika dan Alea sama-sama membulatkan matanya.

"A-apa?" Tanya Alea pelan.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang