24. Tristeza Y Calidez || Kesadisan Dan Kehangatan

16.2K 927 26
                                    

"Ngapain lo kesini?" tanya Zeko mencoba tenang.

"Bawa kalian kembali ke malaikat maut!" datar Revan. Artha, pemuda itu mendekat kearah Zeko dan...

Bugh!

"Dimana Vika!" bentak Artha dengan mata memerah menahan amarah. Artha tidak pernah semarah ini.

"Gue nggak tahu--"

Bugh!

Artha kembali membogem Zeko. Pemuda itu tersungkur dengan darah yang menetes dari sudut bibirnya.

Revan tersenyum miring pada Adrian.

"Lea diatas!" ucap Adrian takut. Artha langsung berlari menaiki tangga rumah tua itu.

"Sialan lo!" maki Zeko pada Adrian lalu bangkit.

Dor!

Revan menembak kaki kiri Zeko hingga pemuda itu berteriak histeris. Adrian tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa berdiam dengan keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.

"Kayaknya lo harus liat permainan gue, jadi gue bakal bunuh kalian satu persatu!" ucap Revan mulai menarik Zeko kesudut ruangan.

Srekkkkk!

Revan menggoreskan pisaunya pada perut Zeko. Rintihan dan teriakan tak dapat terhindari, Adrian bahkan menutup matanya.

"Hahaha!" Revan menarik dagu Zeko kasar.

"Harusnya, kalau lo selamat jangan ganggu gue lagi. Tapi ternyata, ck ck. Lo mau nemuin neraka lagi hah?" tanya Revan.

Zeko meringis saat darahnya sudah mulai habis, luka pada perutnya masih menganga.

"Akhhh!" ringis Zeko saat Revan menancapkan pisau tajamnya pada dada kirinya. Darah segar muncrat kewajah Revan, Revan tersenyum miring. Senyum yang selalu dia perlihatkan saat jiwanya sudah dirasuki iblis psychopath.

Rintihan dan teriakan mengerikan keluar dari mulut Zeko saat Revan dengan mudahnya mengeluarkan isi perutnya.

"Masih hidup lo!" bentak Revan menatap tubuh Zeko yang sudah tak utuh lagi.

"Ini gak bakal sakit," tawa Revan sambil mengarahkan sebuah pistol pada kepala Zeko yang sudah bersimbah darah dengan mata terbelalak.

Dor!

Dor!

Dor!

"Hahahaha!" Revan tertawa lantang saat kepala itu sudah pecah, otak berceceran dimana-mana. Revan dengan bengisnya menginjak sebuah benda yang masih berdetak dengan pelan. Itu adalah jantung Zeko.

Tak puas dengan hasil kejinya barusan, Revan berjongkok dan mulai menguliti jasad Zeko.

"Akhh...." gumam Revan pelan saat bau anyir darah menyeruak di indra penciumannya. Revan memejamkan matanya kuat sambil mengendus jasad Zeko.

Kepalanya menoleh pada Adrian yang tengah duduk dipojok ruangan dengan wajah pucat pasi.

"Setelah ini, elo!" ucap Revan menusuk lalu mendekat kearah Adrian.

Darah! Saat ini Revan butuh darah!

"Ampunnn!" Adrian bersujud disepatu Revan yang sudah dipenuhi dengan darah.

"Ampuni saya! Saya akan jadi pengikut anda Tuan! Ampuni saya!"

Revan tersenyum miring lalu mengangat kasar tubuh Adrian.

"Gue nggak butuh elo!" bentak Revan menendang wajah Adrian.

"Evan...." suara lirih itu berhasil membuat Revan bungkam. Revan langsung menjatuhkan pisau dan Adrian berbarengan. Adrian masih bersujud dilantai.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang