"Puas bebas sayang?"
Tiga kata itu, tiga kata yang menandakan dirinya dalam bahaya! Alea menghentikan langkahnya lalu menatap Revan yang sudah bersender ditembok kamarnya dengan senyum miring.
"Kamu apa-apaan sih, bikin kaget aja." Alibi Alea lalu menaruh tas selempangnya dimeja kamarnya.
"Oh ya?" tanya Revan dingin. Alea menyerngit bingung, ada apa dengan Revannya?
"Kamu kenapa Van?" tanya Alea menatap manik mata pria itu.
"Aku tahu, apa yang kamu tahu." Revan menatap tajam gadis itu. Tatapan itu yang paling Alea takuti, tanpa sadar Alea sudah naik keatas kasur dan merebahkan tubuhnya membelakangi Revan.
Alea merasakan kasurnya bergerak, Revan juga ikut naik keatas kasur lalu mengusap lembut bahu Alea. Alea mencoba memejamkan matanya, sudah pasti Revan akan berbuat hal gila lagi.
"Udah lama aku nggak dengar rintihan kesakitan kamu," ucap Revan dengan nada seraknya sambil membalikkan tubuh Alea.
Kini posisi keduanya berhadapan, dengan Revan yang menatap tajam manik mata Alea.
"M-ma-maaf...."
"Terlambat!" ucap Revan cepat. Setelahnya Alea meringis kesakitan saat tangan Revan menjambak kuat rambutnya.
"Maaf Van!"
"Akhhh!"
"Ampun Van!"
Revan tersenyum miring, emosi sudah mengusai jiwanya. Ditariknya dagu gadis itu kasar, mata Alea sudah berkaca kaca. Kilatan mata gadis itu membuatnya terbayang saat dimana tadi sore Alea duduk dicafe bersama pemuda lain.
Pemuda yang sudah mengatakan kalau dirinya mencintai Alea, mencintai milik Revan.
"Aku tau Le!" bentak Revan lalu melumat bibir Alea dengan kasar. Lagi-lagi Alea hanya bisa diam saat bibirnya terasa berdarah.
Revan mengendus-ngendus leher gadis itu, masih dengan sudut bibir yang dipenuhi darah Alea.
"V -van... S sa-kit..." isak Alea mengusap bibirnya pelan. Revan tersenyum lalu menjauhkan jari Alea yang berada dibibirnya sendiri.
Dikecup Revan bibir gadis itu lama hingga darah berhenti keluar.
"Masih sakit?" tanya Revan sambil mengusap sudut bibirnya dengan jari. Alea menggeleng takut.
"Bagus, siap-siap sama permainan selanjutnya.
Dipagi yang berawan, gadis cantik dengan wajah pucat pasi itu membuka matanya pelan. Rasa sakit disekujur tubuhnya tak sebanding dengan sakit hatinya. Saat Revan dengan santainya tertawa waktu menyiksa dirinya. Revan yang dengan mudahnya menggoreskan pisau pada lengan dan kakinya.
Alea menangis, kadang dia bingung. Revan mencintainya atau tidak, Revan itu manusia apa bukan. Hati Alea semakin nyilu saat Revan dengan teganya menampar wajahnya. Revan semakin liar, bukan semakin lembut.
Mata sembab gadis itu menatap kosong pada lengan kekar seorang pemuda yang melingkar diperutnya.
Sekarang Alea yakin betul bahwa tak ada yang bisa merubah sifat Revan. Iblis diraga Revan sudah sangat menguasai dirinya, Alea hanya bisa diam. Menunggu pemuda itu membuka matanya dan mengantarkannya kekamar mandi seperti dulu dulu.
"Shhh..." desis Alea pelan saat Revan mengeratkan pelukannya. Bukannya bangun, Revan malah menenggelamkan wajahnya dilekukan leher Alea yang dipenuhi dengan tanda kebiruan bekas ulahnya tadi malam.
"Van..." lirih Alea mencoba membangunkan Revan.
"Van... Sakit!"
"Evan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 1 ( Revandy Qayro )
RomanceTE AMO yang artinya. "Aku mencintaimu." Namun bagaimana jika seorang pria salah mengartikan kalimat tersebut dan malah menjadi bencana bagi gadis yang dicintainya. Alea Ratu Aneska, ia adalah candunya Revandy Qayro. Revan sangat mencintai Alea, ia b...