36. Matrimonio Y Desastre || Pernikahan Dan Bencana

14.6K 723 11
                                    

"Baraq! SIALAN!"

Revan menggebu meneriaki nama sang ayah.

"Hahaha, ada apa Revan?" tanya Baraq santai.

"Dimana papa nyembunyiin Artha!" bentak Revan. Baraq tersenyum kecil.

"Semakin kamu lindungin Lea. Maka semakin banyak masalah yang akan datang," jawab Baraq kembali duduk disofa apartemennya.

"Aku nggak peduli! Dimana Artha! Dimana Vika!" tanya Revan semakin tersulut emosi.

"Serahkan Lea," ucap Baraq dingin.

Tangan Revan terkepal kuat.

"Anda sudah menyatakan perang dengan saya!" dingin Revan lalu pergi begitu saja. Baraq tersenyum miring.

"Liat aja Van, apa yang akan papa lakuin demi cip sialan itu," ucap Baraq dingin.

"Lea?" panggil seseorang.

Alea menoleh polos pada Paman Gino.

"Kenapa paman?" Tanya Alea pelan.

"Acara pernikahan kamu dan Kak Fadil sudah paman persiapkan, dan sebentar lagi media akan mengumumkannya ditelevisi," ucap Paman Gino hingga membuat Alea terkaget.

"A-a-apa?" timbrung Fadil yang baru menuruni tangga.

"Itu semua karena kamu, kamu tega lakuin itu ke Lea! Lea adik kamu! Jadi terima saja takdir Tuhan," tutur Paman Gino dingin.

Alea menatap Fadil dengan gelengan kecil.

"Kakak!" Alea langsung memeluk Fadil erat, membuat paman Gino menatap keduanya datar.

"Paman, kenapa secepat itu? Dan kenapa media harus tau?" tanya Fadil masih memeluk Alea erat.

"Terus mau kamu apa? Nunggu anak itu lahir? Paman kecewa sama kamu, Dil!" ucap Paman Gino gusar.

"Maaf," pelan Fadil merutuki dirinya sendiri.

Alea menangis didalam pelukan sang kakak, apa takdir semenyakitkan ini?

"Kamu kekamar," titah Fadil lembut. Alea mengangguk lalu pergi begitu saja.

"Fadil," panggil Paman Gino.

"Percaya sama paman. Semuanya akan berjalan sesuai kemauan kamu," ucap Paman Gino lalu pergi.

"Gue nggak bisa kaya gini," gumam Fadil lalu menyusul Alea kekamar.

"Hiks... Hiks..."

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."

"Revan! Angkat!"

"Hiksss... Hiks..."

"Kamu tenang, panggil Revan dan besok kalian bakal nikah di Gereja sesuai kemauan kamu," ucap Fadil memeluk Alea erat.

"Lea gak bisa... Hiks... Dunia ini jahat kak!"

"Hiks... Hiks..."

"Sttt... Kamu hubungin Revan lagi, dan--"

"Artha sama Vika disekap sama papanya Revan," potong Alea lirih. Fadil diam membisu dengan tatapan sendunya.

"Hiks... Aku mau mati aja kak! Hiks... Hiks..."

Alea memeluk Fadil erat. Fadil pun membalas pelukan adiknya itu.

"Kamu tenang," lembut Fadil berusaha menenangkan tangisan adiknya.

"Nggak bisa... Hikss..."

"Lea, kamu bukan cewek lemah! Terus hubungin Revan, dan besok acara pernikahan kalian bakal dilaksanain!" tegas Fadil mengecup singkat kening Alea.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang