12. Sincero || Tulus

20K 1.1K 18
                                    

"Hahaha!" Alea terus saja terbahak, Revan masih mengejarnya seolah Alea adalah sebuah santapan.

Bruk!

Alea terjatuh kelantai saat tubuhnya tak sengaja menabrak seseorang. Seorang wanita yang...

"Kamu kalau jalan pakai mata!" bentak wanita itu.

Alea mendongakkan kepalanya, masih dengan wajah lugu dan polosnya. Jadi begini sifat asli Kayla? Pantas saja ia merasa ada yang aneh pada senyum wanita itu.

"Maaf Kay, aku nggak sengaja," ucap Alea lalu bangkit dari jatuhnya sambil merapikan kembali pakaiannya.

"Nggak sengaja! Nggak sengaja!" omel Kayla.

"Kamu tau!? Kamu itu cuma benalu yang udah ngambil Revan dari aku! Seharusnya kita udah menikah, tapi ternyata dia ngenalin kamu sebagai kekasihnya!?"

"Astaga, kamu itu masih anak kecil Alea! Tidak pantas bersama Revan! Kembalikan Revan ku!" Kayla berucap sambil menjambak kuat rambut Alea.

Alea hanya bisa diam, dia tidak sejahat itu.

"Lepasin Kay! Akhhh... Sakit!" rintih Alea mencoba melepaskan cengkraman kuat Kayla.

Kayla, wanita itu tersenyum miring dan tanpa perasaan mendorong tubuh Alea hingga kepalanya terbentur ketembok.

"Akhhh!"

Kayla kembali menarik rambut Alea kasar hingga kepala gadis itu terdongak padanya.

"Aku bakal rebut Revan dari kamu--"

"STOP!" teriak seorang pemuda yang langsung berlari kearah Alea dan Kayla.

Alea memegang kepalanya, rasanya pandangannya mulai memburam.

"Le! Sayang bertahan!"

Gelap! Alea jatuh kedalam dekapan Revan. Revan bangkit dengan menggendong gadisnya dan menatap Kayla dengan bengis.

"Lo masih sama, nggak ada perubahan!" ucap Revan bengis lalu membawa Alea menjauh dari Kayla yang mengepalkan tangannya.

"Awas aja kamu Van!" gumam Kayla pelan lalu pergi.

Saat ini Alea tengah tertidur lelap pada sofa empuk diruang pribadi milik Revan yang berada dirooftop sekolah. Perban sudah menempel pada kening gadis itu, Revan masih memandang wajah damai gadis itu.

Cantik, sangat cantik!

Revan menyukai semua yang ada pada diri Alea. Wanginya, rambutnya, bola mata indahnya, bibir tipis yang candu itu, bahkan Revan menyukai darah Alea. Entah apa yang ada difikiran pemuda itu, tapi yang terpenting saat ini, dia sangat mencintai Aleanya.

"Tuan!" panggil Artha tergesa-gesa masih dengan Vika yang berada disampingnya. Tapi tunggu, bahkan Artha menggenggam tangan Vika.

Sepertinya ada udang dibalik peyek.

"Eh!" spontan Vika melepas genggaman Artha, gadis itu langsung malu-malu anjing dihadapan Revan. Revan hanya terkekeh, sementara Artha langsung buang muka.

"Siapa yang ngelakuin ini?" tanya Vika menatap sahabatnya yang masih tertidur dengan lelap.

"Nggak penting," singkat Revan. Ia sudah merancanakan betul siksaan yang akan diterima oleh Kayla nanti karena sudah melukai gadisnya.

"Nggak penting?" ulangVika lalu duduk disalah satu meja yang tingginya hanya sepinggang.

"Pantesan lo nggak pernah ngerasa bersalah waktu ngelukain Lea. Lo nya aja bodo amat sama keselamatan dia," cerocos Vika hingga tangan Revan terkepal kuat.

"Kadang gue bingung," ucap Vika lalu mendekat kearah Revan seolah menantang pemuda itu.

"Lo cinta nggak sih sama Lea? Kalo cinta kenapa lo nyiksa dia?"

"Itu namanya bukan cinta, tapi..."

"Dendam!"

Plak!!!

Vika memegang pipinya yang terasa memanas karna tamparan Revan barusan. Artha hanya bisa diam, dia tak bisa berbuat apa apa.

"Oke, itu nggak seberapa. Nggak sebanding waktu lo nyakitin sahabat gue!" kekeh Vika dengan senyum remehnya.

"Diam lo bitch!" Bentak Revan.

Vika menampilkan senyum miringnya.

"Kita liat, sampai kapan Lea bisa bertahan sama sikap labil lo!" Vika pergi meninggalkan tempat itu dan menutup pintu agak keras. Hatinya sedikit lega telah mengatakan hal itu pada Revan yang seperti monster jika Alea membuat kesalahan.

"Emm. Tuan, sayapergi dulu!" ucap Artha gelagap dan ikut pergi bersama Vika.

Revan menggenggam tangan Alea lembut.

"Aku cinta kamu sayang, aku sayang sama kamu, nggak ada yang bisa misahin kita kecuali maut. Dan kalaupun kamu pergi dari dunia ini, maka aku akan pergi juga! Aku bersumpah Lea!"

Perlahan mata indah Alea terbuka. Revan menatap manik mata gadis itu lekat, seolah hanya bola mata itu yang dia lihat didunia ini.

"Van?" tanya Alea bingung.

Alea memejamkan matanya kuat saat kepalanya kembali berdenyut. Mungkin kepalanya belum sembuh total akibat benturan tadi.

"Aku cinta kamu," ucap Revan tiba-tiba lalu mengecup sekilas kening gadis itu.

Alea merasa sangat bingung dengan tingkah pemuda dihadapannya itu, terlihat jelas mimik kepanikan dan kekhawatiran dari wajah tampan pemuda itu.

"Janji Lea, kamu nggak bakal ninggalin aku kan?" pinta Revan dengan nada paksaan yang menurut Alea sangat mengerikan.

"M ma-maksud kamu?" tanya Alea polos. Revan diam lalu mengusap lembut pipi gadis itu.

"Aku sayang kamu," ucap Revan sangat lembut, bahkan Alea sempat tertegun.

"Aku juga," entah sadar atau tidak, Alea mengucapkan kalimat sakral itu.

"Mm ma maksud a aku..."

Revan tersenyum miring membuat Alea langsung memalingkan pandangannya melihat senyum licik pemuda itu.

"Kayla? Dia itu siapa kamu? Dia bilang aku cuma anak kecil yang ngambil kamu dari dia. Apa kalian beneran mau nikah?" tanya Alea seperti anak kecil.

Revan menggeleng, bagaimana mungkin Kayla menyebarkan issue yang sangat salah itu.

"Aku nggak cinta sama dia, mana mungkin aku lupa sama kamu. Bahkan setiap detik aku cuma mikirin kamu," tutur Revan. Alea mencoba menahan detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

"Kamu apa-apaan sih!" ucap Alea datar lalu mengalihkan pandangannya.

"Aku serius Le, bahkan dulu waktu baru sehari pisah dari kamu, aku nggak bisa tidur karena terus mikirin kamu. Dan sekarang kamu udah ada disini dan selamanya kamu itu milik aku, disamping aku, apapun yang terjadi."

Egois. Satu kata yang mampu mencerminkan kalimat yang baru Revan ucapkan barusan. Alea hanya diam, apa dia berjodoh dengan pemuda itu?

"Kamu kenapa diam? Gak suka?" tanya Revan sambil mendekatkan wajahnya.

Alea menatap manik mata Revan, hitam pekat. Menambah kesan dingin dari pemuda berparas dewa Yunani itu.

"A aku.. Aku cuma takut kamu nyakitin aku, lagi..." suara pelan Alea mampu menghentikan jemari Revan yang membelai pipi mulusnya.

"Maafin aku sayang."

"Aku janji nggak bakal nyakitin kamu lagi," ucap Revan tulus. Entah itu kalimat buaya atau dari lubuk hatinya.

Alea mencoba mencari kebohongan dari manik mata pemuda itu, namun nihil. Bahkan mimik sendu Revan mengatakan kalau dia sungguh sungguh mencintai Alea.

Alea langsung memeluk Revan erat. Revan tersenyum tipis. Gadis itu sudah percaya padanya, perlahan wajah Revan tenggelam dilekukan leher Alea. Revan mencium lekat aroma memabukkan dari tubuh gadis itu.

Revan suka itu!











Tbc

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang