04. Una Pelea || Sebuah Perlawanan

28.2K 1.6K 28
                                    

Cahaya matahari masuk kecelah gorden salah satu kamar apartemen mewah. Disana terdapat seorang gadis yang tengah menatap lirih pada pemuda dihadapannya.

Alea mendongakkan kepalanya, Revan masih tertidur dengan nyenyak. Sangat damai dengan bibir sexy yang sedikit terbuka. Lengan Revan masih memeluk Alea erat seolah tubuh Alea adalah sebuah guling.

Alea tak dapat berbuat apa-apa, karena pelukan Revan terlalu erat. Revan yang merasa sebuah pergerakan ditubuhnya lantas membuka matanya.

"Morning kiss" ucap Revan serak setelah mengecup bibir Alea sekilas. Gadis itu hanya diam dan mengalihkan pandangannya kearah lain, Alea ingat betul kejadian kemarin. Dimana Revan menjambak dan memperlakukannya dengan kasar.

"Tatap aku Lea," pinta Revan menarik lembut dagu gadis itu. Alea terpaksa menatap Revan, tatapan keduanya beradu bahkan Revan tak pernah mengedipkan matanya saat wajah gadis itu hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

"Van... Aku mau ketemu Vika," pinta Alea ragu. Revan lebih dulu bangkit dari tidur diikuti Alea.

"Mulai sekarang kamu tinggal disini, diapart aku. Kamu nggak boleh keluar tanpa seizin aku, termasuk nemuin Vika."

Alea melongo dengan tatapan tak percayanya atas ucapan Revan barusan.

"Nggak bisa gitu dong!" sewot Alea dengan wajah ditekuk dan tangan dilipat kedada.

"Kenapa nggak bisa? Aku berkuasa disini," balas Revan dengan senyum miringnya.

"Aku bakal balik ke Indonesia!" ancam Alea mencoba pergi namun lengannya dicekal oleh Revan.

"Nggak semudah itu sayang." Revan menatap wajah gadis itu lekat.

"Lepasin aku!" protes Alea. Revan semakin mengeratkan cekalannya dan mendudukkan kembali Alea dikasur.

"Kamu nggak bakal bisa lepas dari aku, selamanya!"ucap Revan dengan menekan kata 'selamanya'

Alea tersenyum sinis.

"Liat aja, aku bakal laporin kamu kepolisi! Sekarang lepasin aku Van!" ancam Alea memberanikan diri.

"Berani sama aku?" tanya Revan mendekatkan wajahnya hingga Alea kembali menjatuhkan tubuhnya dikasur.

"Van, please. Aku gak kenal kamu yang sekarang, kamu monster! Bukan Revan sahabat aku!" tutur Alea mencoba menahan dada Revan yang kembali menindihnya.

"Aku monster?" ulang Revan menyentuh dagu Alea.

Alea menatap wajah pemuda itu dengan tatapan bengisnya.

"Kamu monster!" bentak Alea pelan. Revan tersenyum sinis, mari kita lihat seberapa beraninya Alea pada Revan.

"Aku emang monster!" tukas Revan pelan sambil menciumi kembali leher gadis itu.

"A akh..."

"Van! Sss... Sakittt!"

Darah mengalir dari leher Alea, Revan menggigitnya! Catat itu.

"Aw.. Van!"

"Ampun..."

"Van! Akh... S sa kit!"

"AKU MILIK KAMU!" ucap Alea setengah teriak. Revan menghentikan aksinya dan beralih menatap wajah Alea sambil menjilat sudut bibirnya yang masih terdapat bercak darah Alea disana.

"Apa?" ulang Revan lalu mengecup leher Alea yang tadi digigitnya.

"Aku milik kamu... Hiks... Hiks..."

"Berenti... Hiks... Hiks... Sakit..."

Revan bangkit dari atas tubuh Alea dan berjalan santai menuju kamar mandi. Alea dapat bernafas lega, perlahan kakinya melangkah menuju cermin yang berada disamping kasur. Lehernya membiru, untung saja darahnya sudah berhenti keluar.

"Sakit," ringis Alea pelan lalu terduduk lesu dilantai dengan air mata yang membasahi kedua pipinya.

Lengan Alea meraih ponsel yang berada dikantung celananya. Sebelum menelfon seseorang, matanya melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup.

"Hallo... Kak, aku mau pulang!" ucap Alea lirih pada ponselnya.

"Hiks... Hiks... Kakak jemput aku"

"Kak--"

Prang!!!

Ponsel mahal Alea sudah remuk akibat dilempar oleh seseorang ketembok. Dan sialnya orang itu adalah Revan!

"Van! A am pun..." Alea memejamkan matanya takut sambil meringsut mundur.

"Apa kurang puas siksaan aku buat kamu!" bentak Revan lantang.

"Kamu mau lagi hah!" bentak Revan lagi. Alea menggeleng takut.

"Turutin semua kemauan aku! Maka kamu bakal aman dan bakal aku perlakuin kaya ratu!" lantang Revan menatap manik mata gadis itu.

"Hiks... Hiks... Maaf..." Alea kembali menangis ketakutan.

"Kamu aku maafin, tapi kamu harus janji buat naatin semua peraturan aku," ucap Revan. Alea terpaksa mengangguk, walaupun hatinya tak terima akan perkataan Revan barusan.

"Aku janji." Ucap gadis itu pelan.

Revan membantu gadis itu bangkit dan menggendongnya bridal style. Alea baru sadar kalau Revan hanya menggunakan handuk yang dililitkanya dipinggang. Bahkan pemuda itu bertelanjang dada. Revan menurunkan Alea didalam kamar mandi dengan hati-hati.

"Sekarang kamu mandi, aku bakal ngambil semua pakaian kamu dikamar sebelah," titah Revan dingin.

Alea mengangguk. Revan sudah berniat pergi, namun tangan mungil Alea menahan lengannya.

"Jangan sakitin Vika." Pinta gadis itu pelan. Revan hanya diam lalu menutup pintu kamar mandi.

Alea mengunci pintu kamar mandi dan mulai merendam tubuhnya dibathup yang sudah diisi oleh air hangat. Gadis itu mencoba menenangkan fikirannya atas kejadian yang baru saja menimpanya.

Alea hanya bisa pasrah. Satu-satunya cara yang bisa menolong dirinya hanya takdir Tuhan. Tapi tunggu, mungkin saja kakak laki-laki Alea menjemputnya kekota itu dan membawanya kembali keIndonesia.

Alea sangat mengharapkan semua itu!

¤¤¤

Saat ini Alea bersama Vika tengah mengikuti kelas, mereka mengambil jurusan yang sama. Sedari tadi Alea hanya diam bahkan pertanyaan dan ucapan Vika tak dia hiraukan.

"Le!" panggil Vika agak keras. Alea tersadar dari lamunannya. Matanya menatap seisi ruangan, hanya ada dia dan Vika disana.

"Cerita sama gue. Apa Revan nyakitin lo?" tanya Vika lembut. Alea hanya diam dengan tatapan kosongnya.

"Kal--"

Ucapan Vika terhenti saat suara derap langkah kaki memasuki kelas. Disana, terdapat Revan yang berjalan kearah Alea dengan tatapan fokus pada gadis itu.

"Kita pulang sekarang," ucap Revan dingin. Alea hanya mengangguk lalu bangkit.

"Eh! Lea! Revan! Woy!"

Baru saja Vika hendak berlari mengejar Revan. Namun seorang pemuda berambut seputih salju sudah berdiri diambang pintu. Revan sudah membawa Alea pergi.

"Lama-lama, gue musnahin juga lo!" Sebal Vika dan lewat begitu saja dihadapan Artha yang hanya geleng-geleng kepala.

Mobil sport yang Revan tumpangi bersama Alea melaju kencang menuju apartemen milik Revan. Alea hanya diam dan memilih menyenderkan kepalanya dijendela mobil.

"Lea, kamu sakit?" tanya Revan lembut setelah mobilnya terparkir rapi dibasement apartemen.

"Kamu yang nyakitin aku," jawab Alea jujur. Revan menarik lembut dagu gadis itu dan langsung mengecup bibir Alea dengan sangat lembut.

Alea hanya bisa pasrah. Revan pun menghentikan aksinya dan menatap manik mata gadis itu lekat.

"Maafin aku, aku janji gak bakal ngulangin hal itu lagi," ucap Revan tulus. Gadis itu mengangguk pelan, entah benar atau tidaknya perkataan Revan barusan. Tunggu saja nanti.

Keduanya berjalan menuju kamar apartemen dengan Revan yang menggenggam lembut tangan Alea.











Tbc!!!
Vote+komen jangan lupa!
See you next part!❤️

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang