11. Broma || Gurauan

21.1K 1.2K 24
                                    

"Serius Vika, ini karena duri?" tanya Fadil pada Vika. Vika yang tidak tau apa apa soal luka dilengan Alea hanya bisa mengangguk kikuk.

Saat ini Alea, Fadil dan juga Vika tengah berada diperjalanan menuju kampus. Entah dimana pemuda bernama Revan, tapi setidaknya Alea dan Vika bisa bebas untuk beberapa jam kedepan.

"Kakak disini lama nggak?" tanya Vika tiba tiba hingga Alea menoleh kebelakang. Pada Vika yang duduk sendiri dikursi penumpang.

"Nggak, gue disini cuma mau ngawasin kalian. Mungkin cuma satu minggu atau satu bulan, mumpung perusahaan diurus sama Paman," jawab Fadil santai.

Alea dan Vika tak dapat membendung senyum senangnya. Tunggu, berapa puluh jam mereka bebas? Membayangkannya saja membuat Alea tersenyum sendiri.

"Kalian kenapa sih? Aneh gini?" tanya Fadil diakhiri kekehannya. Alea dan Vika hanya nyengir, setelahnya mobil yang dikemudikan oleh Fadil tiba didepan gerbang kampus.

"Yang rajin belajarnya," ucap Fadil lembut lalu mengecup pucuk kepala Alea. Alea mengangguk lalu turun.

"Gue turun Kak. Makasih!" ucap Vika lalu turun dari mobil. Fadil membuka kaca mobilnya.

"Nanti Kakak jemput atau sama Revan?" tanya Fadil sebelum Alea dan Vika pergi.

"Jemput!/ Revan sibuk!" Alea dan Vika menatap satu sama lain.

"Kakak aja yang jemput," ulang Alea lembut. Fadil mengangguk lalu tancap gas. Alea dan Vika kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Pelajaran Mr. Ernest berjalan lancar, Alea dan Vika menyimak betul pelajaran dosen tampan itu. Alea dan Vika termasuk gadis yang semangat dalam belajar.

"Tumben doi nggak ada," tegur Vika tiba-tiba saat Alea menyerup minumannya.

"Jangan difikirin, ntar muncul!" ucap Alea datar. Vika terkekeh dengan cengiran khasnya.

Tiba-tiba tatapan seisi kantin beralih pada ambang pintu kantin, disana seorang pemuda tengah berdiri bersama seorang wanita yang bodynya bak gitar Spanyol.

Alea dan Vika juga ikut menoleh, ada sedikit rasa nyilu dihati salah satu gadis itu saat melihat Revan yang dipeluk mesra oleh seorang wanita.

Revan pun menghampiri meja Alea dan Vika, masih dengan wanita itu yang bergelayut dilengan Revan.

"Sayang, kenalin. Dia Kayla, sahabat aku yang datang dari Singapura. Pertukaran pelajar, Kayla bisa bahasa Indonesia kok," ucap Revan lembut setelah mengecup singkat pipi Alea.

Vika menahan tawanya saat melihat Kayla. Nampak seperti tante-tante jika saat ini mereka berada  di Indonesia.

"Hay, aku Kayla. Aku harap kita bisa jadi temen," ucap Kayla lembut dengan senyuman. Entah senyuman apa itu.

Alea membalas jabat tangan wanita itu.

"Alea, dia Vika," balas Alea yang juga memperkenalkan Vika. Kayla mengangguk, Revan sudah duduk disamping Alea dan mengaitkan lengannya pada pinggang ramping gadis itu.

"Um... Aku pergi dulu ya, mau ngurus administrasi--"

"Lo kuliah disini?" tanya Vika datar.

"Kan tadi udah gue bilang kalau Kayla pertukaran pelajar, jelas lah dia kuliah disini." Revan yang menjawab. Vika menatap pemuda itu tajam, seolah Revan telah membela Kayla.

"Jangan ngegas anjing..." cibir Vika pelan. Alea hanya geleng-geleng kepala. Revan dan Vika, jika mereka saling cinta entah apa yang akan terjadi pada dunia ini. Membayangkannya saja membuat Alea terkekeh pelan.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang