19. Resistencia || Perlawanan

17.3K 969 0
                                    

Mentari kembali menampilkan sinarnya, namun gadis manis itu masih menutup mata indahnya bak putri salju yang menunggu pangeran menciumnya.

Revan, pemuda itu menatap nanar pada sepiring nasi yang belum disentuh sama sekali oleh Alea. Padahal semalam dia rela tidur diluar agar Alea bangun dan mengisi perutnya.

Revan tau, sebenarnya Alea sudah sadar namun gadis itu enggan membuka matanya. Revan sangat tersiksa dengan tingkah Alea yang sekarang ini.

"Sayang, bangun..." pinta Revan mengusap lembut pucuk kepala gadis itu.

"Maafin aku, buka mata kamu," ucap Revan lagi.

"Kamu nggak laper? Nanti kamu sakit, aku nggak bisa liat kamu sakit," ucap Revan, pemuda itu juga naik keatas kasur dan memeluk Alea dengan erat.

"Bukannya kamu yang nyakitin aku!?"

Dikecup Revan air mata Alea yang tiba-tiba jatuh.

"Kamu iblis!" ucap Alea serak setelah membuka matanya dengan pandangan lurus kedepan.

"Maafin aku," ucap Revan lirih lalu membalikkan posisi gadis itu menghadapnya. Revan melihat jelas raut wajah rapuh dari gadis itu dan itu karna dirinya.

Tanpa memperdulikan Revan, Alea bangkit dari kasur dan berjalan tertatih menuju pintu kamar. Sebelumnya pakaian Alea sudah digantikan oleh Vika.

"Le, kamu mau kemana?" tanya Revan setelah dia berhasil memeluk gadis itu dari belakang dengan erat.

"Lepas!" berontak Alea. Revan semakin mengeratkan pelukannya hingga Alea terpaksa mengalah.

"Gue mau pulang!" ucap Alea singkat, Revan melepas pelukannya lalu menatap gadis itu bingung.

Gue, elo?

"Maksud kamu? Kamu tinggal disini, sama aku," ucap Revan melembutkan suaranya.

"Sama lo? Gue harap itu cuma mimpi." Ucap Alea sinis dengan tangan tersilang kedada. Revan menyerngit bingung, ada apa dengan Aleanya.

"Le, kamu apa-apaan?" tanya Revan mulai tersulut emosi karna gadis itu.

"Kamu itu milik aku, kamu lupa sayang?" tanya Revan lagi sambil menangkup lembut wajah Alea.

"Milik lo? Itu dulu!" Alea menepis kasar kedua tangan Revan dan langsung membuka pintu kamar lalu pergi begitu saja.

"Le! Kamu kenapa?" Revan lagi-lagi menahan lengan Alea hingga gadis itu sempat meringis.

"Gue, kenapa?" Alea tersenyum miring. "Tanya diri lo sendiri!" bentak Alea lalu melangkah keluar dari apartemen Revan dan masuk keapartemennya dengan santai.

Revan memejamkan matanya kuat, mencoba menahan emosi akibat perlakuan gadis itu barusan.

Revan memencet pasword apartemen milik Alea. Tapi apa?

No coldé

Revan masih memencet tombol angka itu, namun nihil! Alea mengganti passwornya! Apa apaan!

"LEA! BUKA PINTUNYA!" Revan mengetok-ngetok pintu, ah bukan mengetuk. Tapi menendang berkali kali pintu sialan itu.

"LEA BUKA!"

"BUKA ATAU AKU DOBRAK!"

Tak ada jawaban dari dalam, Revan menendang keras pintu itu dengan tangan terkepal.

Ting!

Pintu terbuka, Revan terbelalak tak percaya saat Aleanya berdiri dihadapannya dengan tampilan yang berbeda, gadis itu memakai celana hitam ketat dengan kaos hitam yang kebesaran. Rambut yang selalu tergerai itu tiba-tiba tercepol asal, Revan menatap tak percaya pada Alea.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang