16. Muchos Parásitos || Banyak Benalu

19K 1K 12
                                    

"Siapa yang lakuin ini?" tany Revan menatap Artha tajam. Wajah Artha sudah dipenuhi dengan perban, bahkan saat ini Artha bertelanjang dada karena ada luka sayatan yang mengenai bahu kirinya.

"Saya tidak tahu Tuan. Tiba-tiba ada beberapa pria yang menghadang mobil saya, dan mereka semua menghajar saya tanpa ampun. Maaf, saya kalau saya lemah," ucap Artha dengan nada bersalahnya.

Alea menggenggam tangan Vika erat, seolah memberikan kekuatan. Gadis itu tahu pasti kalau sahabatnya punya sedikit rasa untuk Artha, mungkin banyak.

Revan berbalik, menatap Alea dan Vika bergantian. "Bisa kalian keluar?" tanya Revan lembut. Vika menggeleng pelan dengan tatapan sendunya pada Artha.

"Udah yuk," ajak Alea membawa sahabatnya itu keluar dari ruang rawat Artha. Sepeninggal Alea dan Vika, Revan mendudukkan bokongnya ditepi brangkar Artha.

"Siapa?" ulang Revan dingin.

"Pemuda yang dulu saya tembak dikamar Nona Alea," jawab Artha menerangkan.

Revan tersenyum miring.

"Cepat sembuh, jangan bikin Vika galau," kekeh Revan menepuk pelan bahu Artha yang tidak terluka. Artha mengalihkan pandangannya kearah lain, Revan kembali terkekeh dan keluar dari ruangan itu.

"Jagain Kakek lo gih," titah Revan pada Vika. Vika menatap tajam Revan dan langsung masuk keruangan Artha.

"Kamu Van," kekeh Alea geleng-geleng kepala.

"Manis banget sih!" Revan mencubit hidung Alea dan langsung merangkul bahu gadis itu.

"Kita mau kemana?" tanya Alea polos saat Revan membawanya melangkah.

"Beli perlengkapan bayi," jawab Revan dengan cengiran khasnya.

"Van!" sontak Alea mencubit kuat perut Revan, bukannya kesakitan, Revan malah terbahak.

"Aku suka desahan kamu," bisik Revan dengan suara seraknya. Alea bergidik dan langsung berlari meninggalkan Revan. Bisa-bisa dia ikutan menjadi gila.

¤¤¤

"Udahlah Vik, jangan difikirin." Entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari bibir Alea. Vika, gadis disebelahnya hanya menelungkupkan wajah dimeja kantin.

"Kasian, mana lukanya banyak," ucap Vika serak. Tunggu, apa Vika khawatir pada kakeknya, eh pada Artha.

Alea diam-diam tersenyum jahil. "Cie yang perhatian." Goda Alea, Vika mendongakkan kepalanya dengan wajah ditekuk.

"Apaan sih!" sinis Vika kembali merebahkan kepalanya dimeja kantin. Alea terbahak sampai matanya menyempit, seisi kantinpun terpesona dengan kecantikan gadis itu.

Bahkan baru satu bulan Alea dan Vika kuliah disana, sudah banyak anak lelaki yang diam-diam menyukai Alea dan mencari tahu tentang gadis itu, tapi sepertinya mereka harus menguburkan niat mereka untuk mendapatkan Alea, karna seluruh kampus pun tau kalau Alea itu milik Revandy Qayro.

Pemilik kampus yang menjadi incaran kaum hawa. Semenjak ada Alea, para wanita pun juga harus mengubur mimpinya untuk mendapatkan sosok Revan.

"Permisi A-lea. Ka-mu, di phang-ghil Mr. Teres, kamu disuruh ke rua-nghan nya!"

Alea dan Vika sontak mendongakkan kepalanya pada wanita berambut sebahu itu. Mereka berdua menahan tawanya saat mahasiswi itu mengucapkan kalimat berbahasa Indonesia.

Alea tersenyum pada wanita itu.

"Sí, gracias!" balas Alea.
-Ya, terimakasih

Wanita itu tersenyum lalu pergi.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang