28. Misterio || Misteri

14.7K 824 56
                                    

Saat ini Alea dan Revan tengah berada disalah satu rumah makan Padang, mereka hanya berdua entah kemana Vika.

"Enak nggak?" tanya Alea. Revan tersenyum lalu mengangguk.

"Udah lama nggak makan, masakan Indo." Kekeh Revan garing.

"Kamu sih, kelamaan dinegeri orang," balas Alea ikut terkekeh.

"Iya iya, ntar kalo kita udah nikah. Kita disini aja, sampai Tuhan jemput," ucap Revan dengan senyum yang sulit diartikan.

"Uhuk! Uhuk!" Alea tersedak makanannya. "Apa sih, Van?" tanya gadis itu menghilangkah rona merah dipipinya.

"Haha! Aku suka, liat kamu nge-blush gitu," goda Revan jahil.

"Van! Ish!" sebal Alea. Revan mengusap sudut bibir Alea dengan senyum tipis.

"Aku sayang kamu," ucap Revan pelan. Alea hanya tersenyum.

¤¤¤

"Astaga Le! Gue khawatir!" pekik Vika saat Alea baru memasuki kamarnya. Vika langsung mengunci pintu kamar saat Alea masuk.

"Lo kenapa sih? Dari kemaren aneh gini?" tanya Alea kesal.

"Le! Lo harus tau sesuatu soal Revan!" Vika menarik Alea agar duduk disofa.

"Kenapa?" tanya Alea datar.

"Le! Revan sekarang jahat! Dia punya maksud! Dia mau bunuh kita, bunuh gue, elo, Kak Fadil dan Paman Gino--"

"Hahaha!" Alea tertawa keras mendengar ucapan Vika barusan.

"Lo kenapa sih? Gue lucu aja!" Alea kembali tertawa.

"Le! Gue serius!" ucap Vika meyakinkan. Alea menghentikan tawanya.

"Kita kenal Revan lama, kita sahabatan sama dia dari kecil. Jangan pikir yang aneh-aneh ah!" Alea bangkit dan berjalan pelan memasuki kamar mandi.

"Gue khawatir sama lo..." gumam Vika menatap punggung sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai separuh dunianya.

Flashback...

Saat ini Vika tengah berada diapartemen yang Revan dan Artha tinggali selama di Indonesia. Artha, pemuda itu duduk disampingnya sambil memakan cemilan. Mata keduanya fokus pada layar televisi besar yang sedang menayangkan salah satu film action.

Drt... Drt...

Artha menatap layar ponselnya diikuti Vika. Tertera nama ''XXX''

"Aku angkat dulu ya," ucap Artha lembut lalu bangkit dan menjauh dari Vika. Vika yang memang mempunyai sifat kepo bukan main langsung mengendap ngendap kearah dapur, tempat Artha menjawab telepon tersebut.

Samar samar Vika mendengar nada bicara Artha yang sedikit girang.

"Siap Tuan! Semuanya berjalan lancar."

"...."

"Tenang, Vika bersama saya."

"...."

"Pembunuhan mereka? Hahaha tenang saja. Saya sudah menyiapkan semuanya dengan tepat!"

Mata Vika terbelalak, gadis itu langsung kembali kedepan televisi.

"Mereka?" gumam Vika membatin.

"Loh, kamu nangis sayang?" tanya Artha heran.

"Hiks... Film nya nih, sedih! Untung udah iklan!" bohong Vika lalu membenamkan kepalanya didada bidang Artha.

Artha terkekeh pelan lalu mengecup singkat kening Vika.

"Aku sayang kamu..."

Flashback end.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang