08. Hospital || Rumah Sakit

22.2K 1.3K 103
                                    

"Sialan!" maki Zeko menatap Revan tajam. Tanpa pikir panjang Zeko langsung mendorong Revan hingga punggung pemuda itu terbentur ketembok. Revan mengepalkan tangannya kuat. Emosi sudah menguasai jiwanya.

"Le, lo nggak papa?" tanya Zeko panik. Alea menggeleng takut. Takut hal yang semakin buruk akan terjadi padanya.

Revan, pemuda itu bangkit dan tanpa belas kasih menarik kerah baju Zeko lalu melempar Zeko ke tembok. Sepertinya kepala Zeko sudah berdarah.

"Berhenti!" pinta Alea namun Revan tak memperdulikannya.

Vika tak bisa berbuat apa-apa, seharusnya dia memanggil polisi, bukan Zeko! Kini pemuda itu sudah terkapar dilantai dengan wajah lebam dan darah yang keluar dari mulutnya.

"Van! Stop!" pinta Alea mencoba menarik lengan Revan.

"Nggak!" bentak Revan menghempaskan Alea kekasur dan kembali memukuli Zeko tampa ampun.

"Uhuk! Uhuk!" Zeko lagi-lagi terbatuk darah.

Revan menarik kuat rambut Zeko hingga kepala pemuda itu terdongak keatas.

"Berani-beraninya lo ngusik gue!" bentak Revan lantang tepat didepan wajah pemuda itu.

Zeko tersenyum sinis disela-sela darah yang menetes dari pelipisnya. Bahkan wajah Revan terkena cipratan darah Zeko.

"Karna gue suka sama Alea--"

Bugh!

Zeko kembali tersungkur dengan mata terpejam. Tunggu, apa pemuda itu sudah tewas?

Alea meringsut mundur saat Revan kembali mendekat kearahnya. Sementara Vika berdiri diambang pintu dengan wajah pucat pasi.

Tiba-tiba tangan Zeko bergerak meraih pisau yang milik Revan yang kebetulan berada didekatnya. Hanya Vika yang tau itu, posisi Revan membelakangi Zeko.

Zeko bangkit dengan tertatih dan langsung mengarahkan pisau itu kepunggung Revan. Tiba tiba...

DOR!

Revan menoleh kebelakang, tepatnya pada Zeko yang sudah tersungkur dengan dada kiri yang berlubang. Dibelakang Vika terdapat Artha yang masih menodongkan senjatanya.

"Buang mayatnya dihutan," ucap Revan dingin lalu meraih kemejanya dan kemudian memasangnya dengan wajah santai.

"Siap, Tuan. " Jawab Artha singkat.

Vika menggeleng tak percaya.

"Pembunuh!" maki Vika pada Artha. Pemuda itu hanya diam lalu menggendong tubuh Zeko yang sudah bersimbah darah.

"Apa?" tanya Revan dingin pada Vika. Vika menggeleng lalu keluar dari kamar dengan rasa bersalah yang tak terhingga. Zeko tak ada sangkut pautnya dengan semua ini.

Revan mendekat kearah Alea lalu naik keatas kasur. Ditariknya dagu Alea lembut, sedetik setelahnya bibir Revan sudah menempel pada kening gadis itu.

"Jangan buat aku marah. Semua orang yang berusaha rebut kamu dari aku bakalan bernasip sama kaya tadi. Ngerti sayang?" ucap Revan sangat lembut.

Alea menatap Revan dengan gelengan kecil. "Kamu pembunuh, Van!" ucap gadis itu.

"Hiks... Hiks..."

"Pembunuh! Aku gak sudi punya sahabat kayak kamu!"

"Hiks... Kamu monster!"

"Kam--"

"DIAM ALEA!" bentak Revan tepat didepan wajah gadis itu. Alea sesegukan menahan air matanya.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang