35. El Siguiente Problema || Masalah Selanjutnya

14.7K 769 21
                                    

"Gue nggak nyangka kita bisa ketemu lagi, setelah kepindahan lo ke Barcelona, sama Vika." Kekeh Raka sambil menyerup kopinya. Saat ini mereka berada disalah satu cafe pinggir jalan.

"Gue lebih nggak nyangka kalo lo udah berubah gini, Raka yang dulu kumal, pendiam, nerd, cupu--"

"Lanjutin aja," cibir Raka sebal. Alea terbahak pelan lalu memasukkan kembali kentang goreng kemulutnya.

"Btw, lo tadi kenapa berhenti dipinggir jalan? Kok mata lo sembab gini?" tanya Raka bingung.

Alea hanya menggeleng pelan.

"Le, gue minta maaf," ucap Raka hingga Alea menyerngit.

"Buat?" tanya Alea.

"Pihak kepolisian belum bisa ngungkap soal kematian orang tua lo. Kasusnya udah ditutup sama Paman lo, dan terpaksa kita ngikutin kemauan dia," tutur Raka dengan wajah sendunya.

"Nggak papa," singkat Alea mencoba tersenyum.

"Btw, kita jadi perhatian loh," bisik Lea pelan saat seisi cafe terang terangan memperhatikan mereka.

"Biarin, yang penting perhatian gue tetep ke elo. Hahaha!"

Alea hanya geleng-geleng kepala, hingga rasa mual diperutnya kembali membuatnya diam sejenak.

"Le?" bingung Raka.

"Huek!" Alea langsung berlari menuju toilet dengan rasa mual yang luar biasa. Raka yang ikut panik pun menyusul Alea ketoilet.

"Huek!"

"Shit!" umpat Alea pelan saat tubuhnya terasa lemas.

"Ketemu juga," bisik seseorang memeluk Alea dari belakang. Alea menatap tak percaya pada cermin wastafel.

"Evan?" tanya Alea saat Revan mencium lehernya pelan.

"Lepasin Van!" pinta Alea. Revan menyerngit lalu melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh gadis itu agar berhadapan dengannya.

"Puas bebas sayang?--"

Plak!

"Kamu jahat, Van!" ucap Alea .

"Aku jahat?" tanya Revan dengan senyum miringnya.

"Berapa kamu bayar jalang itu hah! Kamu belum puas sama aku!" maki Alea dengan suara seraknya.

Revan menatap Alea datar.

"Apa! Kamu diem? Aku nyesel Van! Aku--"

"Kenapa ngomong gitu?" tanya Revan mengangkat dagu Alea lembut.

"Hiks... Hiks... Kamu..."

Revan langsung memeluk Alea erat.

"Maafin aku, aku... Aku butuh tempat pelampiasan emosi, maaf Le!"

Alea menumpahkan tangisnya didada bidang Revan.

"Kamu jahat..." lirih gadis itu.

"Stop nangis," pinta Revan lembut.

"Kita pulang, aku mau temuin Fadil buat ngurus pernikahan kita--"

"Terlambat Van," pelan Alea. Revan menyerngit bingung.

"Terlambat?"

"Kak Fadil ngomong ke paman kalo dia yang hamilin aku."

Tangan Revan terkepal kuat.

"Kenapa! Kenapa Fadil bilang gitu hah!" bentak Revan tak percaya.

"Karena paman bakal marah besar kalo dia tau yang sebenarnya..." cicit Alea takut. Revan mencengkram kuat kedua bahu Alea.

Te Amo 1 ( Revandy Qayro )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang