Pemuda itu menyeret gadisnya dengan kasar dibasement apartemen ternama kota Barcelona menuju kamarnya. Dipencetnya sandi pintu dengan rahang yang masih mengeras dan tangan yang mencekal kuat lengan gadis yang sudah menangis itu.
Buk!!!
Revan menutup pintu apartemennya dengan keras hingga Alea tersentak kaget. Bahkan wajah gadis cantik itu sudah pucat pasi.
"Aw... Aw!" ringis Alea saat Revan menjambak rambutnya dengan kasar. Pemuda itu dengan teganya menghempaskan tubuh Alea kekasur king sizenya.
"Aw..." desis Alea pelan lalu berbalik, namun Revan sudah menindih tubuhnya itu. Apa yang akan dilakukan pemuda itu.
Alea hanya diam dengan bibir bergetar hebat. Takut yang tidak tidak akan terjadi padanya, belum sampai dua hari dia disini bencana sudah datang. Alea menyesal telah menerima tawaran beasiswa itu!
"V... Van... lepasin a... Aku," pinta Alea terbata tak berani menatap iris hitam yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.
"Lepasin kamu? Gak akan sayang." Balas Revan dengan senyum miringnya.
Jemari Revan bergerak mengusap bibir pucat gadis itu.
"A a apa... S ss salah... Aku?" tanya Alea lagi. Revan menarik lembut dagu gadis itu hingga tatapan keduanya bertemu.
"Salah kamu?" tanya Revan dengan suara seraknya. Alea mengangguk dengan memejamkan matanya berkali kali.
"Aww!" ringis Alea lagi saat tangan Revan kembali menjambak rambutnya.
"Kamu itu milik aku Lea!" tukas Revan penuh perintah disetiap katanya. Alea hanya mengangguk pasrah dengan air mata yang sudah tak tertahankan.
Sakit! Itulah yang dia rasakan.
"S sa... Kit, Van..." Alea merintih pelan.
"Sakit?" tanya Revan. Alea hanya diam.
"Lebih sakit hati aku, waktu liat kamu ketawa sama cowok lain!" bentak Revan lantang. Alea hanya bisa pasrah.
"Kamu itu cuma milik aku Le! Catat itu!" bentak Revan lagi.
Alea mengangguk pelan, hanya itu yang dapat ia lakukan sekarang.
"A... Aku milik... K k kamu..." ucap gadis itu terbata.
Tangan Revan bergerak turun menuju bahu Alea. Dicengkramnya salah satu bahu gadis itu dengan tatapan liar.
"J... J jangan, Van!" ucap Alea was was. Gadis itu berada dalam rasa takut takut luar biasanya, takut hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Jangan?" tanya Revan dengan nada selembut mungkin.
"Kenapa jangan! Kamu itu milik aku, suka suka aku!" tutur Revan. Revan menempelkan bibirnya pada leher jenjang Alea, mencoba menghirup dalam-dalam aroma gadis yang sangat dicintainya itu.
"Bibir kamu," bisik Revan pelan dengan suara seraknya. "Aku mau..." tambahnya. Kecupan Revan beralih pada bibir gadis itu, meskipun tak ada pergerakan dari Alea setidaknya Revan bisa merasakan bibir merah ranum yang menjadi incarannya itu. Manis, sangat manis. Bahkan bibir Alea mampu mengalahkan rasa madu terbaik yang pernah Revan cicipi.
Alea mencengkram kuat punggung Revan saat dirinya hampir kehabisan nafas. Revan pun menghentikan lumatannya, keduanya langsung menghirup oksigen sebanyak mungkin.
"Van... Lepasin..." pinta Alea lagi dengan bibir yang sedikit membengkak dan masih terlihat basah, tapi justu membuat nafsu liar Revan semakin menjadi jadi.
Revan sudah merampas ciuman pertamanya!
"Le... B... Bibir k ka... Kamu," Revan terbata mencoba menahan gejolak ditubuhnya yang terang-terangan ingin merasakan hal lebih pada Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Te Amo 1 ( Revandy Qayro )
RomanceTE AMO yang artinya. "Aku mencintaimu." Namun bagaimana jika seorang pria salah mengartikan kalimat tersebut dan malah menjadi bencana bagi gadis yang dicintainya. Alea Ratu Aneska, ia adalah candunya Revandy Qayro. Revan sangat mencintai Alea, ia b...