12.

619 24 1
                                    

Aku Hani dan kinar duduk dibangku taman belakang sekolah sambil menikmati somay mang dedi asli ti garut. Aku sudah menceritakan semua kejadian yang kemarin kulihat kepada mereka. Reaksi mereka adalah marah dan meminta aku melabrak karin, tapi aku tidak mau mengotori nama baikku hanya untuk melabraknya. Lagipula aku gak mau repot mendatangi dia terus bicara ke dia setelah mengingat kejadian kemarin.

"Biarpun si karin yang nyium. Tapi kan Rakry nerima aja. Dia nolak tapi diterima juga!" Cibir hani.

"Karin emank gitu. Gatel sama cowok,pengennya di deketin cowo pengennya dimanjain cowo! Najis!!" Kata kinar.

Kinar sekelas dengan Rakry dan karin. Kadang karin bisa menjadi mata mata tanpa dibayar.

Aku menghela nafas, dan menutupi wajahku. Aku mencoba memberi kekuatan pada diriku sendiri.

"Gue pikir Rakry gak akan kegoda! Karna diantara temen laki laki kita. Cuman Rakry kan yang gak ganjen" kata hani sambil mengunyah somay nya.

"Tadi pagi juga gua liat dia panjat pager lagi. Kesiangan!! Katanya semalem abis nyelesain tugas main video game. Diomelin deh dia sama bu anjani" kata kinar.

Aku cuma bisa diam, entah kenapa tapi rasanya memang ingin diam saja!.

Karna pada dasarnya aku ini cewek yang tidak banyak bicara. Agak pendiem tapi gak sependiam Rani yang sendirian terus sambil baca buku segede gaban. Aku akan bicara disaat aku merasa perlu bicara. Sama seperti saat dulu Rakry melancarkan pedekate nya kepadaku, aku tidak merespons dia sama sekali tapi entah kenapa akhirnya aku luluh juga kepadanya.

Semenjak kejadian kemarin,rakry belum menemuiku lagi. Dia penurut! Karna dia tau jika dia memaksakan untuk menemuiku aku akan marah lebih besar. Dikarnakan aku nya yang lagi pengen sendiri.

Dari taman kita bisa melihat lapangan futsal yang disana terdapat manusia yang sedang bermain futsal. Diantaranya adalah Rakry, Tio, Bonbon, Deo dan kawan kawan sejenisnya.

Beberapa kali Rakry melihat ke arahku. Tapi aku sengaja tidak melihatnya. Bagiku, rasanya sulit sekali percaya bahwa Rakry dan karin tidak ada apa apa. Walaupun seharusnya aku harus mendengar penjelasan Rakry dulu. Seharusnya aku percaya kepada Rakry dia bukan hanya pacarku tapi dia juga abangku, sahabat ku, dan kadang dia bisa menjadi papa saat dia sok sokan menceramahiku gara gara nilai turun.

Lalu aku melihat Rakry menendang bolanya keras sekali sampai jaring gawang pun bolong dan mengenai cewek yang duduk disana, yang sedari tadi memperhatikan Rakry.

Karin!.

Karin langsung terjatuh pinsan dan rakry membawanya ke uks dengan menggendong nya.

"Alahhh pura pura, dulu juga gitu. Pas suka sama revan sengaja duduk disana biar kena bendolan bola terus digendong ke uks. Dia bilang gitu ke gue" kata kinar menyedot pop ice nya.

"Tolongin yuk kasian!!" Kataku lalu pergi ke uks untuk melihat keadaan karin.

Kinar dan hani mau tidak mau mengikuti mauku.

Didalam uks karin meringis kesakitan kepada rakry lalu tangannya memegangi Rakry terus seperti mau nyebrang!.

"Aw sakit..." kata karin.yang berbaring di ranjang uks.

"Bukan awsakit! Tapi Awkarin!!" Kata hani mencibir, lalu karin menatap tajam Hani. Hani membalasnya tidak ada istilah takut bagi Hani.

"Udah Ry, lo keluar aja. Biar Awkarin kita yang ngurus" kata kinar menyuruh Rakry keluar agar Awkarin tidak ganjen.

Rakry mengiyakan dan melihat ke arahku yang berdiri jauh darinya.

Sebelum keluar dari uks, dia menggenggam tanganku lembut dan mencium keningku.
"Kalo lagi marah gini. Cantik!!" Bisiknya.

"Apaan sih!" Kataku mendorong tubuhnya lalu dia pergi.

Aku dan kedua temanku pun mengibati luka kaein entah luka apa. Karna tidak ada luka di kepalanya.

"Ini pura pura apa sakit beneran?" Tanya hani melipat tangan di dada.

"Pura pura!" Jawab karin lalu duduk di ranjang uks.

"Hobi banget pura pura" kata kinar ketus.

Lalu karin menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku mengerti. Dia tersenyum sinis dan memegang tanganku.

"Rakry buat gue aja ya. Gue terima dia apa adanya biarpun dia bekas lo!" Katanya.

Rahangku mengeras. Aku diam tapi aku menatapnya tak kalah tajam.

"Rakry kemaren gak nolak gue cium bibirnya. Sengaja gue cium bibirnya lama biar dia suka sama gue, eh lama lama dia juga menikmati. Tapi lo dateng ngerusak ciuman gue sama rakry!" Kata karin sinis.

Hani hampir mau menampar karin tapi aku tahan. Karna mau bagaimanapun masalah gak akan selesai hanya karna mengandalkan kekerasan.

Aku menarik nafas panjang. Mengumpulkan kekuatan agar bisa melawan nenek sihir ini.

"Kalo lo suka sama Rakry, dan Rakry bahagia sama lo. gue gak ada hak buat larang lo bedua bahagia!" Kataku santai.

Lalu aku meninggalkan ruang uks. Dan sebenarnya ada niat untuk mengunci pintu uks dari luar agar karin gak bisa keluar. Taoi gak jadi Karna ada bu Anjani disana.

tentang rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang