23.

573 39 0
                                    

"Pergilah..
Tapi satu pintaku. Pamitlah kepadaku sebelum pergi. Agar aku tidak hawatir saat kehilanganmu".

***

"Kok bisa sih? Sehari lagi kita tampil loh!" Kataku berbicara pada ikbal via telpon.

"Ya mau gimana lagi nya! Gue sakit gini sampe dirawat. Kalo nggak juga gue bisa usahain" katanya lemah.

Ikbal adalah lawan mainku dalam drama musical nanti. Tapi dia terkena gejala tipes dan dirawat dirumah sakit.

"Yaudah deh. Nanti gue bilang ke ka dewi, buat nyari orang baru" kata ku kepada Iqbal.

"Oke. Good luck ya. Bilangin ke yang lain gue minta maaf!" Katanya.

Lalu setelah itu sambungan terputus.

Aku menarik nafas gusar. Bagaimana mencari orang untuk menggantikan iqbal. Tidak akan mudah! Karna aku saja dan ikbal sudah latihan selama 2 minggu penuh. Dan karakter yang sama dengan ikbal itu tidak ada di sekolah ku, secara ikbal adalah primadona nya SMA NUSA.

Kemudian aku segera mengirim pesan pada kak dewi untuk janjian di caffe di daerah pluit.

Aku pun segera bersiap siap, dan memesan ojel online.

Aku memakai jeans hitam, dan blezer berwarna hijau lumut. Segera saja aku mengikat rambut ku tinggi tinggi agar tidak terbang terbang saat naik ojek online. Aku keluar dari rumah dan mendapati Rakry sedang duduk bersama Alka sambil merokok di depan rumahnya. Aku melirik nya sebentar lalu pura pura memainkan handphone.

Saat tadi aku meliriknya, dia juga sedang melihat ke arahku. Bagaimana ya rasanya? Canggung dan serba salah dalam bersikap. Aku ingin sekali memarahi Rakry karna dia sekarang jadi lebih sering merokok. Tapi lagi lagi, aku harus sadar aku bukan lagi siapa siapanya dia.

Tidak lama setelah itu ojol yang kupesan datang. Aku langsung pergi bersama si tukang ojek online.

****

Suara hujan mendominasi percakapan ku dengan Tio di koridor sekolah, pagi ini jakarta sedang mendung dan hujan membuat langit gelap dan lembab.

Untung saja aku memakai sweter sehingga udara dingin tidak bisa menyusup kedalam pori pori kulitku.

Aku menemani Tio yang katanya ingin bicara denganku.

"Lo masih cinta sama Rakry?" Tanya tio kami berjalan cukup santai.

"Mau jawaban bohong atau jujur?" Tanyaku balik.

"Jujurlah"

"Masih sangat cinta" jawabku sejelas jelasnya.

Lalu tio tersenyum pada si farhan yang menyapanya tadi.

"Lo tau alasannya mutusin lo?" Tanya tio.

"Dia gagal membahagiain gue. Begitu katanya" jawabku.

"Bohong dia itu!" Sergah tio.

"Gue tau!" Kataku. Lalu kami berbelok ke kiri untuk menuju tangga dan naik ke lantai 2.

"Alasan yang sebenarnya itu dia cemburu!, sorry nih ya. Gue lancang. Rakry itu berantem sama Revan gara gara Revan bilang dia pernah ciuman sama lo. Bukan cuma sekali! Itu yang buat Rakry marah. Tapi emang bener?" Tanya tio wajahnya menampakan keseriusan.

"Ciuman? Rendahan banget dong gue?! Dan Rakry percaya? Jadi cuma sampe situ doang kepercayaan dia buat gue? Jadi dia lebih percaya Revan ketimbang gue?!" Kataku santai namun sinis.

"Yaaa gue gak tau. Makanya gue mau lurusin ini semua! Gue percaya lo gak serendah itu! Mungkin Rakry cinta banget sama lo sampe dia sebegitu kecewanya. Gue kasian sama Rakry, biarpun dia gak ngomong tapi gue tau, dia galau! Sedih, putus dari lo. Dia itu kaya kehilangan separuh hidupnya!" Kata Tio.

"Bilang sama temen lo. GUE KECEWA SAMA DIA YANG LEBIH PERCAYA ORANG LAIN DARIPADA GUE" kataku lalu pamit pada Tio untuk pergi ke kelasku.

Lalu aku pergi ke kamar mandi untu menenangkan diri.

Aku kecewa pada Rakry! Aku tidak menyangka sedangkal itu pikiran rakry terhadap ku. Serendah itu dia menilaiku. Tanpa tersadar aku manangis,aku menatap diriku sendiri di cermin. Aku menangis bukan karna aku lemah, tapi karna aku sudah lelah menjadi kuat.

Aku tidak menyangka, yang menjadi alasan berakhirnya hubungan ku dan Rakry adalah karna kepercayaan Rakry kepadaku yang dangkal. Sedangkan dia sendiri hanya tau itu dari Revan tanpa ingin tau yang sebenarnya.

Baiklah.

Jika perpisahan ini menjadi jalan terbaik. Aku akan mencoba melupakannya dengan sejuta kenangan yang sulit dilupakan. Aku akan mencoba untuk berhenti mencintainya walau pun sulit.

Karna melupakannya tidak semudah saat aku mencintainya.

****

Bagiku, hari itu adalah hari terburuk ku di masa lalu. Aku sedih atas semua yang terjadi, tapi mau bagaimana pun masa lalu tetaplah masa lalu yang tidak mungkin untuk diputar kembali.

Setetes air dari mata jatuh mengenai sketsa yang kubuat diatas kertas. Lalu seseorang memberiku tissue dia adalah si boy. Dia menemaniku menulis malam ini, aku malu karna dia menyaksikanku menangis.

"Gak usah malu. Lo manusia gue manusia. Lo pernah nangis gue juga pernah nangis. Tapi saat masih bayi" kata si boy menghiburku.

"Receh!" Jawabku melempar tissue ke wajahnya lalu dia tertawa.

"Mengingat masa lalu itu emang menguras emosi ya. Kadang lo ketawa sendiri saat inget kejadian lucu di masa lalu. Tapi kadang juga lo nangis karna kejadian sedih di masa lalu" kata si boy.

"Alah! Sok bijak" cibirku.

****

Readers ku tersayang.
Makasih udah mau baca sampei sini.
Terharu loh aku!
.
.
Jangan lupa kasih bintang ya.

Aku mandi dulu bayy...

🤗🤗

Salam sayang.

Salsa,
Istri pemain bola

tentang rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang