18.

568 24 2
                                    

Rakry diam saja, mungkin dia masih kesal pada Revan atau mungkin juga kesal pada diri sendiri. Dia masih menggenggam tanganku membawaku ke toilet putri.
Sesampainya di depan toilet Rakry menatapku tajam jarak wajahku dengannya mungkin hanya satu jengkal saja. Lalu kemudian yang kurasakan adalah aku degdegan apalagi hampir tidak ada jarak antara ku dengan dia.

Perlahan lahan Rakry membuka kancing seragam putihnya, entah apa yang akan dia perbuat kalau sampai pak Bowo melihat ini tentu dia akan konser berjam jam.

"Rakry apa sih!" Kataku menjauhkan wajahnya dengan kelima jariku.

"Hahahhaha" rakry tertawa sambil memegangi perutnya. Dia tertawa sekencang kencangnya. Membuat aku jadi ikut tertawa padahal aku gak tau dimana sisi kelucuannya.

"Kenapa sih?" Tanya ku disela tawa.

"Kamu kira aku mau apain?" Tanya Rakry masih memegangi perutnya.

"Yaa.. aku udah berfikir yang ngga ngga sih" kataku malu.

"Hahaha.." dia tertawa

Aku diam saja.

"Nih" dia memberiku seragam sekolahnya. Dan dia memakai kaos lagi didalamnya.

"Buat?"

"Baju kamu kotor kan? Gara gara ketumpahan kuah bakso, pake baju aku aja" katanya .

"Terus kamu?" Tanyaku.

"Aku kan udah pake baju"katanya
Lalu aku mengambil seragam Rakry dan menggantinya di kamar mandi.

Setelah itu aku memakainya, bajunya memang agak kebesaran tapi dengan memakai bajunya aku merasa selalu dipeluknya.

"Kegedean ya?" Tanyaku.

"Nggak sih, cocok!" Katanya yang sudah memakai jaket berwarna hitam. Mungkin saat tadi aku mengganti baju dia pergi ke kelas untuk mengambil jaket nya.

"Yuk" ajak Rakry.

"Kemana?"

"Ke kelas lah! Mau bolos lagi? Aku sih hayu aja" katanya santai.

"Yaudah yuk. Ke kelas" kataku.

"Ke kelas aku atau kekelas kamu?" Tanya Rakry.

"Ke kelas aku" jawabku.

"Ke kelas kamu? Aku kan di kelas ipa2" kata Rakry seperti mengeluh.

"Yaudah aku ke kelas aku. Kamu ke kelas kamu. Deal?" Kataku mengulurkan tangan

"Deal" lalu dia menjabat tanganku.

Percakapan yang unfaedah tapi menyenangkan. Tidak ada gunanya sih membicarakan sesuatu yang sudah tau solusinya bagaimana, tapi itulah Rakry dia membuat percakapan sesimple apapun menjadi sesuatu yang menyenangkan untuk dibicarakan.

"Emang kamu gak bakal diomelin. Pake jaket gini?!" Tanyaku saat kami jalan berdua di koridor sekolah.

"Aku bilang aja. Lagi sakit pak" jawabnya

"Gak boleh bohong"

"Gak bohong! Cuman gak jujur aja"

"Sama aja"

Lalu kami tertawa. Sepertinya dengan percakapan menyenangkan ini kami bisa melupakan kejadian dikantin tadi.

"Aku udah kaya malaikat pencabut nyawa belom?" Tanya Rakry yang memakai penutup kepala di jaketnya sehingga terlihat seperti lelaki misterius.

"Hahaha udah, kurang tongkat aja sih"

"Tongkatnya di pake mang sahidi" katanya mang sahidi adalah tukang bersih bersih di sekolah ku.

"Hahaha"

"Aku mau cabut nyawa si repan!" Katanya logat sunda nya keluar.

"Heh jangan" kataku.

"Yaudah gak jadi"

"Hahaha"

****

Selepas bel pulang sekolah, aku berjalan menuju tempat parkiran untuk segera menemui si tamvan dan pemiliknya.

"Eh nya, gue baru sadar deh. Baju lo kegedean terus nametag nya juga nama si Rakry. Baju lo kemana?" Tanya hani yang berjalan bersama denganku menuju parkiran.

"Baju gue ketumpahan kuah bakso" kataku.

Tiba tiba dari arah yang lain Tio datang mengahampiri Hani.

"Yang, aku anter anya pulang dulu ya. Disuruh Rakry" kata tio kepada hani.

"Emank Rakry kemana yo?" Tanyaku.

"Rakry di ruang bp, gue disuruh anter lo balik" jawab tio

"Ngapain?" Tanya hani.

"Lagi di introgasi sama pak bowo. Berantem sama Revan di kelas" kata tio.

"Kok bisa?" Tanya hani.

"Gue mau ketemu Rakry dulu" kata ku lalu pergi menuju ruang bp diikuti tio dan hani.

Jujur aku panik aku takut dia kenapa kenapa. Aku tau dia, dia tidak akan mau kalah dia pasti akan berjuang habis habisan.

Dari arah perpustakaan kinar lari mengejarku.

"Anya!"

Aku menoleh.

"Tadi Revan dibawa kerumah sakit" kata kinar

Aku terkejut dan menutup mulutku.

"Terus rakry gimana?" Tanya hani.

"Rakry lebam lebam. Dibawa ke ruang bp"jawab kinar

Tidak menunggu lama lagi aku langsung berlari menuju ruang bp.

Sesampainya di ruang bp, ada banyak orang disana. Aku menyelip diantara kerumunan orang orang itu. Aku melihat rakry hanya memakai kaos nya dan wajahnya lebam lebam.

Aku nekat masuk dan duduk disampingnya. Dia tersenyum menatapku dari tatapannya bisa aku mengerti bahwa dia mengatakan.

"Kamu pulang ya.. nanti aku ceritain dirumah. Jangan hawatir aku lagi ngopi sama pak bowo. Kamu pulang bareng tio ya!"

Aku lalu mengangguk dan dengan cemas aku pulang bersama tio, hani, dan kinar yang menemaniku.

"Bukan rakry yang salah!" Kata tio sambil menyetir mobil kinar.

"Iya nya. Mungkin image nya Rakry yang salah sampe bikin Revan sampe babak belur. Taoi yang ngawalin itu ya.. si Revan!" Kata kinar.

Aku diam saja. Aku sedang tidak mau membicarakan hal itu. Aku tidak peduli siapa yang benar siapa yang salah. Aku hanya peduli rakry.

Rakry ku jangan sampai sakit.

Dia pacarku!

Dia milikku!

Jangan ada yang ambil!

****

Kalo kalian punya pacar kaya Rakry kalian akan bahagia atau selalu hawatir karna Rakry yang trouble maker?

Semoga suka. Kalo gak suka ya suka sukain aja.

Wassalam.

Lanjut entar ya...

Baybay😋

tentang rindu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang