19(2)

4.7K 408 24
                                    

Hai!😊

🍁🍁🍁

"Mang Maman!"

Seorang tukang bubur mencari-cari sumber suara, kemudian tersenyum lebar dan menepi saat tahu yang memanggil adalah (namakamu), sang istri muda Kevin Sanjaya yang menjadi langgananya.

"Kemana aja si mang? Udah seminggu di tungguin gak nongol-nongol" tanya (namakamu) duduk di kursi plastik yang di sediakan.

"Kemarin saya sibuk sama nikahan anak saya neng" jawab Mang Maman membuatkan pesanan (namakamu).

"Loh, siska udah nikah? Kok jahat si gak ngundang (namakamu)"

(Namakamu) merengut lucu.

Mang Maman gelagapan. "Malu lah neng, nikahannya sederhana, cuma di rumah aja gak di gedung mewah kayak nikahan eneng"

Pak Maman terdengar merendah dan (namakamu) tak suka itu.

"Ih kok ngomongnya gitu, (namakamu) seneng malah di undang, kayak Mamang ngaku (namakamu) gitu"

"Ay!"

(Namakamu) mendelik saat suara Kevin mulai terdengar dari rumah. "Boss udah manggil. (namakamu) ke dalem dulu ya Mang, bye!"

Melihat itu Pak Maman tersenyum langsung menyimpan uang yang selalu di lebihkan (namakamu) sebagai penglarisnya hari ini.

"Kenapa Vin? Mbak tolong pindahin ke mangkuk ya" suruh (namakamu) pada Mbak Laras.

"Baik non"

Mbak Laras adalah salah satu pelayan di rumah ini, bersama Mika dan Ayu. Mereka memiliki tugasnya masing-masing.

Ada Kevin menuruni tangga dengan wajah cemberut, membuat siapa pun ingin menarik bibir itu sampai robek, saking gemasnya.

"Kenapa sih sayang nya aku? Pagi-pagi udah cemberut, senyum manis dong buat istrinya"

(Namakamu) menarik kedua ujung bibir Kevin agar tersenyum.

"Malesin banget Ay, masa senar raket aku bolong gini" Kevin memperlihatkan bendak pusakanya ketika di lapangan.

"Mau nyalahin aku?"

"Bukan gitu Ay"

"Terus?"

(Namakamu) duduk di pantry dan mengaduk bubur dalam mangkuk berisi bubur ayam topping lengkap, sedangkan Kevin mengekor dari belakang.

"Jangan kesel-kesel dong sayang, masih pagi udah marah-marah sama istri" lembut (namakamu) menatap Kevin di sebrangnya.

"Iya engga, mau dong bubur nya" Kevin sepertinya tergoda melihat (namakamu) makan.

"Nih, aku cuma beli satu kan biasanya kamu gak suka sarapan bubur"

(Namakamu) mendorong mangkuknya lebih dekat pada Kevin.

"Berdua ya Ay?"

Menyetujui hal itu, (namakamu) mengangguk.

"Perasaan tangan kamu makin petir ya, ini raket baru loh, masa udah bolong gini" (namakamu) memperhatikan raket yang tak layak pakai itu.

"Gak tau lah Ay, bingung aku juga"

(Namakamu) memperhatikan Kevin makan, apakah cocok di usia muda dan masih memikirkan ego seperti mereka memiliki seorang anak, ah lucu sekali.

🍁🍁🍁

"Aaaa! Yaampun!"

Semua terkejut dengan teriakan nyaring seorang wanita di meja nomor 14, suasana Kafe yang ramai membuatnya menjadi pusat perhatian.

Dengan cepat (namakamu) menepuk pundak Arumi untuk menghampiri asal suara, sementara dirinya masih menghitung pendapatan Kafe selama satu bulan terakhir.

Ada niatan membuka cabang karena Kafe nya meningkat drastis, semakin hari semakin di kenal banyak orang.

"Maaf Bu, ada apa ya?" Tanya Arumi serba salah, melihat tante itu wajahnya sudah merah padam.

"Mana manajer kamu! Mana hah?! Saya mau bicara sama dia!"

Dengan satu gebrakkan kencang dirinya berdiri mencari-cari sang penanggung jawab Kafe.

(Namakamu) semakin kaget saat wanita itu mencari dirinya.

"Tante santai dulu dong! Jangan ngegas gitu!" Dengan lucu nya Arumi berkacak pinggang menantang.

Banyak orang yang mengerumuni dan mulai memvideo kan membuat status untuk akun sosial media mereka.

"Heh kamu tuh cuma bocah kencur! Saya gak ada urusan sama kamu, saya perlunya sama atasan kamu! Mana dia hah?!"

"Eh.. Udah-udah" (namakamu) mendorong Arumi kebelakang untuk tidak melawan dan membuat suasana semakin panas.

Sedangkan Feya dan Dimas yang sakitnya sudah pulih ikut berdiri di belakang (namakamu) dan di samping Arumi.

"Kenapa ya Mbak? Ada ketidak nyamanan Mbak di Kafe saya?"

"Oh kamu yang punya Kafe" wanita tersebut tersenyum miring kemudian menjatuhkan gelas kopi dengan sengaja dari atas meja.

Membuat semua menjerit dan mundur beberapa langkah kebelakang. Tak terkecuali (namakamu).

"Maaf ya Mbak, tolong kalau cuma mau bikin ribut, silahkan keluar dari Kafe saya" usir lembut (namakamu) menunjuk pintu keluar.

"Kamu gak lihat ada kotoran tikus di roti saya hah? Jorok sekali!"

(Namakamu) menggeleng pelan. "Nggak mungkin, saya selalu mengutamakan kebersihan, silahkan lihat ke dapur kalau Mbak mau tau"

"Gak! Akan saya tuntut kamu!"

"Mbak bisa di bicarakan baik-baik kan? Hukum itu bukan sebuah permainan"

"Saya tahu itu bukan permainan, itu sebuah Hukum! Saya bukan anak bocah kayak dia"

Arumi tersentak saat dirinya di tunjuk wanita menyebalkan itu.

"Mana si Mbak? Mana kotoran tikus nya? Jangan-jangan jatuh lagi dari rambut Mbak sendiri" untuk yang terakhir itu (namakamu) benar-benar berbicara pelan.

"Nih liat!"

Setelah melihat sesuatu di atas roti, (namakamu) menatap datar wanita itu.

"Tante nama nya siapa?"

"Mery, kenapa? Bener kan ada kotoran tikus?"

(Namakamu) menghembuskan nafas pelan. "Ini kismis Mbak, kalau Mbak Mery gak tau"

"Ah masa sih?" Gelagapan Mery mendekatkan roti itu ke arah pandang nya.

"Mbak bisa rasain sendiri rasa nya!" Dengan sedikit emosi (namakamu) menaikkan nada bicaranya, norak sekali Tante Mery itu.

Melihat Mery yang malu sendiri (namakamu) kembali melangkahkan kaki untuk mengerjakan kegiatan yang sempat terhambat tadi.

Semua bersorak dan kembali ke meja nya masing-masing.

"Ish norak" ledek Arumi menjulurkan lidah lalu lari terbirit saat Mery mengacungkan piring rotinya siap menghantam wajah imut Arumi.

"Ada-ada aja sih, apa selalu kayak gini Fey? Bikin gemes aja pelanggan" tanya (namakamu) pada Feya yang melintas di hadapannya. Akan mengantarkan pesanan membantu Dimas yang kewalahan.

"Kadang Mbak, suka nguji kesabaran banget emang, tapi dari sini kita belajar" Feya tersenyum.

"Ah kamu bener Fey, sana ke dapur lagi, jangan lupa masak nya pake sentuhan cinta" goda (namakamu) mengedipkan mata.

"Siap Bu Boss!" Dengan semangat Feya kembali berkutat dengan pekerjaan sekaligus hobi nya, memasak.

"(Nam).."

(Namakamu) mendongak saat ada yang berdiri di hadapannya.

"Eh Ihsan? Kenapa?"

"Bisa kita--bicara sebentar"

Sejenak (namakamu) berfikir dan melirik Arumi yang fokus melayani pembeli, sebelum akhirnya mengangguk menyetujui.

🍁🍁🍁

Kevin Sanjaya SUKAMULJO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang