23(2)

4.2K 387 15
                                    


🍁🍁🍁

'(Nam), Mami sama Kak Salsha mau jalan-jalan dulu nikmatin kota Jakarta. Maaf ya nggak bilang dulu, tadi kamu masih tidur soalnya'

(Namaakamu) menghela nafas saat rumah nya sepi seperti biasa, awalnya bertanya-tanya kemana pergi Mami dan kakakanya tapi semua itu terjawab saat membaca note di meja makan.

"Mbak Laras" panggil (namakamu) pada Mbak Laras yang asik menggoyangkan pinggulnya dengan tangan memainkan busa sabun.

"Mbak!"

"Apa si!"

"Eh hehe" Mbak Laras tertawa sumbang saat majikannya sudah berkacak pinggang menatapnya.

Di lepaslah earphone yang sedari tadi menyumbat telinga nya "Ada apa Non? Hehe maaf nggak kedengeran"

"Udah selesai nyuci piring nya? Awas pada pecah kesenggol pinggul mbak" sindir halus (namakamu) membuka kulkas.

"Maaf non, saya gabut banget abisan. Pak Manto pulang kampung sih" rengut Mbak Laras.

"Kevin mana? Udah berangkat? Udah sarapan belum?" tanya (namakamu) menggigit apel merah nya.

Sambil menyeduh susu khusus ibu hamil, (namakamu) sedikit berbincang dengan si janin di dalam sana.

"Kalo saya udah non, nggak usah khawatir gitulah" malu-malu Mbak Laras.

"Dih, maksud nya Kevin Mbak, dia udah sarapan belum bukannya Mbak"

"Oh gitu ya hehe. Mas Kevin udah kok, tadi sih sarapan sereal gitu"

(Namakamu) mengangguk, jadi tak perlu khawatir dengan keadaan suaminya itu.

"Jadi Mbak Laras kesepian di rumah ini?" tanya (namakamu) menggoda.

"Iya Non, tambahin satu lagi assisten bisa kali non" rayu Mbak Laras, yang sepertinya memang merasa sendiri di rumah yang luas ini.

Meski setiap hari ada petugas yang membantu meringankan pekerjaannya, seperti memereskan taman belakang dan menguras kolam.

(Namakamu) mengangguk. "Aku ke cafe dulu ya Mbak, hati-hati di sini. Tolong pantau dari ruang Cctv ya, kalau ada yang mencurigakan tolong lapor"

"Siap non, hati-hati ya"

🍁🍁🍁

Hari ini keadaan kafe Kiss lumayan penuh, entah apa alasannya. Tapi dari mulai kafe di buka hingga hampir jam makan siang banyak orang berdatangan.

"Duh Rumm, bantuin dulu dong di sini" teriak Dimas kewalahan mengantarkan dan mencatat pesanan.

"Ya Arumi juga sibuk ini" tolak Arumi di meja kasir.

'Duh mas pesanan saya mana?'

'Mas bisa kerja gak sih? Ini bukan pesanan saya!'

'Mbak tolong tambah keju nya!'

'Kurang asin ini, micin mana micin'

"Haduhhh!" keluh Feya di dapur, kepalanya terasa akan pecah. Biasanya Kafe memang selalu ramai tapi tetap bisa mereka tangani.

"Fey! Cepetan dong makaron nya! Udah ngamuk-ngamuk ini" Dimas menampakkan wajah di pintu dapur.

"Yeh malah santai-santai"

Feya duduk memijat keningnya dengan satu butir obat di tangan.

"Feya! Lo mau ngapain? Bunuh diri? Yaampun jangan gitu lah, kita hadapin semua manusia-manusia kelaperan itu sama-sama ya" Dimas bersimpuh di bawah Feya, mengira Feya akan memakan racun.

"Apa si? Ini obat migrain, gue puyeng banget sumpah"

"Gue kira apaan" Dimas berdiri berkacak pinggang.

"Jangan bikin panik dong, cukup bikin sayang aja. Eh!" Dimas menutup mulutnya yang keceplosan.

"Apa? Apa lo bilang?"

"Ah enggak, itu Mbak (namakamu) ada di sini" dua kali Dimas menutup mulut nya yang asal bicara, mana ada (namakamu) di Kafe.

"Yang bener? Yaudah deh suruh nyanyi aja buat nenangin mereka semua, sana" Feya mendorong-dorong bahu Dimas.

Sebenarnya Feya mendengar ucapan Dimas barusan, untuk menyembunyikan rasa malu Feya pun menyuruh Dimas pergi.

Dimas mengulum senyum. "Lo denger ya omongan gue barusan?"

"Apaan enggak juga, emang lo ngomong apa?" elak Feya.

"Alah jujur aja lo salting, ya kan?" goda Dimas mencoba melihat wajah Feya yang terus menghindar.

"Kalian boleh pacaran tapi jangan sekarang, buruan kerjanya lebih gesit dong Dimas, Feya!"

Dimas dan Feya kaget saat sudah ada (namakamu) yang melepas cardigan nya dan memakai sebuah arpon. Mulai meracik apa yang jadi pesanan.

"Eh siap, Mbak!"

Dimas berlari ke luar sementara Feya membantu (namakamu).

"Saya seneng loh, selain ngebantuin kalian dapet kerja, bisa juga bantu kalian dapet jodoh" (namakamu) mengedipkan mata menggoda.

🍁🍁🍁

"Kan aku udah bilang jangan kecapean Ay!"

(Namakamu) mengangguk pelan.

"Jadi gini kan, sakit banget kan pasti?" Kevin mengelus leher (namakamu) yang terdapat luka bakar.

Entah kecerobohan apa yang dilakukan istrinya itu sampai begini.

Hal yang membuat Kevin kebut-kebutan di jalan demi cepat menemui (namakamu).

"Kalian juga nggak jagain istri saya ya?"

Arumi, Dimas dan Feya sedari tadi terdiam pun kena semprot juga.

Ternyata Kevin kalau sudah marah lumayan juga seremnya.

"Udah Vin, aku yang salah bukan mereka. Kasian muka nya kayak yang mau di pasung mati gitu" (namakamu) mengelus lengan Kevin.

"Sini aku obatin, awasin rambutnya Ay" Kevin mengoles salep ke lukanya. Cukup pelan dan lembut.

"Sakiit" ringis (namakamu) meremas paha Kevin.

"Siapa suruh gak hati-hati"

Kevin memiringkan wajah ke arah leher (namakamu) untuk meniup-niup lukanya agar cepat kering.

Cukup dekat sehingga Arumi menutup wajah nya dengan buku menu.

"Mas Kevin mau ngapain? Arumi masih suci loh ini" bisik Arumi.

"Tutup mata aja, ini masalah orang dewasa"

"17++ ya Kak?" tanya Arumi.

"He'em" jawab Dimas.

"Yaudah kalo gitu Arumi boleh liat, kan udah 18th hehe" cengir Arumi.

"Loh kamu 18th?!" kaget Feya dengan nada pelan.

"Iyalah"

"Saya sama istri saya pergi dulu, kalian boleh tutup kafe nya kalo cape" Kevin berdiri menggandeng (namakamu) untuk segera pergi dari sana.

"Iya cepet sembuh Mbak, maaf juga kami nggak jagain Mbak sepenuhnya tadi" sesal Feya.

"Nggak papa, ini cuma luka ringan kok. Saya sama Kevin duluan ya daah"

Arumi melambai tangan dengan senyum mengembang melihat punggung pasangan favorite nya mulai menjauh.

"Aku kira Mas Kevin mau cipok Mbak (namakamu) tadi" desisnya.

"Heh! Tau dari mana kamu yang begituan?" marah Feya.

Arumi segera tersadar. "Dari film 17++ nya Kak Dimas tuh, seru sih Kak ternyata film nya. Nanti nonton rame-rame yuk"

Dengan riang gembira Arumi membereskan meja dan kursi.

"Dimass!"

"Eh hehe, ya sorry"

🍁🍁🍁

Kevin Sanjaya SUKAMULJO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang