6

3K 346 0
                                    

Jihoon duduk di sebuah ayunan di samping bibi Soonyoung yang tersenyum padanya.

" Jangan merasa sungkan padaku Jihoon.. Anggap saja aku bibimu juga " katanya dan Jihoon mengangguk.

" Hey.. Aku ingin bercerita, apa kau mau mendengarkan? " tanyanya. Jihoon mengangguk dan sang bibi menarik nafas panjang.

" Aku bukan sepenuhnya bibi Soonyoung. Sejujurnya aku hanya orang baru untuknya. Pamannya, dia bercerai dengan istrinya, mantan istrinya yang meninggalkannya di ruang sidang setelah resmi. Aku mengenalnya saat melamar pekerjaan di kantor milik almarhum ayah Soonyoung yang di Jepang. Kami berkenalan, dekat dan menikah. Pernikahan kami tak banyak yang tahu, makanya beberapa keluarga Soonyoung tak begitu akrab denganku. Entahlah, sekiranya itu yang kupikirkan. Hanya karna aku istri kedua pamannya, aku berpikir kalau aku hanya bukan bibinya. Konyol bukan? " tanya bibi Soonyoung sambil tertawa renyah.

" Kami sudah lama menikah, namun kami tak kunjung mendapat keturunan. Mungkin karena kami terlalu sibuk dengan pekerjaan jadi sedikit renggang. Tenang saja, kami tidak melakukan kekerasan satu sama lain. Kami saling mecintai. Dan kau tau, saat aku mendengar kabar Soonyoung menjadi yatim piatu, aku sangat terpukul. Aku juga sedih saat Soonyoung yang memang saat itu belum mengenalku menjauhiku. Bukan hanya diriku. Seluruh keluarganya. Maka dari itu, tak ada satupun dari mereka yang ingin mengurusnya. Satu-satunya keluarga yang akrab dengannya hanya keluarga Jeon dan kami berdua. Namun keluarga Jeon juga workholic seperti kami, bedanya mereka memiliki dua putra dan satu putri. Jeon Wonwoo, Jeon Jungkook dan Jeon Somi. Mereka bertiga saat menggemaskan dan selalu akur. Walau Jungkook dan Wonwoo memiliki watak yang bertolak belakang. Soonyoung bilang kalian teman jauh dan kau sudah tinggal cukup lama disini, kau pasti mengenal salah satu dari trio Jeon itu kan? "

Jihoon mengangguk, " Wonwoo dan Mingyu yang paling sering kemari. Kadang bersama Seungkwan, Vernon, Joshua dan Seokmin.. Teman-teman Soonyoung sangat baik " katanya.

" Syukurlah kalau begitu. Setidaknya dengan adanya kalian, kami tak perlu begitu khawatir. Dan kau tau, kau harus menjauhkan Soonyoung dari Seungcheol "

Dahi Jihoon berkerut, " Seungcheol? "

" Ya, dia teman Soonyoung juga. Namun mereka pernah berkelahi karena hal kecil saat di tempat latihannya. Namun kini dia sudah sukses. Bekerja sebagai CEO berkarisma di Choi Group. Aku pernah bertemu dengannya di pertemuan para atasan tahun lalu sebagai perwakilan suamiku. Ahh dia sudah sangat dewasa. Aku berharap Soonyoung dan Seungcheol akan bertemu kembali. Terakhir kali mereka bertemu itu saat Soonyoung akan memasuki SMA. Seungcheol dibawa pindah ke Itali. Mereka menangisi satu sama lain. Sangat menggemaskan. Dan yeah, Seungcheol sudah memiliki istri sekarang " ucapnya. Senyumnya tak kunjung luntur walau ia telah selesai bercerita.

" Bagaimana denganmu manis? Apa kau ingin berbagi ceritamu denganku? Tentang orang tuamu, atau sahabatmu? " tanya bibi Soonyoung, ia menatap Jihoon penuh harap.

" A- aku tidak tau harus cerita apa.. Terakhir yang ku ingat, aku tidak punya orang tua. Dan temanku.. Aku tak ingat satupun dari mereka " tutur Jihoon lemah. Karena itu kenyataannya. Ia tak bisa mengingat apapun.

" Oh.. Maafkan bibi sayang.. Bibi tidak bermaksud " seru bibi Soonyoung seraya merengkuh Jihoon ke dalam pelukannya.

" Aniyo.. Aku tidakpapa bibi. Aku bahkan tak tau kenapa aku bisa hilang ingatan " kekeh Jihoon setelahnya, membuat bibi Soonyoung kembali merasa bersalah.

" Sayang? Ayo pulang... Sudah saatnya mereka tidur juga " ucap sang paman yang datang bersama Soonyoung di sampingnya.

Bibi Soonyoung mengangguk dan beranjak dari sana setelah memeluk dan mengecup singkat puncak kepala Jihoon. Ia melakukan hal yang sama pada Soonyoung dan keduanya berpamitan pada Jihoon juga Soonyoung. Hingga mobil yang mereka kendarai tak terlihat di pekarangan baru mereka berdua kembali masuk.

" Ughh.." keluh Soonyoung setelah menjatuhkan diri di sofa.

Jihoon duduk di sampingnya dengan menatapnya heran.

" Kalian membahas apa saja tadi? " tanya Soonyoung antusias. Jihoon mengindikkan bahu.

" Tidak banyak "

" Boleh aku tau? "

" Bibimu bercerita tentang masa kecilmu. Temanmu yang bernama Sungchol dan trio... Jeon? Entahlah, ingatanku seperti Dory " ucap Jihoon malas.

Soonyoung mencebik, " Eyy.. Dory tidak ada yang semanis dirimu. Lagipula kau itu kucing, bukan ikan! " timpalnya.

Jihoon menatapnya sebal, " Ku bilang kan ingatanku sepertinya, jangka pendek! Dasar tidak pengertian "

Soonyoung tertawa sambil meminta maaf melihat Jihoon yang merajuk.

" Maksudmu Seungcheol? Aku tidak mengenal Sungchol soalnya. Dan soal trio Jeon, ya aku mengenal ketiganya dengan baik. Terlebih si mata empat itu " ucap Soonyoung sambil menyindir Wonwoo.

" Terserahmu. Sama saja jika di dengar. Dan apa kau tidak pernah bertemu dengannya lagi? Bibimu bilang dia sudah sangat sukses sekarang "

" Yap memang.. Kenapa kau bertanya? Kau ingin aku sukses seperti dia? "

" Tidak. Lagipula, kau harus sukses dengan niatmu sendiri, bukan karena permintaanku "

" Benar juga. Okay kalau begitu "

Hening kembali datang setelah Soonyoung berkata demikian. Tv yang menyalapun dibiarkan saja. Jihoon sibuk memainkan ponsel milik Soonyoung sedangkan Soonyoung sendiri tengah melamun.

" OEEEYY.. Apa yang kau lamunkan eoh? " tanya Jihoon saat Soonyoung mendapatkan kembali kesadarannya dan menatapnya konyol.

" Aku bertanya besok kita makan apa tapi kau tak kunjung menjawab " keluh Jihoon sambil mengerucutkan bibirnya.

" Ah.. Maaf, terserahmu saja " balas Soonyoung sekedarnya.

Jihoon itu baru baru belajar memasak tapi beberapa buatannya sudah sangat enak. Sangat berbeda dengan Soonyoung.

" Dan soal hal yang kau lamunkan? "

Alih-alih menjawab, Soonyoung malah mengalihkan pandangannya menuju tas yang bersisikan map yang ditaruh di bawah tv. Tentu Jihoon melihat gelagatnya dan menujukan pandangan ke hal yang sama.

" Ini? " tanya Jihoon yang telah berdiri sambil memeluk tas itu.

" Apa isinya? Boleh ku buka? "

Soonyoung mengangguk saja dan membiarkan Jihoon berlaku sesukanya.

" Eh? Apa ini?? " tanya Jihoon dengan kepala yang miring ke kiri.

Jihoon kembali dengan telinga dan ekor kucing miliknya. Ia terus menatap tiap lembar isi dari map itu. Ada tiga map disana.

" Rangkuman pelajaran tentang apa yang harus dan tidak di lakukan oleh seorang CEO. Materi tentang perusahaan dan hal-hal lain tentang perusahaanku " jawab Soonyoung malas.

Bibir Jihoon membentuk huruf 'O' walau ia tak mengerti sepenuhnya.

" Kau bisa mempelajarinya kan? Kau kan pintar. Kau bahkan lulus dengan nilai tertinggi ke empat " bangga Jihoon sambil duduk disamping Soonyoung yang masih dengan tengkurap.

" Aku bisa, kalau waktunya lebih dari dua bulan! " ia menjedanya sejenak, " Lagipula posisi ke empat itu bukan sesuatu yang harus di banggakan "

" Biar saja. Kau pasti bisa Soonyoung.. Aku yakin padamu! " seru Jihoon dengan semangat. Soonyoung merasa hatinya menghangat mendengar penuturan Jihoon.

" Kalau begitu sekarang kita tidur. Kita tak boleh jadi panda okay? Ayo " ucap Soonyoung dan Jihoon mengangguk. Ia merapikan berkas-berkas itu dan mengejar Soonyoung yang sudah menaiki tangga.

" Jalja Jihoonie " ucap Soonyoung sambil mengecup kening Jihoon pelan. Jihoon tersenyum lembut.

" Jaljayo Soonie "

Setelahnya mereka masuk ke kamar masing-masing dan mulai ke alam mimpi. Siapa tau akan bertemu juga disana.





























.
.
.
Temenku kambuh. Padahal niatnya mau bobo abis ini:(

Tapi gappa.. Libur ampe Selasa entaaarr~~

You Belong To Me.[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang