34

1.3K 165 13
                                    

" Youngie..?? "

Soonyoung menoleh pada sosok menggemaskan dengan piyama putih bergaris abu-abu yang berdiri diambang pintu sambil menggosok matanya.

Senyuman Soonyoung tak dapat disembunyikan melihat hal tersebut.

Soonyoung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Jihoon yang masih berdiri disana. " Kenapa bangun? "

" Mimpi Woozi " katanya.

Soonyoung tidak kaget lagi sebenarnya. Sudah beberapa kali memang Jihoon terbangun akibat mimpi kecelakaan atau apapun yang berhubungan dengan Woozi. Dengan masa lalunya.

" Aku ingat sesuatu.." Soonyoung menggiring Jihoon menuju kursi panjang yang berada di sisi kolam ikan.

" Kalau mau cerita, ku dengarkan "

Jihoon terdiam sejenak sebelum menarik nafas kemudian membuka suara.

" Sebenarnya bukan hanya Woozi disana. Ada ibu dan ayahku " Soonyoung menyembunyikan rasa terkejutnya dibalik wajahnya yang terlihat tenang.

" Aku tidak tau apa hubungannya dengan Woozi, tapi tiba-tiba saja seperti ada yang memanggilku. Wanita cantik.. "

" Jihoonie.. Woozi-ah.. sini sama bunda " lelaki gembil berwajah menggemaskan itu berlari kecil menuju sang bunda. Di peluknya erat seakan tak ingin melepas.

" Bunda, Woozi menangkap kumbang tanduk barusan. Lihat! Besar sekali kan? " bangganya sembari menunjukkan seekor serangga besar tersebut.

" Wah~ menangkap dimana? Jangan-jangan kalian main di hutan ya? " selidik sang bunda.

" E- enggak! Tadi Woozi menangkapnya di pinggir sungai disana.. Jihoon ikut juga, tanyakan saja padanya "

Jihoon kecil yang sembunyi di balik sofa langsung terperanjat. Dirinya menyembulkan kepala dan terkekeh tanpa dosa pada sang bunda sambil mengangguk.

" Awas ya kalau kalian bohong.. tidak akan bunda berikan cemilan malam. Dan lagi, kalian tidak boleh bermain di sungai. Bahaya! Kalau kalian tenggelam bagaimana? Bunda sibuk menjahit dan ayahmu di luar rumah. Kalian jangan bermain jauh-jauh.. "

Woozi dan Jihoon menunduk. Namun berbeda dengan Woozi yang menanggapi ucapan sang bunda dengan anggukan, Jihoon diam-diam menahan tangisnya.

" Bunda membuat Jihoon menangis! " keluh Woozi. Jihoon terkejut dan dengan segera menggeleng antusias.

" Aigoo.. Bunda minta maaf, Jihoonie " sang bunda dengan segera memeluk Jihoon yang langsung menangis keras.

" B- bunda marah.. hiks, Jihoon yang salah " katanya sambil sesenggukan. Woozi menahan gemasnya pada sang adik.

Jihoon dan Woozi hidup tenang dalam lindungan sang bunda. Sang bunda terus menerus bekerja bukan berarti tak mengawasi mereka. Woozi cukup dewasa diusianya yang masih belia, menjaga dan merawat sang adik apabila sang bunda benar-benar tak bisa di ganggu. Woozi sadar betul, Jihoon sebagai si bungsu tentu saja ingin mendapat banyak kasih sayang dan perhatian, maka dari itu setiap pulang sekolah ia pasti langsung bermain bersama sang adik. Jika tidak sedang tidur siang.

Cukup harmonis jika sang ayah tak datang dan mengamuk dirumah kecil itu.

Benar. Ayah Woozi dan Jihoon sangat tempramen. Ia hanya pulang ke rumah untuk mencari alat pelampiasan.

Apabila sang bunda tak meminta Woozi membawa sembunyi Jihoon, sudah pasti mereka berdua tewas ditangan keras sang ayah.

Maka dari itu sang ayah hanya mengetahui Woozi sebagai putra tunggal keluarga mereka. Ia tak tahu dengan keberadaan Jihoon karna memang dirinya tak pernah tinggal di rumah sejak Jihoon lahir.

You Belong To Me.[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang