18

2.1K 218 0
                                    

Bonus 1 deh..















" Ugh.."

" Katakan pada pak Seo untuk mengerjakan bagian data. Lo hanya perlu mengontrol mereka semua dan ngecek berkas-berkas sialan itu kan? Semudah itu dan lo masih ngeluh? "

"...."

" Gak. Gue cuti besok. Gue ga mau tau. Lo bertanggung jawab penuh buat seharian besok! "

Sekiranya itulah hal pertama yang Jihoon dengar saat ia baru bangun tidur. Ia menguap kecil sambil mengusap matanya. Soonyoung, yang entah mengapa terdengar marah tadi langsung menoleh dan mencubit kedua pipi Jihoon dengan gemas.

" Selamat pagi sayangku~ "

" Ini sudah petang bodoh "

Soonyoung melepas tangannya dari pipi Jihoon saat melihat sebuah tanda merah di lengan kiri Jihoon.

" Ikut aku pulang ", Soonyoung berkata demikian dan langsung menarik paksa lengan Jihoon dari sana. Ia menarik tubuh mungil itu dan di dudukkannya dengan kasar di kursi penumpang samping kemudi.

Soonyoung membawa mobil seperti orang kesetanan. Ia tak memperdulikan sekitarnya ataupun Jihoon yang tengah ketakutan saat ini. Manik biru Jihoon sudah di genangi airmata yang siap terjun kapanpun. Jemari lentik itu bergetar sembari meramas ujung sweater yang ia kenakan.

Setibanya dirumah Soonyoung tetap berlaku kasar pada Jihoon. Sama sekali tidak mengindahkan lengan mungil yang mulai memerah dibalik sweater panjang itu akibat cengkramannya.

Dan ketika sampai di kamar Soonyoung, Soonyoung dengan tiba-tiba langsung memeluk Jihoon dengan erat. Merengkuh tubuh mungil yang masih menegang akibat terkejut itu. Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher si mungil sambil terus berucap maaf.

" Maafkan aku yang kasar.. Maafkan aku yang selalu sibuk Jihoon.. Aku sangat minta maaf. Aku sudah membuatmu khawatir. Aku membuatmu harus makan sendirian, aku membuatmu harus menungguku pulang hingga tertidur di ruang tamu. Maaf aku selalu membuatmu membuang-buang makananmu karena aku yang tak menyempatkan diri mencicipinya, maafkan aku.. Sungguh aku minta maaf. Aku sangat bersalah karena meninggalkanmu " tutur Soonyoung. Ia berusaha menahan tangisnya namun sepertinya tak bisa. Tubuh tinggi yang memeluk Jihoon kini bergetar. Membuat Jihoon sedikit tersentak menyadari Soonyoung tengah menangis.

Sungguh, ia tak mengharapkan kejadian yang Wonwoo ceritakan barusan terjadi padanya. Ia hanya ingin Soonyoung kembali peduli padanya, tak harus seperti ini.

Tangan mungil yang sebelumnya enggan membalas pelukan itu kini balas merengkuh tubuh tinggi yang bergetar akibat tangisan itu. Ia mengelus dan sesekali menepuk-nepuk punggung kokoh tersebut.
Jihoon membawa Soonyoung kearah kasur dan mendudukkannya disana.

" Sudahlah Soonyoung.. Aku paham kondisimu, aku maklumi " ucap Jihoon sambil mengelus kepala Soonyoung.

Tangisan Soonyoung memang sudah reda, namun isakannya masih terdengar jelas dikamar itu.

Jihoon mengambil kotak tisu dari meja kerja Soonyoung kemudian mengelap jejak airmata dan juga menjawil hidung Soonyoung memerah. Membuat Soonyoung mengerang pelan dengan suara yang serak. Mendengarnya membuat Jihoon menyinggungkan tertawa pelan.

Soonyoung menarik tangan Jihoon yang hendak membuang tisu tersebut hingga tubuh lelaki manis itu jatuh ke pangkuannya. Di peluknya kembali dengan erat dari belakang dan Soonyoung semakin tenang dengan aroma manis yang menguar dari tubuh Jihoon. Membiarkan tisu-tisu tergeletak sembarangan di lantai.

You Belong To Me.[✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang