[8] Analogi

2.7K 312 39
                                    

Jam kosong adalah salah satu anugerah terindah dan kesenangan para siswa yang selalu dinantikan dan ditunggu-tunggu khalayak banyak. Sama halnya dengan kelas 10 IPA 7, mereka sangat menantikan hal itu. Walaupun mereka mendapatkan cap kelas unggulan, bukan berarti mereka tidak menyukai jam kosong seperti siswa pada umumnya.

"Ya ampun, seharian ini tugas terus! Capek tahu nggak!" Agista mengeluh pelan setelah membanting bolpoinnya ke atas meja. Pasalnya, sehabis jam istirahat tadi para guru mengadakan rapat penting yang tidak bisa ditunda. Alhasil, siswa siswi terutama 10 IPA 7 mendapatkan tugas latihan kerja.

Jika mereka bisa memilih, maka mereka akan memilih diajari daripada diberi tugas. Pikir mereka, jika diajari pasti bisa tiduran puas dan tidak akan diberi tugas. Guru tidak akan menegur siswa siswi kelas itu. Mereka seperti mempunyai hak istimewa saat pelajaran.

"Ck. Ini apa lagi. Belum diterangin malah dikasih tugas," ujar Agista jengah melihat buku yang terbuka di depannya. Sementara para siswa kelas itu hanya cuek dan tidak mengerjakan tugas. Mereka menggunakan prinsip, sistem kebut semalam. Pengecualian untuk Hendra dan Fariz. Mereka adalah dua siswa terajin yang ada di kelas itu.

Aliza yang biasanya semangat mengerjakan tugas kini nampak acuh dan hanya tiduran di bangkunya. Sesekali membuka buku dan mengerjakan sesuatu. Jelas sekali ada yang aneh dari tingkahnya.

Tasya dan Izly yang duduk berdekatan tampaknya bekerja sendiri-sendiri. Sebagai sekretaris kelas, mereka menjunjung tinggi kedisiplinan dan kerapian. Tulisan mereka pun seperti ketikan komputer. Terutama tulisan Natasya Viola.

Ayra, Lizka, Vanesa, Nadine, Larissa, Chlora, dan Indira alias jajaran siswa pintar di kelas itu selain Aliza pun terlihat sibuk mengerjakan tugas dengan tenang.

Gwen, Alexa, Roza, dan Melsa sedang membicarakan tentang idola mereka di pojokan kelas. EXO. Kadang, Gwen menjerit ketika melihat idolanya yang menampilkan perut kotak enam dengan cuma-cuma.

Stella, Rika, dan Fify sedang tiduran di depan kelas. Mereka membicarakan gosip terhangat yang terjadi di muka bumi ini dan tak ada habis-habisnya.

Athilia, Carla, dan Naira memilih bermain ponsel tanpa berniat sedikit pun mengerjakan tugas itu. Mereka lebih menyukai menggeser laman Instagram pribadi mereka.

Sedangkan Yossi sendiri memilih bercengkrama dengan Farel yang merupakan gebetan barunya setelah putus dengan Nakula, temannya sewaktu SMP. Dirinya sudah menjalin hubungan itu sejak kelas 10 semester 1.

"Panggilan ditujukan kepada semua anggota tim basket inti baik putra maupun putri SMA 1 Gemilang diharapkan menuju ruang kebugaran sekarang juga! Terimakasih!"

Setelah mendengar pengumuman itu, Agista segera menuju ruang kebugaran. Meskipun pada dasarnya ia malas mengikutinya.

"Untung ada panggilan, daripada di kelas seperti robot yang mengerjakan tugas terus," gumam Agista melangkah mengikuti Royvan dan Abay. Di kelas itu hanya Agista, Royvan, dan Abay yang menjadi tim inti basket SMA 1 Gemilang karena Athilia difokuskan ikut OSN Matematika.

Sesampainya di sana, Agista berdiri di samping seseorang bertubuh tinggi dan berwajah manis. Namanya Atika. Atika Rajendra Putri. Secara harfiah dia penggemar berat Abay. Mereka langsung bersalaman. "Hai Ta." Atika menyapa.

"Tumben lo gerak cepat. Biasanya ngaret," ujar Agista.

"Soalnya gue yang buat pengumuman. Masa gue terlambat. Kan nggak lucu," kata Atika memandang lurus ke depan. Lebih tepatnya memandang laki-laki berambut kuning menyilau. Tentu saja Abay. Sang kapten tim basket putra.

Agista kembali fokus ke depan saat Pak Abdul datang dan masuk ke ruangan itu.

"Siang anak-anak."

"Siang Pak."

SCIENCE 7 : WE ARE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang