[27] Xerga & Firenze

1.4K 215 6
                                    

Satya duduk di jok motornya bersama gengnya. Mereka semua berada diparkiran sambil menanti bel masuk berbunyi. Tak ketinggalan, Hendra yang biasanya duduk anteng dikelas kini berpindah tempat ke parkiran dan duduk diatas motor lakinya.


"Sat, ada yang mengajukan diri jadi anggota kita" kata Dava tanpa mengalihkan pandangan setajam elangnya.

"Siapa?" tanya Satya singkat. Ia menikmati pemandangan pagi ini, dimana satu persatu siswa masuk dengan tergesa gesa. Mungkin karena ini jam tujuh kurang sepuluh menit.

"11 IPS 2. Katanya yang cowok tertarik sama kita." balas Dava

"Anggota awal berapa Ndra?"

"116, belum termasuk luar sekolah" jawab Hendra mantap. Mengemban tugas sebagai Sekretaris Xerga membuat Hendra harus tahu dan punya data keanggotaan mereka. Jadi, jika sewaktu waktu Satya bertanya tentang Info geng mereka Hendra akan mudah menjawabnya tanpa keraguan.

"Terima aja. Nanti kabarin mereka buat kumpul ditempat biasa" titah Satya.

Tempat biasa alias Warung Bu Nanik yang sering digunakan Satya berkumpul dengan gengnya. Lebih bisa disebut markas karena dikuasai penuh oleh Xerga. Daerah teritorial Xerga yang tidak boleh dilanggar siapapun termasuk Firenze, mereka tidak boleh memasuki kawasan terlarang itu. Warung Bu Nanik sendiri terletak beberapa meter dari SMA Gemilang.

"Dapetin informasi yang detail tentang mereka"

Azka paham. Ini tugasnya, mencari data seseorang melalui jalan tikus alias jalan pintas.

"Buat lo Fian, lo pasti tahu sendiri"

Fian mengangguk, ia kembali menatap kedepan dan membenarkan letak kacamatanya. Tugasnya sebagai mata mata membuatnya harus mempelajari beberapa trik perolehan informasi langsung tanpa diketahui musuh. Hampir sama dengan Azka tapi bedanya, ia terjun kelapangan. Anak lapangan sejati.

Satya turun dari motornya dan melepas kacamata hitam serta jaket kulitnya. Mengacuhkan keadaan ketika menjadi pusat perhatian beberapa orang. Menurutnya itu, sudah biasa.

Mereka berenam beranjak dari motornya dan berjalan tegap dengan formasi Satya ditengah diapit oleh Azka dan Galang, dibelakangnya ada Fian yang membaca sebuah buku dan Dava dan Hendra disisi Azka dan Galang. Formasi bertahan khas geng mereka, panah.

"Hai neng cantik" sapa Galang sesekali menggoda cewek cewek yang kebetulan mengamati mereka atau lebih tepatnya mengamati Satya.

Cewek yang disapa Galang spontan mendengus jijik, hal itu membuat Dava tertawa ditempatnya. "Dasar! Makanya jangan sok pede muka tembok. Wajah pas pasan aja sok mau deketin orang" ejek Dava pedas.

"Enak aja muka tembok. Gue itu sebelas dua belas sama Shawn Mendes" ujar Galang berlagak merapikan rambutnya.

"Shawn Mendes emang ganteng, tapi nggak sama kek lo. Beda jauh malah. Ahahaha" kata Dava

"Ibaratnya, Shawn Mendes itu sang pangeran dan lo itu si buruk rupa" lanjut Dava. Melihat Galang, ia jadi teringat dengan film yang biasa ditonton sepupunya.

"Badak laut diem anjing. Gue samperin lo tau rasa" hardik Galang menggebu nggebu dan berlagak melinting seragamnya.

"Gini deh, kita survei aja. Kalo ada yang bilang lo lebih ganteng dari gue, nanti gue bakalan nurut sama lo seminggu" ujar Dava menantang, dan tentunya Galang suka tantangan.

"Oke deal. Butuh berapa sua-"

"Astaughfirullah. Kalian nggak ada kerjaan lain? Perbuatan kalian itu nggak guna sama sekali" potong Hendra sembari geleng kepala. Ia kemudian mendecak pelan.

SCIENCE 7 : WE ARE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang