Aliza memanas setelah dirinya mendapatkan ulangan fisika dibawah Satya dan Lizka yang mendapat nilai sempurna. Ia menatap benci ke arah kertas yang dipegangnya ini. Kenapa dirinya tidak bisa mendapat nilai 100 bulat sedangkan Satya dan Lizka bisa. Kini, mau tak mau ia harus menerima kenyataan, jika nilainya hanya 98. Kenyataan pahit selanjutnya, ia menjadi nomor 2 setelah itu ada Chlora dan disusul Nadine dengan nilai 96.
"Bodoh, bodoh, dan bodoh. Kenapa gue nggak bisa dapet seratus!" Makinya pada diri sendiri. Ia menyalahkan atas semua yang telah terjadi. Aliza merobek kertas itu dan meremasnya sampai tak berbentuk. Detik selanjutnya ia membuang kertas itu ke tempat sampah.
"Masa lalu perlu dibuang dan pecundang perlu ditendang," ucapnya masih dengan ekspresi yang sama. Lalu, ia pergi dari sana dan berjalan menuju kantin guna membeli minuman penetral emosinya.
Aliza sangat ambisius dan perfeksionis dengan mengejar kesempurnaan diatas kesempurnaan. Tidak mentoleransi kegagalan dan selalu ingin menjadi yang nomor satu diantara orang lain.
Di sisi lain, kelas nampak sepi karena beberapa murid berada di kantin setelah menerima laporan ulangan fisika mereka. Namun khusus beberapa siswa pilihan, kesunyian kelas adalah sesuatu hal yang berharga.
"Gila, gila, gila! Tarian lo keren banget, Roza!" Gwen berteriak histeris setelah menyaksikan Roza menarikan lagu Solo milik Jennie. Sekarang lagu itu menjadi viral di mana-mana setelah Blackpink mencapai popularitasnya dengan lagu Ddu-du-Ddu-du.
Roza segera duduk di kursi terdekat dengan perasaan was-was saat ada orang yang mengetahui bakatnya ini. Bukan apa-apa, tapi ia takut orang akan memandangnya rendah karena menyukai hal seperti ini.
Alexa yang datang bersama Gwen dan mencium radar-radar tak asing langsung berlari mendekati Roza dengan mata menyipit. "Hoho, Roza jadi kpoper juga ya?"
"Ya, begitulah." Balas Roza seadanya namun membuat Gwen berteriak keras sekali.
"OH MY GOD, GUE PUNYA TEMEN SATU SPESIES SELAIN ALE-ALE!"
Tak!
Gwen memegangi kepalanya yang nyeri karena dipukul oleh Alexa. Gabriella Alexa Xavier namanya. Perempuan berambut coklat yang sangat menyukai EXO semenjak zaman SMP.
"Maaf mengecewakan lo Gwen tapi nama gue Lexa, Alexa dan bukan Ale-ale." Ujarnya dengan suara yang diimut-imutkan membuat Gwen bergidik jijik kepadanya.
"Wlek, pengen muntah gue." Ucapnya sambil mendramatisir gerakan tubuhnya.
"Biasa aja sih Gwen, nggak usah sok jijik gitu. Lo aja biasanya gitu. Nggak usah jaim deh," ujar Alexa disusul tawa dari dirinya.
"Habis ini, gue bakalan bikin grup KPOPERS SCIENCE SEVEN TERCINTA!" Cetus Gwen yang langsung mendapat tepukan semangat dari Alexa. Gwen memang memiliki segudang ide yang unik dan menarik.
Tingkah mereka mampu membuat Roza tersenyum. Awalnya ia ragu bisa mendapatkan teman kalau tahu kesukaannya seperti ini. Tapi rupanya ada juga orang yang seperti dirinya. Roza sudah tidak merasa terasingkan lagi.
"Heh Mel, apa yang lagi lo lakukan?" Tanya Gwen saat melihat Melsa menunduk dan menggunakan earphone di kedua telinganya.
Namun Melsa tidak merespon ucapan Gwen sampai Alexa mengguncang pundaknya dengan cara yang tak santai.
"Astaga Alexa! Bikin kaget aja!"
"Ya lo sih, main ponsel mulu." Alexa melirik ponsel Melsa dan menyadari sesuatu.
"PONSEL LO BARU ASTAGA, PANTESAN!"
Gwen membungkam mulut Alexa kuat dengan tangannya. Baginya teriakan Alexa terdengar melengking dan merusak telinga. Aliza memasuki kelas itu dan duduk di sebelah Melsa yang sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Ficção AdolescenteKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...