"Jangan bermain api dengan seorang Satya---Alvian Satya Wahyuda."
SMA Gemilang, Pukul 07.12 WIB
Satya, ketua geng Xerga kini tengah memutar otaknya agar ia bisa masuk tanpa ketahuan oleh guru jaga. Terlebih ini hari Jumat, jam pertama adalah BK. Mati sudah jika ia terlambat masuk kelas.
Satya terus mengawasi sampai gerbang tertutup sempurna dan terkunci. Itu maknanya, waktu guru jaga untuk berkeliling menyeret anak anak telat seperti dirinya sudah selesai. Lalu, ia berjalan menuju belakang sekolah.
Hanya satu tempat rahasia jika ingin menerobos pertahanan ketat dari Sekolah. Tepatnya didekat toilet wanita sebelah utara. Disana, ada sebuah pohon besar yang bisa menjadi jembatan masuk jika sedang keadaan telat seperti Satya.
Satya berjalan mengendap endap. Bola matanya terus bergerak kesana kemari mengawasi keadaan.
Sampai disana, ia mulai memanjat pohon itu. Gerakannya yang gesit membuatnya dengan cepat bisa memanjat pohon tersebut. Tak mau lama lama diatas pohon, Satya segera turun.
Bruk.
Ia menghela napas lega saat berhasil masuk kesekolah tanpa ada halangan suatu apapun. Ia membersihkan tangannya dan merapikan bajunya yang kotor akibat debu. Lalu, ia hendak berbalik jika seseorang tidak menepuk pundaknya kuat.
Plakkk.
Malahan sepertinya ada yang menampar pundaknya dengan sadis. Dengan perasaan was was, ia membalikkan badannya. Berharap itu bukan makhluk astral yang selalu ia tonton setiap malam.
"Astaga Einstein junior, ngagetin aja lo!" ujar Satya terkejut mengelus dadanya melihat wajah datar Aliza. Ia pikir mbak Kuntilah yang sedang menguntit dirinya. Huh,
Aliza menaikkan sebelah alisnya dan melipat tangannya didepan dada. "Apa lo bilang? Einstein junior?"
Satya celingak celinguk memastikan keadaan "Iya lah masa lo manequin sih kan lo anaknya Einstein. Siapa suruh lo pinter pinter jadi orang."
Aliza tidak menyangka alasan konyol itu keluar dari mulut Satya. "Lo gila." lirihnya
Memang, pencetus Einstein junior adalah Satya sendiri. Hal itu membuat Aliza semakin kesal dan benci kepada Satya. Jika dirumuskan secara teori, kebencian Aliza kepada Satya bertambah setiap sekon. Bagaimana bisa nama Aliza Rismandhi berubah menjadi Einstein Junior? Norak banget bukan?
"Apa? Mau ngeluarin jurus karate lo? Udahlah mendingan ngeluarin jurus kasih sayang aja ke gue. Lebih bermanfaat dan faedah buat abang Satya terkece." kata Satya mengerlingkan matanya kepada Aliza sembari menyugar rambutnya.
"Cuih buat apa?! Ngeluarin jurus unfaedah buat Bang SAT." balas Aliza sinis. Ia menekan kata Sat bermaksud menghina habis-habisan.
Satya mengerjapkan matanya perlahan. "Heh lo nggak sakit kan? Kok pipi lo merah gitu? Ah jangan jangan lo blushing gara gara gue." goda Satya gatal ingin menoel pipi Aliza. Namun, niat itu ia urungkan saat perempuan bermata hijau itu mengeluarkan jurusnya.
Ini lah yang Satya tidak ketahui. Sebenarnya Aliza tidak blushing. Melainkan wajahnya memang memerah saat marah. Dan itu sangat terlihat karena kulit Aliza yang putih.
"Mau gue patahin lengan lo?" tanya Aliza sarkastik karena kesal meladeni makhluk macam Satya.
"Jangan dong beb, jangan patahin hati abang Satya. Lebih baik lumuri cinta aja beb." ucap Satya membuat Aliza bergidik jijik kepadanya.
"Mulut lo tuh dari apa sih! Nggak jelas banget" Aliza mulai panas.
"Kenapa? Pengen?" tanya Satya dengan seringaiannya yang malah nampak mesum dimata Aliza.
![](https://img.wattpad.com/cover/169327518-288-k191364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...