Chapter 12 : Neraka
Pagi ini semua siswa siswi SMA 1 Gemilang dikejutkan dengan keadaan kelas mereka masing masing. Khususnya kelas 10 IPA 7, dimana kelasnya berubah 360 derajat.
Bagaimana tidak? Temboknya berwarna putih polos, meja guru kosong alias tidak ada apa apanya, bendera merah putih hilang, kotak P3K kosong, spidol dan kawan kawan hilang, papan tulis ada 2 awalnya ada 1, dan terakhir ini membuat siswa kelas itu kaget setengah mati yaitu kursi mereka yang awalnya individu kini menjadi 2 orang 1 bangku. Bersebelahan lagi!Semua yang disana memendam keterkejutan mereka masing masing. Kecuali Gwen yang ekspresionis. "OH MY GOD!! INI BENERAN KELAS KITA!!"
Bu Clarista datang sembari tersenyum seperti kemarin. Beliau membawa kotak asing berwarna putih. "Morning my students."
"Morning too Mrs. Clarista."
"Silahkan duduk semuanya." ujar Bu Clarista melebarkan kedua tangannya seperti menyambut orang banyak. Sebelumnya, Bu Clarista meletakkan kotak di meja guru.
Mereka semua bingung hendak duduk dimana. Tetapi yang jelas siswi kelas itu tidak mau bersebangku dengan siapapun.
"Okey, okey jika tidak ada yang mau duduk maka saya akan mengundi tempat duduk kalian."Semua yang ada disana menahan napas terkejut. Mereka tak sanggup berkata-kata mendengar keputusan sepihak ini. "Kalian diam, saya anggap setuju."
Bu Clarista membuka kotak itu dan terdapat 36 lintingan kertas yang bertuliskan nama nama siswa kelas IPA 7. "Sekretaris tolong maju ke depan,"
Semua mata tertuju pada Aliza yang notabennya sekretaris utama kelas itu. Alizapun maju ke depan membawa sebuah spidol yang ia miliki sendiri karena ia tahu di kelasnya itu tidak ada satupun spidol yang tersisa.
"Athilia maju ke depan." titah Bu Clarista mengacak lintingan itu.
Athilia maju ke depan dengan perasaan sedikit gugup. Ia tak tahu apa yang diinginkan Bu Clarista, wali kelasnya.
"Jadi nanti Mbak Athilia akan mengambil sebuah kertas acak yang nanti dipasangkan dengan undian lain dan itulah yang akan duduk satu bangku. Misal Stella sama Rika. Paham?" terang beliau cepat seperti biasanya. Meskipun berbelit-belit namun murid kelas itu paham maksud ibu wali kelasnya.
"Tapi harus perempuan sama perempuan dan laki laki sama laki laki. Nggak boleh ya berlainan jenis." tambah beliau menasehati.
"Yahh nggak seru." keluh Satya memelas. Padahal ia berharap bersebelahan dengan cewek cantik atau semacamnya. Yang penting, tidak menyaingi ketampanannya.
"Ambil undiannya, lalu sebutkan namanya."
Athilia mulai mengambil salah satu lintingan kertas tersebut."Nadine,"
Aliza menuliskan nama itu dipapan tulis dan Athilia mengambil undian lagi. "Yossi."
Mereka yang disebut namanya saling pandang, detik kemudian mereka melepas tatapan tersebut."Athilia,"
"Sama Alya."
Dalam hati, Athilia bersorak kegirangan. Setidaknya ia mendapatkan teman sebangku yang ia kenal dan cukup akrab. Tidak orang lain yang agak nerd.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Fiksi RemajaKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...