[37] This is Real of Us

1.3K 168 33
                                    

Seminggu setelah ulangan tengah semester dilaksanakan, kini seluruh kelas 10 dan 11 menanti hasil kerja mereka selama setahun penuh. Ada yang berharap harap meningkat. Ada juga yang meresponnya dengan tenang dan biasa saja.

Dihari yang cerah ini, seluruh kelas bersama sama membersihkan ruang kelasnya masing masing. Bukan tanpa alasan mereka rela berjibaku kesana kesini demi membuat ruang kelas nampak indah berseri. Hari ini adalah hari keramat dimana beberapa orang merasa tekanan batin dengan hasil belajar mereka selama semester genap ini. Sekaligus ini menjadi penentu mereka naik atau tidak ke jenjang yang lebih tinggi.

"KENAN, GALANG, JUAN MINGGIRR!!!"

As always, jika ada event kebersihan seperti ini, Yossi lah yang paling heboh koar-koar penuh murka. Jabatan seksi kebersihan yang tersemat padanya membuatnya mengabdi dengan sungguh sungguh walaupun pengabdiannya kadang dianggap berlebihan.

Mereka yang tengah asik nge-game FFpun berdiri dengan mata masih terfokus dengan layar ponsel. Mereka merespon diam teriakan Yossi yang super cetar dan menggelegar. Meskipun begitu, nampak wajah Yossi nampak cemberut ketika diacuhkan lawan jenisnya.

Sebagian besar perempuan kelas itu tidak ikut membersihkan kelas. Mereka sibuk menggosip diluar tanpa menghiraukan kondisi dalam. Yah, meskipun Yossi sudah koar-koar hingga wajahnya memerah padam tetapi mereka tetap mengindahkannya. For example,

"Uwu gue nggak sabar buat nanti malem" ujar Resya excited. Ia mengeluarkan lidahnya dan berpose manja dilayar ponselnya.

"Datang lho. Awas kalo nggak!"

"Iya iya Thaa"

Serbu Alya, Resya, Tasya, dan Carla bersamaan. Lantas mereka tertawa bersama dan kembali berpose cantik didepan kamera.

Cekrek

Cekrek

Cekrek

Sementara Melsa meremas jarinya gemas. First, ia tidak suka melihat sebagian 'besar' temannya leha-leha sementara kelompok minoritas kelas itu membersihkan kelas.

Suatu perbedaan yang mencolok dimana orang yang pandai dan rajin bersih bersih dengan orang yang 'cukup' malas dan bodo amat.

Second, tidak ada yang mendengarkan komandonya. Sebagai asisten Sie kebersihan ini merupakan suatu perendahan kekuasaan menurutnya.

Last, Mereka bisa bermain ponsel ria tanpa beban.

Sementara Melsa dan Yossi berdiskusi tentang 'mereka' yang leha-leha, Agista dengan santainya duduk diatas meja dibawah naungan kipas besar. Ia sengaja menyalakan kecepatan pemutaran kipas tersebut secara maksimum karena badannya terasa gerah setelah menyapu sebagian kelas dan teras. Penampilannya agak kucel dengan wajah lelahnya itu.

"Hey Ta"

Ada Nadine yang tampak menuju kearahnya dengan menggenggam ponsel ditangannya.

Agista meliriknya dengan sebelah mata. "Ada apa Din?"

"Itu temen temen kita kerjanya cuma gosip aja" adu Nadine jujur. Ia kemudian ikut duduk disamping Agista.

"Biarin lah Din, kita harus lakuin ini dengan ikh-las" kata Agiata tersenyum diakhir kalimatnya. Walaupun ia juga merasa dongkol seperti yang dirasakan Nadine. Tetapi, mengubah aliran magma terasa sangat sulit bukan? Sama, mengubah pendirian dan tekad seseorang juga sangatlah sulit. Apalagi rata rata yang tidak ikut membersihkan kelas adalah orang keras kepala. Dahlah, nyerah.

"Nggak gitu jugak kan Ta, ini kan demi orang tua mereka juga" sanggah Nadine serius. Ia melepas ikatan ponytail rambutnya. Lalu, ia mengibas ngibaskan rambutnya diudara.

SCIENCE 7 : WE ARE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang