Pagi ini kelas X IPA 7 nampak sepi. Hari Jumat yang biasanya menjadi hari favorit mereka kini tak semenarik dulu. Beberapa penghuni meninggalkan kelas karena urusan OSN dan sebagian lagi karena sakit.
"Sunyi banget nih kelas. Kayak kuburan pindah aja." ujar Agista mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas.
"Fiks, hari ini bakalan membosankan."
Setelah senam rutin hari Jumat tadi, ia bergegas ganti pakaian pramuka. Ia takut terlambat. Namun nyatanya, ia malah mendapat informasi jika jam pertama dan kedua kosong. Alhasil disinilah dirinya, duduk di samping Izly karena Larissa sedang sakit dan tidak berangkat sekolah.
Izly menatap Agista sebentar, lalu ia kembali fokus pada layar handphonenya. "Yaiyalah sepi. Satya kan nggak ada disini."
Seketika Agista menoleh ke Izly, terlihat senyum tipis menyiratkan kemenangan terukir di wajah Izly.
"Maksud lo apaan?" tanya Agista bingung.
Pada semester satu, Agista mendapat predikat adik dua orang berandal. Satya menjuluki Agista sama seperti Abay karena huruf awalan mereka sama sama A. Cowok jangkung itu memang pandai memberi julukan untuk orang lain.
Hal itu membuat Agista marah karena nyatanya, Agista tidak pernah akur dengan Abay. Setiap kali mereka bertemu pasti ada pertengkaran yang terjadi. Selain mempunyai awalan yang sama, Satya juga mengaitkan jika Kakak dan Adik itu suka bertengkar. Mulai saat itu, julukan saudara pun melekat pada keduanya.
Seringnya Agista marah kepada Satya, teman-teman lainnya juga memberi julukan Kakak untuk Satya dan Adik untuk Agista. Sampai saat ini juga di kelasnya, Agista memiliki predikat adik dua orang berandal.
"Maksudnya, lo kangen kan sama Satya." goda Izly mencolek lengan Agista. Seketika perempuan itu bergidik ngeri.
"Idih najis! Lagian gue itu nggak suka sama Satya."
Pikiran Izly jelas salah. Agista tak mungkin menaruh hati pada Satya. Cowok yang suka menjahilinya itu sangatlah menyebalkan. Ia sangat bersyukur saat Satya dispen selama mungkin, dengan begitu Agista tidak akan melihat pemandangan memuakkan yang menjadi rutinitasnya sehari hari.
"Lha terus kalo Kak Abay?" tanya Izly menaikkan alisnya di balik kacamata berbingkai hitam. Baru kemarin Izly menggunakan kacamata karena ia mengidap penyakit mata minus.
"Hah? Lo pikir gue cewek cewek yang suka model begituan? Maaf ya. Gue itu bukan perebut pacar orang." ujar Agista.
"Hm, kalo belum punya pacar mau lo gebet tuh si Abay?"
Perkataan Izly membuatnya mengetuk kepalanya pelan. "Gila apa gue suka sama cowok yang bandelnya setengah mati?"
Izly dibuat tertawa karena tingkah Agista yang kekanakannya natural sekali. Sama sekali tidak ada yang akan menyangka, wajah sejudes Agista ternyata punya jiwa selembut sutra.
Disamping Izly, Agista pun tak habis pikir. Bagaimana Izly bisa berpemikiran bahwa ia menaruh rasa kepada Abay dan Satya. Maaf nih ya, dirinya juga memiliki daftar pangeran pujaannya sendiri.
"Pada ngapain nih." Vanesa tiba-tiba hadir di depan mereka. Ia membawa sebuah roti isi dan sebotol minuman dingin.
"Kita lagi-"
![](https://img.wattpad.com/cover/169327518-288-k191364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...