Ini bukan lagi membahas tentang sekolah. Tetapi dunia malam yang teramat kejam. Angin malam serasa menusuk kulit ketika jarum jam menunjukkan angka sebelas. Malam ini, malam Jumat dimana terdapat balapan liar yang diikuti orang-orang yang punya nyali dan berani mati.
Mati.
Termasuk geng Abay dan Satya. Mereka tengah mengumpul dan menyamakan diri dengan sekitarnya. Jaket bomber khas nama geng merekapun digunakan sebagai identitas masing-masing. Firenze memiliki lambang burung elang dan Xerga memiliki lambang serigala.
"Selamat datang, bro." sapa Gafero melihat kedatangan Abay dan ia langsung bersalaman dengan ketua geng itu.
"Malam ini lo bakalan tanding sama anak baru."
"Bocah baru? Siapa?" ujar Abay datar, menatap lintasan balapan yang berantakan karena penuh serpihan motor yang pecah dan juga noda-noda darah.
"Entah, tapi dia udah masuk kemarin." balas Gafero singkat.
"Apa kabar, bro!" Krisvan tiba-tiba datang dan merangkul kedua manusia batu ini.
"Lebay," cibir Gafero pedas, ia menepis kuat rangkulan Krisvan. Tampangnya yang menawan dan ramah tidak menutupi omongannya yang kelewat pedas.
"Yah, lagian kalian ngomongin apasih. Kok kayaknya serius banget. Pasti lagi ngomongin gue nih ya." ujarnya mengusap rambutnya.
"Najis." balas Abay dan Gafero kompak membuat Krisvan mengerucutkan bibirnya merajuk. Nada yang dikeluarkan mereka berdua sangatlah menusuk hati kecil Krisvan yang teramat lemah ini.
"Balapan bentar lagi, sana lo siap-siap." usir Gafero.
"Hm, gue pergi dulu." balas Abay singkat menuju sirkuit balapan yang sudah ada beberapa anak buahnya.
Disisi lain, Stella dan Naira tengah bersiap digaris start. Tantangan Stella akan balapan liar membuat jiwa lain Naira muncul. Perempuan antek-antek OSIS ini tidak suka balapan, namun bisa melakukannya. Ia ditemani Nadine dan Adira dalam balapan perdananya.
Sementara Stella, ia ditemani oleh Aliza dan Rika yang berada tidak jauh dari letak Nadine. Mereka mengenakan pakaian yang senada. Stella memakai rantai dipinggangnya begitu juga Rika serta Aliza. Jaket jeans berwarna hitam bertuliskan Blink dengan mahkota ratu diatasnya tercetak jelas dipunggung mereka masing-masing.
"Jangan menyesal kalau kalah." ujar Stella sebelum menutup helmnya. Ia menstarter motornya hingga mengepulkan banyak asap.
"Gue nggak akan kalah." kata Naira lalu ia menutup helmnya kasar. Naira memiliki ambisi yang sangat besar.
Keduanya saling menggaung-gaungkan mesin motor.
Seorang wanita dewasa berjalan menuju garis start dengan membawa sebuah kain putih. Bibirnya merah menyala serta bajunya yang nyaris tanpa kain membuat kebanyakan orang menyimpulkan bahwa ia adalah seorang murahan.
"APA KALIAN BERDIA SUDAH SIAP?" teriak wanita itu memutar mutar kain putih itu diatas yang memicu sorakan dukungan.
Naira dan Stella saling meboleh satu sama lain. Mereka saling pandang sebelum pertandingan ini dimulai. Lalu, mereka memutuskan kontak mata penuh ambisi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Ficção AdolescenteKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...