Senin. Hari yang paling dibenci kebanyakan orang. Terutama anak sekolah. Hari ini, dibawah terik matahari yang sangat panas mereka mendengarkan ceramah panjang nan lebar dari Kepala Sekolah. Pak Gatot namanya.
"Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, kita patut menjaga keutuhan NKRI dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menyokong persatuan diatas pengaruh globalisasi yang pesat."
Mereka semua seperti cacing kepanasan. Jas hitam yang melekat pada tubuh mereka terasa seperti jubah yang membakar tubuh. SMA Gemilang memiliki lapangan yang sangat luas.
"Sumpah tuh Kepsek ngeselin banget." ujar Athilia cemberut.
"Bener banget. Capek tahu berdiri terus." bumbuh Alya mendukung Athilia.
Sementara dari belakang, Satya mengisyaratkan untuk diam. Peringatan Bu Clarista agar tetap anteng saat upacara membuat Satya mengambil tindakan.
"Pada diem sebentar aja bisa nggak sih?"
Ada beberapa yang diam, namun ada juga yang menghiraukan. Misalnya saja, Gwen dan Tasya.
"Eh Vi, nanti gue kirim fotonya member EXO ya!" ujar Gwen semangat. Tasya kini terbawa virus kpopers yang ada di kelas.
"Jangan lupa Suho yang banyak ya." ujarnya tertawa. Panas mentari nampaknya tak terasa jika sedang membicarakan hal yang disukai.
"Oke. Nanti gue bakalan kirim yang banyak deh." ucap Gwen.
"Suho sangatlah tampan." puji Tasya. Ia sepertinya sedang mabuk EXO saat ini.
"Aduh apa lagi Sehun! Gantengnya minta ampun." sahut Alexa menggebu-nggebu. Bicara soal bias adalah hal yang paling menyenangkan untuknya.
Di depan Alexa, ada Agista yang sedari tadi merunduk, berusaha menutupi matanya dari sinar matahari yang terik. Lehernya sampai sakit karena terlalu lama menunduk.
"Ta, lo tahu nggak? Ternyata Tiffa, teman kita waktu SMP itu sekolah di SMA Bangsa." kata Izly. Izly yang merupakan mantan Paskibra di SMP hanya menganggap panas ini biasa. Dirinya sudah dilatih untuk tetap siap dan menatap lurus ke depan. Tak perduli terkena panas ataupun tidak.
Agista menoleh, "Serius? Dia masuk ke sana?"
"Hm, kemarin gue lihat dia pakai jas lambang SMA Bangsa." ujar Izly datar.
"Benarkah?"
"Hm. Beneran."
"Tha, Azicko itu SMA mana?" tanya Agista tiba-tiba kepada Athilia yang tepat di depannya.
"SMA Cakrawala, Jakarta. Kenapa?" balas Athilia beruntun. Ia sangat penasaran jika ada yang menanyai tentang dirinya. Tentu saja ia harus tahu mengapa orang itu mengorek informasi hidupnya. Berjaga-jaga, jika ada yang menjatuhkannya.
"Jadi, kalian hubungan jarak jauh? Apa sih namanya." ujar Agista berpikir keras. "Ah iya. LGBT."
Seketika Athilia dan Izly tertawa. Agista memang masih naif. Lain halnya dengan mereka, Alya hanya menahan tawanya. "LDR Ta, bukan LGBT."
"Emang LDR itu apa?"
Agista mengerutkan alisnya.
"Long Distance Relationship. That's LDR. Singkatnya, hubungan jarak jauh." terang Alya. Perempuan ini memang penyabar dan pandai. Lebih terkesan bijaksana.
"Oo, gue kira orang orang pacaran jarak jauh itu LGBT." ujarnya termanggut-manggut.
Lama kelamaan, tawa Izly dan Athilia surut dan terhenti dengan sendirinya. Kemudian mereka kembali pada posisi siap dan menatap lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...