Malam ini, Aliza menahan rasa kesalnya terhadap Mom dan Dadnya. Ia harus berangkat ke pesta Athilia dengan Satya! Entah bagaimana ceritanya, Mom dan Dadnya mengenal cowok sialan itu.
"Wah Aliza cantik banget." puji Momnya saat melihat Aliza turun tangga.Dress navy panjang di atas mata kaki dengan highless berwarna silver dengan kalung beserta anting-anting yang senada membuatnya tampak terkesan menawan dan lembut dari biasanya.
"Eh, cantik-cantik kok mukanya ditekuk." tegur Dadnya. Lantas Elma tertawa terbahak-bahak mengiringi kepergian Aliza dari jauh.
"Dia tuh nggak mau pergi sama Adek Satya Dad." ejek Elma.
Risma mengelus kepala Aliza dan mengangkat perlahan dagunya. "Cantik-cantik jangan cemberut dong. Masa ke pesta orang mukanya kaya gitu. Senyum dong sayang."
Aliza tersenyum namun sebentar lalu cemberut lagi dan membuat Risma geleng kepala.
Ting tong.
"Itu Pasti Satya," ujar Elma. "Sono gih cepet pergi." lanjutnya melangkah ke lantai atas.
Aliza menarik napas. Ia rasa malam ini begitu panjang karena harus berinteraksi dengan Satya. Ia kemudian malas-malasan membukakan pintu untuk Satya. Diikuti Mom dan Dadnya yang mengekor di belakangnya.
Ceklek.
"Wah Satya, kamu ganteng banget." puji Momnya lebih bisa dibilang menyerobot. Aliza yang tadinya merunduk kini mengangkat dagunya perlahan.
"Biasa aja Tante," ujarnya tersenyum manis. Aliza sukses dibuat terkejut dengan penampilan Satya kali ini.
Tuxedo navy dengan dasi hitam dilehernya membuatnya terkesan lebih, dewasa dari biasanya.
"Tante, Satya mohon ijin agar Aliza berangkat sama saya."
Aliza mengerjapkan matanya. Entah berapa lama ia menatap Satya. Ia yakin Satya sudah kegeeran dengan sikapnya. Ia yakin sekali. Ia yakin.
"Boleh-boleh, sana cepat berangkat." ucapan Momnya terkesan mengusir dirinya ditelinga Aliza. Ia menatap Momnya jengah.
"Hati-hati, jaga baik-baik Aliza." ujar Dadnya memperingati. Aliza lalu berpamitan ke orang tuanya diikuti oleh Satya.
"Sok alim banget." cibir Aliza seperti gumaman. Ia bersedekap melihat perangaian Satya yang kelewat sopan. Jauh dari biasanya yang bar-bar dan urakan.
Satya berjalan sedikit cepat guna membukakan pintu mobil untuk Aliza. Aliza yang diperlakukan seperti itu hanya menatap sinis Satya. "Gue masih punya tangan."
"Tangan lo terlalu cantik buat nglakuin pekerjaan kek gini." celetuknya mengulas seluas senyum manis. Jika Aliza tidak menanamkan sikap illfeel kepadanya sejak awal, mungkin Aliza sudah jatuh dalam pesona Satya.
"Terserah lo."
"Silakan masuk Tuan Putri."
Aliza memasuki mobil dengan elegan. Diujung sana, Mom dan Dadnya melambaikan tangan mereka. "Mereka serasi ya Dad."
"Iya, kayak kita dulu."
Aliza menatap rumahnya, matanya memicing saat melihat Elma duduk dibalkon kamarnya. Aliza menduga jika Elma melihat kejadian tadi.
Satya memakai sabuk pengamannya dan menghidupkan mesin. Sementara Aliza terus terusan menatap Elma yang sepertinya sibuk dengan ponselnya.
"Aliza, pake sabuk kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...