[35] Rumit

1.2K 153 14
                                    

Apa yang terlintas dari pikiran kalian ketika mendengar ulangan mendadak?


Ngeri?

Takut?

Atau malahan, santai saja?

Beranekaragam respon itu ada dikelas Science 7 kala mendengar bom otak mendadak.

Jangan beranggapan kelas pintar seperti ini tidak bisa berekspresi lebih luas lagi. Kelas ini malahan bisa bereaksi diluar dugaan kalian.

"Apa Bu? Post test?" pekik Stella tertahan. Cewek berbando pastel itu berdiri ditempatnya. Menatap cengo kearah guru muda tersebut.

"Iya post test. Kalian sudah mempelajari dari bab awal sampai bab akhir. Jadi, sekarang time to test right ?"

"Bu? Serius anda ingin mengadakan post test? Bukankah ini terlalu awal untuk melakukannya?" sanggah Satya sopan. Ia juga turut berdiri menyuarakan pendapatnya.

Sudah sejak dua minggu selepas insiden terambilnya ponsel mereka. Kini mereka tengah belajar mapel PKN dimana guru yang mengampu berganti baru, karena guru yang lama tengah berjuang menimba ilmu di Turki.

"Tidak. Saya ingin melihat sejauh mana kalian memahami materi terakhir ini" kata beliau.

"Kalau anda mengajar dengan sistem seperti ini, kapan kami pintar? Kapan kami paham?" sarkas Zaga tiba-tiba.

Bu guru baru itu, namanya Trisila. Beliau pindah ke sekolah ini bersamaan dengan insiden ponsel yang mengemparkan dua minggu lepas. Wajahnya kecil dan badannya ramping seperti kekurangan gizi. Pipinya tirus dan ia selalu mengikat rambutnya keatas. Tatapannya selalu penuh dengan kecurigaan. Dan itu membuat sebagian orang penghuni kelas ini tidak nyaman.

"Saya mengajar sesuai prosedur yang ada. Saya mengajar sesuai kurikulum terbaru." kata beliau.

Satyapun menyerukan protesnya lagi. "Guru lain mengajarnya tidak seperti ini Bu Trisila"

Belum sempat Bu Trisila menyanggah perkataan Satya, Zaga menyela cepat. "Kalau seperti ini prosesnya, lebih baik Ibu tidak usah masuk kekelas. Mengajar dari rumah pun bisa"

Zaga tentu tidak menyukai proses pembelajaran seperti ini. Begitupun teman teman lainnya. Siapa sih yang betah jika disuruh buka buku halaman sekian, baca sebentar, nanti kita ulangan.

Mau bikin otak pecah?

"Zaga, kalau kamu tidak suka dengan kelas saya, kamu diperbolehkan keluar" ujar Bu Trisila dingin yang mampu membuat satu kelas menahan napas.

Girls kelas itu mengkode Zaga untuk tidak melakukannya tapi, Zaga tetaplah Zaga yang keras kepala. Ia berdiri cepat dan hendak melangkah keluar kelas sesaat setelah ia melontarkan bom kalimat.

"Baik, Saya akan keluar. Tapi, jika nilai saya lebih baik dari teman teman saya yang ibu ajar berarti sistem mengajar yang ibu gunakan telah gagal! Dan ibu harus mau mengubah cara mengajar ibu dimasa yang akan datang!" kata Zaga tajam khasnya. Cowok ini memang pandai berargumen seperti biasanya.

"Oke, tapi jika kamu mendapat nilai buruk karena tidak mengikuti kelas saya maka saya jamin kamu akan tinggal dikelas"

Nilai buruk? Cih halu aja nih guru sialan, batin Zaga.

Zaga tanpa babibu segera pergi keluar kelas entah kemana. Membuat satu kelas itu saling pandang canggung. Bingung dan merasa terjebak dalam situasi seperti ini.

"Maaf bu jika teman saya keluar maka saya juga ikut" ujar Satya sopan. Ia berdiri dan lekas meninggalkan kelas menyusul Zaga.

"Yang lain? Ada yang ingin keluar?" tanya beliau mengangkat dagunya.

SCIENCE 7 : WE ARE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang