Setelah minggu ulangan berakhir, kondisi kelas 10 IPA 7 kembali normal. Normalnya kelas mereka adalah anehnya kelas lain. Belajar dan belajar menjadi rutinitas yang tak bisa dipisahkan dari mereka. Meski memiliki cara belajar yang berbeda, namun tujuan mereka sama.
Hari ini, tiba saatnya untuk belajar bersama Wali kelas mereka. Ibu Clarista merupakan guru yang terpilih untuk menjadi Wali kelas itu selama setahun ke depan. Tidak jauh berbeda, beliau juga sama ambisiusnya dengan anak didiknya.
"Good morning, my beloved students." Bu Clarista menyapa peserta didik dengan bahasa Inggris, mata pelajaran yang diampu beliau.
"Good morning, Mrs. Clarista."
"All right, this morning we will discuss the descriptive text and passive voice. Open your textbook page 39 and read in 5 minutes. Then present it in front of the class. Anyone who advances first will get additional value. Do you understand?"
"Yes I do, Mrs. Clarista."
Tanpa bahas sana bahas sini, semua siswa perempuan segera membuka buku paket masing-masing dan langsung membaca materi teks deskripsi. Itu hanyalah drama, pasalnya kelas ini pasti sudah belajar lebih awal untuk materi ini.
Lain halnya dengan para siswa yang malas melakukan drama, mereka memilih bersantai menunggu kesempatan datang. Khususnya untuk Satya yang sudah handal berbahasa Inggris dan Juan yang merupakan pembicara bahasa Inggris terlatih.
"Okay, time is up, so who wants to get additional value?" Tanya Bu Clarista mengedarkan matanya ke penjuru kelas. Tepat setelah itu tiga siswi lekas maju dengan tergesa-gesa. Salah satu dari mereka bahkan menubruk ujung meja yang pastinya sakit.
"Au, shh." Rintih Agista menekan pahanya. Meski ia mampu menyembunyikan rasa sakitnya, tapi ada satu orang di kelas itu yang tidak akan bisa dibohongi olehnya. Orang itu menatapnya dengan cermat dari sudut terbelakang di kelas.
"Wow, we have 3 brave female students here. But, where are the male? I will appoint someone who must present about passive voice." Bu Clarista menatap dengan penuh binar kepada Aliza, Agista, dan Chlora. Sementara ada beberapa siswi lain yang kecewa karena tidak bisa maju lebih cepat dari mereka.
Namun, hari dimana siswa mengajukan diri secara sukarela adalah sebuah keajaiban kelas. Nyatanya kesiapan mereka tidak bisa terbukti karena jika ditawari kesempatan, mereka menunggunya hingga kadaluwarsa alias menyia-nyiakannya. Laki-laki akan melakukannya jika ingin saja.
"Ah, you there. The most corner and back. come here please."
Fian kebingungan saat Bu Clarista menunjukkan dan satu kelas menatapnya dengan mata terbuka lebar. Apalagi saat teman-temannya mendukungnya untuk maju menjelaskan. "It's that me, Mrs. Clarista?"
"Then who else suppossed to do that, bro? It's you!" Satya sangat senang temannya ditunjuk.
"C'mon bro, don't miss this opportunity!"
Bu Clarista tersenyum sangat lebar. "Yes, you are right handsome boy."
Kata kelas lain, Bu Clarista sangatlah killer dan sadis. Bahkan, ada seorang siswi yang pernah pingsan di depan kelas karena takut dengan aura mengintimidasi Bu Clarista. Namun itu berlaku hanya untuk kelas lain sebab jika di kelas perwaliannya maka Bu Clarista sangatlah baik dan ramah. Rumor ini terdengar seperti pilih kasih untuk kelas lain dan itu mengganggu kelas 10 IPA 7.
"You present about communicative purpose," kata Bu Clarista menunjuk Aliza.
"You present about generic structure," lanjut Bu Clarista menunjuk Agista.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Novela JuvenilKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...