Hari ini kelas itu mendapat pelajaran olahraga. Materi yang kali ini akan mereka pelajari adalah salah satu cabang atletik yaitu tolak peluru. Setelah pemanasan kurang lebih 15 menit, mereka berbaris rapi di lapangan voli menunggu Pak Abdul selesai berbicara dengan salah satu antek antek OSIS. Tak sedikit dari mereka yang duduk duduk dan jongkok karena merasa lelah berdiri dibawah mentari yang mulai meninggi.
Hawa panas pun tidak bisa mereka hindari. Tak sedikit dari mereka yang menghalangi wajah dengan tangan mereka sendiri. Sadar anak didiknya mulai kepanasan, Pak Abdul segera mengakhiri pembicaraan beliau dengan pengurus OSIS itu.
"Selamat pagi anak-anak." ujar Pak Abdul menyapa mereka dengan memegang buku absen tebal miliknya.
"Pagi Pak!" seru mereka serempak. Tadinya yang duduk duduk dan jongkok spontan berdiri saat mendengar nada lantang Pak Abdul.
"Hari ini kita akan belajar tentang tolak peluru. Ada berapa macam gaya dalam tolak peluru?" Pak Abdul menatap satu persatu wajah anak didiknya.
"Dua!"
"Apa saja?" Pak Abdul berjalan menyamping sambil melihat-lihat anak didiknya.
"Gaya O'brien dan gaya Ortodhox." ujar mereka lagi.
"Bagus, mari kita langsung praktik saja dilapangan. Apa sudah mengambil pelurunya?"
"Belum." balas mereka lagi lagi serempak.
"Baik, sekarang cepat mengambil dari gudang olahraga. Yang kecil untuk anak putri dan yang besar untuk anak putra."
"Kerjakan." sambung beliau.
Tak banyak dari mereka yang berjalan. Hanya anak-anak pemalas seperti Agista yang berjalan dibarisan paling belakang dengan wajah kusutnya. Ia berjalan diikuti laki-laki jangkung penegak kelas itu.
Beberapa menit telah berlalu, semuanya kembali berbaris rapi seperti tadi. Masing masing dari mereka memegang sebuah peluru ditangan kanan. Ada juga yang memegangnya dengan kedua tangan. Namun untuk wanita kuat seperti Gwen, Stella, dan lainnya mungkin hanya satu tangan saja.
"Absen genap ke barat. Sedangkan ganjil tetap di timur." ujar Pak Abdul.
Lantas perkataan Pak Abdul membuat para pemilik absen ganjil senang bukan main. Terutama Stella, ia bereuforia sendiri karena mendapatkan tempat yang teduh dan sejuk.
"Pertama tama, kita akan belajar gaya O'brien." ujar Pak Abdul mulai ketengah lapangan voli dengan mengangkat peluru itu sebatas dagunya.
SMA Gemilang tidak memiliki satupun lapangan tertutup. Tapi memiliki tiga lapangan basket, dua lapangan voli, dan satu lapangan sepak bola. Untung saja tahun ini, ada pembangunan lapangan futsal tertutup di sebelah utara sekolah. Jangan salah, SMA Gemilang memiliki kolam renang tertutup yang luas sekali dan elit.
"Oh ya, minggu depan kita akan belajar renang. Jangan lupa bawa baju renang resmi sekolah."
Mereka mengangguk paham. Respon kelas ini terbukti mampu membuat guru-guru mengulas senyum senang. Dibalik kepahaman itu, Abay mengusili Fify tanpa ampun. Mulai dari menjambak rambutnya, menarik ikat rambutnya, sengaja menaruh tanah disepatu bersih milik Fify. Sementara Fify merasa tak terima diganggu Abay. Perempuan itu bersikeras membalas perlakuan Abay dengan setimpal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
أدب المراهقينKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...