Hari ini Satya tidak masuk sekolah. Entah kenapa dia selalu absen jika hari Rabu. Tapi satu hal yang pasti, jika Satya absen alasannya kalau bukan alasan ya izin. Surat izinnya dituliskan oleh Azka pula, memang dasar Ketua tak tahu diri. Seenak jidat menyuruh orang lain menuliskan suratnya.
Azka sendiri tidak mau menceritakan mengapa Satya tidak masuk dan kenapa ia mau menuliskan suratnya. Tiap kali diinterogasi pasti jawabannya sama. Seperti saat ini.
"Azka, Satya nggak berangkat kenapa?" tanya Tasya. Tugasnya menjadi seksi absensi menuntutnya bertanya kepada orang datar ini. Padahal aslinya Tasya sangat malas berinteraksi dengan Azka.
Azka hanya diam dan menyerahkan sebuah amplop berisikan surat izin Satya yang baru ia tulis tadi pagi. Tanpa bicara sepatah kata pun.
Tasya menghela napas. Berinteraksi dengan orang yang pelit bicara memang menguji kesabarannya. Tasya segera mengambil surat itu dan pergi dari hadapan Azka. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih karena telah mempermudah pekerjaannya.
"Eh Stell, kira kira Satya ijin terus kenapa ya?" tanya Agista kepada Stella.
"Mana gue tahu. Gue bukan siapa-siapanya." jawabnya acuh.
Agista mengernyit melihat respon Stella. Jika sudah seperti ini, lebih baik dirinya menjaga jarak darinya daripada nanti kena getah.
Dilain sisi, Izly tengah panik. Dirinya mencuri curi pandang kearah pintu kelas. Letaknya yang berada dipaling pojok kelas membuatnya sedikit condong ke depan.
"Woi." tepuk Agista tepat dipundak Izly membuatnya terjingkat dan mengelus dada.
"Nunggu siapa sih? Kayaknya penting banget."
Dengan santainya, Agista duduk disamping Izly yang belum ada empunya. Lalu ia memainkan ponsel Izly yang kebetulan sama dengan ponselnya.
Ia kemudian membuka aplikasi milik Izly dan mendapati sebuah pesan dari Larissa. Dikarenakan keponya yang berlebihan, ia membuka begitu saja percakapan pribadi antara Izly dan Larissa.
Larissa Deluna.
Sa, lo dimana? Ini sudah jam masuk lho. |
| Aku ada di aula.
Kok bisa? |
| Mengisi buku telat.
Sudah apa belum? |
| Sudah.
Kok nggak masuk ke kelas? |
| Harus dijemput salah satu teman dari kelas.
Tanpa pikir panjang, Agista membalas pesan dari Larissa tanpa sepengetahuan Izly. Ia yakin Izly tidak akan memarahinya hanya untuk masalah sepele seperti ini.
Larissa Deluna.
Harus banget ya? |
| Iya, begitu kata Pak Yudi.
Agista menunjukkan pesan tersebut kepada Izly. Sesuai dugaan Agista, Izly melakukan apa yang ada di pikirannya.
"Tunggu apalagi? Yaudah ayo kita jemput." kata Izly menarik tangan Agista.
Agista tetap pada tempatnya. "Nggak, lo aja."
Izly bergegas keluar kelas dan berjalan secepat mungkin ke aula. Meninggalkan Agista yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...