"Aduh! Bego banget sih gue malah tidur di atap." Agista uring-uringan dengan dirinya sendiri. Semilir angin yang melewatinya membuatnya betah berlama-lama di atap ruang guru hingga ketiduran. "Astaga ini udah jam setengah lima lagi. Mampus gue."
Agista segera turun dari atap. Matanya mengawasi keadaan berjaga-jaga jika ada orang yang melihatnya, lalu ia berjalan mengendap-endap menuju kelasnya. Ia semakin mempercepat langkahnya ketika waktu terus berputar. "Gawat, gawat, gawat." pekiknya histeris.
Brak.
Ia menabrak pintu kelasnya sendiri. "Hiish sakitnya."
Pada dasarnya Agista itu pelupa jika sedang tergesa-gesa, ia tak sadar jika pintu kelas itu terbuka dan terkunci secara otomatis.
Tok tok tok.
Agista bernapas lega saat melihat ranselnya masih berada di tempatnya. Untung tidak ada yang mencarinya. Namun miris juga ia tak punya teman yang bisa memperhatikannya.
Agista meneteng ransel berwarna abu-abu ungu keluar kelas. Ia mengeluarkan ponselnya dan memencet tombol hijau setelah mencari kontak seseorang. Beberapa saat kemudian, ia tersambung dalam panggilan.
"Halo Kak."
"Halo Dek, gimana? Kakak lagi di sekolah nih." suara bass terdengar dari sebrang sana. Itu suara Vino Ravindra, Kakak dari Agista.
"Ngapain? Bukannya kakak di rumah?" tanya Agista keheranan.
"Iya tadi ada latihan basket dadakan." balas Vino.
"Yah terus aku gimana Kak? Aku masih di sekolah nih." tanya Agista memelas.
"Gini deh, nanti kakak suruh seseorang buat jemput kamu."
"Siapa orangnya?" tanya Agista penasaran. Ia tahu Kakaknya itu punya kuasa yang bisa memerintah beberapa orang tapi ia cukup penasaran dengan orang suruhan Kakaknya. Semoga saja orangnya ganteng dan bisa menghibur mata Agista.
"Ada deh, temen kakak. Sebentar lagi dia sampai."
"Cowok?" tanya Agista memastikan.
"Masa banci. Nanti kamu diantar ke sekolah Kakak, tenang aja."
Katakan Agista sedang tidak bermimpi sekarang. Agista akan ke SMA Sevit? SMA Favorit yang selama ini penuh akan manusia manusia tampan dan pintar. Agista tidak akan melewatkan kesempatan ini. Ia ingin melihat seberapa tampan penghuni SMA Sevit sehingga dipuja-puja kaum hawa di sekolahnya.
"Okey kak Aku tunggu. Awas lama." ancam Agista.
"Yaaa."
Di SMA Sevit, Vino mengelap wajahnya yang penuh akan keringat sambil menatap penonton dengan senyuman manis. Vino paling suka jika disuruh tebar pesona kepada gadis-gadis. Ia sadar diri kalau dirinya tampan dan menarik minat hati.
"Tebar pesona terus, senyum terus, jadian sama cewek kagak." kata Reygan. Lelaki yang juga tengah mengelap wajahnya dengan handuk kecil.
"Biasalah Vino." sahut Sadewa, sosok laki-laki berwajah adonis yang tengah menyugar rambutnya karena habis mengguyurnya dengan air dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...