Sesuai dugaan, rencana ini berjalan dengan sempurna. Brigitha mendekati Aliza yang tengah down dikantin sekolah. Selepas kepergian Stella, Brigitha langsung mendekati Aliza.
"Hey Al, lama nggak ketemu."
Aliza mendongak. "Oh, hai Bri."
"Gue baru tahu lo sekolah sini." ujar Aliza membangun topik pembicaraan.
"Iyalah, gue nggak famous kayak lo."
"Kelas apa lo?"
"IPA Satu."
Kelas orang elit. Ingat itu.
"Temennya Atika?"
"Hm bener."
"Gimana kabar Satya?" tanya Brigitha out of topic. Namun sebisa mungkin Aliza menepis bayangan buruk tentangnya.
"Baik aja. Kenapa?"
"Ah nggak. Kalian kan pasangan fenomenal. Satya yang ngejar-ngejar cinta tapi ditolak sama lo."
"Benarkah?" respon Aliza seadanya. Kepalanya terasa berat memikirkan harinya yang buruk.
"Lo suka sama Satya?" tanya Brigitha serius dan agak mendesak.
Aliza mengerjapkan matanya. Pertanyaan konyol macam apa ini?
Ia tak menjawab. Bibirnya terkunci rapat-rapat.
"Lo mau lepasin Satya buat gue?" ujarnya lagi.
"Lo suka sama Satya?" tanya Aliza balik dengan wajah datarnya.
"Iya, gue suka banget sejak masuk SMA malahan. Sebelum lo kenal sama dia."
Sebelum lo kenal sama dia. Sebelum lo kenal sama dia. Sebelum lo kenal sama dia. Perkataan Brigitha berputar-putar dipikirannya.
"Kenapa lo mohon sama gue? Kenapa lo nggak coba ngomong langsung sama Satya?" tanya Aliza heran setelah melamun sebentar.
"Karena Satya itu hanya patuh sama lo Aliza."
"Maaf Bri, gue rasa lebih baik lo ngomong sendiri."
Aliza hendak berdiri, namun melihat gelagat aneh Brigitha, ia tidak jadi. Ia melihat Brigitha merogoh sesuatu dari sakunya.
"Lo mau lepasin Satya buat gue atau lo mati disini?"
Brigitha menodongkan pisau belati diwajah pucat Aliza. Mata hijau itu mendelik melihat sebilah pisau menghunusnya.
Gila, gue diancem gini? Seorang Aliza diancem? DiaNceM?! diAncEM?!
Jiwa psycho Aliza menguar minta dibebaskan. Sudah lama ia tidak menyentuh benda tajam itu. Bibirnya tertarik keatas membentuk segaris senyuman sinis.
"Lo mau gue ajarin tutorial mengancam orang dengan benar Bri?"
Aliza menggenggam pisau itu dengan tangannya. Darahpun mengalir dengan deras. Kini malahan Brigitha yang merinding melihat kenekatan Aliza. Sontak ia melepaskan genggamannya pada pisau. Alhasil pisau itu kini berpindah tangan ke Aliza. Keadaan berbalik, Brigitha terkena senjatanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...