"Gue jamin dalam waktu tiga bulan ini, lo bakalan suka sama gue---Kelvan Andreano."
SMA Gemilang, Pukul 09.13 WIB.
Stella berjalan keluar kantor guru membawa kertas fotocopy yang berisikan materi materi Lingkungan Hidup. Kenapa dirinya? Karena ia bendahara dikelas. Dimana Chlora? Chlora sedang ada pelatihan untuk lomba OSN tingkat provinsi bersama Aliza.
Jadilah dirinya sendiri yang mengambil materi tersebut. Tumpukan kertas itu hampir menenggelamkan wajahnya saking banyaknya. Stella tidak keberatan sama sekali. Malahan ia sangat senang.
Ditikungan menuju lorong kelasnya Stella ditabrak seseorang dari depan. Kertas yang dipegangnya kini berhamburan kemana mana. Stella meringis mengusap pinggulnya yang sakit akibat tabrakan barusan.
Si penabrak yang ternyata cowok itu nampaknya baik baik saja karena ia tidak jatuh sama sekali. Melihat kertas materi tersebut menyebar kemana mana, Stella segera menyiapkan umpatan dihatinya. Tapi sebelum ia mengucapkan sepatah kata, tangan besar dan kekar terulur didepan wajahnya.
"Lo punya mata nggak sih" suara bass yang sangat familiar ditelinga Stella.
Stella mendongakkan kepalanya. Matanya membesar seiring ia menyadari siapa yang berada dihadapannya. Jantungnya seakan berhenti berdetak ketika melihat siapa yang menabraknya.
Gafero! -Stella
Stella bingung hendak menjawab apa. Setelah ia sadar bahwa ia memiliki rasa ketertarikan dengan seniornya ini, lidahnya seakan kelu bila diajak bicara dengan Gafero.
"Lo mau berdiri apa gue tinggal."
Stella menerima uluran tangan Gafero dengan cepat. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Lalu ia mengibas ngibaskan roknya yang kotor akibat ulah senior galaknya ini.
"Galaknya," lirih Stella.
Tanpa basa basi Gafero memunguti kertas kertas yang berada dilorong tersebut dengan cepat. Dirinya tak mau berlama lama dengan junior baru disekolahnya. Alasannya klise, ada masa lalu yang membuatnya seperti ini.
Stella juga ikut memunguti kertas tersebut dalam diam. Ia tak menyangka, jika Gafero sedingin itu. Memang benar, Gafero itu labil, kadang hangat kadang dingin. Kaya dispenser.
Setelah semua kertas tersebut terkumpul kembali ditangannya, Stella mengucapkan rasa terima kasihnya "Makasih kak bantuannya."
Gafero hanya mengangguk dan melenggang pergi dari sana. Seperti biasa, ia akan pergi jika urusannya sudah selesai.
Stella memandangi punggung Gafero dengan tatapan miris, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas X IPA 7. Kelasnya sendiri.
Tanpa Stella tahu, dibalik semua itu Gafero tersenyum tipis melihat kepergiannya.
Di Kelas Science 7, anggota kpopers kecuali Aliza dan Melsa, sedang membahas sebuah cerita diwattpad yang mengarah pada kpopers seperti mereka.
Gwen, paling semangat membicarakan biasnya. Sampai sampai ia teriak teriak tak jelas.
Jika kalian pikir kelas Science 7 adalah kumpulan orang orang cupu, maka kalian salah besar. Kelas orang pintar tidak selalu cupu. Malahan kelas ini amburadul dan berandalan. Tukang membantah guru adalah julukan yang pantas disematkan untuk kelas ini. Tukang penyepele pelajaran adalah julukan yang cocok untuk kelas ini.
Namun standar kelas ini sangatlah tinggi. Jika kalian mendapatkan nilai 80, siap siaplah kalian malu setengah mati dihadapan mereka semua. Karena nilai 80 tidak berguna bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...