"HUE KONSER SMTOWN LIVE DIBUBARIN!"
"HWAAHHH."
"GILA GILA GILA!"
"JENNIE KAI PUTUS!"
Teriakan anggota K-pop menggema ke seluruh penjuru kelas. Pada jam istirahat mereka berkumpul menjadi satu di pojokan kelas. Seperti biasa, mereka mengadakan rapat mingguan membahas hal-hal yang tidak jauh dari yang namanya Korea Selatan.
Severa. Singkatan dari SCIENCE SEVEN KPOPERS AREA adalah nama grup mereka. Kelas unggulan itu resmi membuat grup yang membahas hal berbau K-pop yang beranggotakan
Aliza,
Gwen,
Roza,
Melsa,
Resya, dan
Alexa.
Ucapan mereka yang seperti bahasa planet lain pun sudah dianggap lumrah dan biasa. Daripada menegur dan mendapat omelan yang tidak ramah, akan lebih baik tidak mengusik keenam perempuan yang sedang berunding masalah K-pop. Seperti pepatah jangan bangunkan kucing yang tidur, seperti itu pula jangan usik perkumpulan yang sedang serius.
Di sisi lain, ada Agista yang tengah mendengarkan musik sambil menyanyi tipis-tipis. Ia sama sekali tidak tertarik dengan keadaan sekitar. Lagu yang didengarkan nya lebih seru daripada berbicara dengan seseorang yang mana menghabiskan tenaganya, untuk saat ini.
Lalu, ada Nadine bersama Naira mencoba mendesain gaun yang akan dipakai untuk audisi. Sebagai perwakilan kelas, ia harus berusaha semaksimal mungkin agar dirinya terpajang di majalah sekolah tahun ini. Tahun pertamanya debut sebagai model sekolah ya bisa dikatakan juga sebagai model perwakilan kelas unggulan.
Sedangkan Tasya, sekretaris yang bertugas dibagian absensi kini tengah membuat daftar absen baru untuk bulan depan. Memulai lebih awal adalah hal yang ia sukai selama ini. Namun semuanya tak berjalan terlalu mulus seperti yang diharapkan. Ia harus bersabar kala Fariz, berusaha mengganggunya saat ini.
"Viola itu garisnya nggak lurus."
Fariz memanggilnya Viola, nama terakhirnya. Bahkan Aiden yang notabennya pacarnya pun tak punya nama spesial untuknya. Namun Fariz, lelaki gigih yang berusaha merebut hatinya belakangan ini memberinya perlakuan spesial yang tak didapatkan dari Aiden.
Kemarin Fariz memberinya parfum mahal. Tiga hari yang lalu dispenser dibeli Fariz karena tak tega melihat Tasya bolak-balik ke kantin hanya untuk membeli air minum. Seminggu yang lalu Fariz membeli AC untuk dipasang di kelas karena Tasya mengeluh kegerahan setelah olahraga.
Tindakan Fariz yang satu itu sampai membuat anak kelas tak bisa berkata-kata. Orang kaya seperti Fariz, melakukan itu semua seperti mengeluarkan uang koin dari dompetnya.
"Iya Riz." Tasya tidak membalas dengan lebih panjang, takut Fariz melakukan hal tidak masuk akal lagi. Sudah cukup kegilaan beberapa waktu belakangan ini.
"Apa perlu aku panggilin arsitek biar bisa garis buku kamu secara lurus?"
Sontak bola mata Tasya rasanya ingin loncat keluar dari tempatnya. Ucapan Fariz barusan begitu horor baginya. "Eh jangan, nggak usah. Masalah sepele kayak gini kok, jangan dibesarin."
"Buat kamu apapun itu nggak sepele loh Vi."
Fariz menopang dagunya, menatap Tasya seakan perempuan itu akan pergi darinya. Walau kenyataannya tak bisa memiliki, setidaknya Fariz bisa berjuang dengan caranya sendiri.
"Ah, nggak kok. Jangan gitu ya, aku nggak enak."
"Aku seneng deh Vi."
Tasya tetap fokus pada pekerjaannya meski Fariz menatapnya secara terang-terangan. Ia mulai terbiasa dengan sikapnya itu. "Kenapa memangnya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/169327518-288-k191364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...