Hari ini begitu asing dan terasa berat bagi Royvan. Ia merasakan sesuatu hal yang tidak beres dengan Agista. Terbukti, perempuan bernetra biru safir itu menjauhinya dengan terang-terangan. Royvan merasakan ada yang hilang setelah kemarin berlalu begitu saja.
"Woy! Melamun aja lo Van." Juan datang dan menepuk pundak Royvan sekilas. Ia duduk di atas mejanya lalu mengeluarkan ponselnya.
Royvan tidak merespon sedikit pun sapaannya. Suasana hatinya sedang tidak baik saat ini. Hanya karena seorang perempuan, ia menjadi galau. Ralat, bukannya galau tapi ia merasa bersalah dengan perempuan itu. Pikirannya terpecah kemana-mana. Ada apa dengan perempuan itu? Kenapa dia menjauh? Apa masalahnya? Pertanyaan itu beterbangan di otaknya sekarang.
"Halah, palingan dia lagi mikirin cewek." tebak Abay asal yang langsung direspon Royvan cepat. Nampak pupilnya melebar dalam sepersekian detik. Lalu kembali pada keadaan semula.
"Betul kan omongan gue? Padahal gue cuman asal nebak." kata Abay yang kemudian disusul tawa menggelegar di kelas mereka yang sepi. Teman-teman mereka pada ngacir ke kantin.
"Halah Van Van, cuma satu orang cewek aja galau. Contoh tuh si Abay yang tiap hari gonta ganti pacar, pacarnya itu lho Van bohay banget." cerocos Farel berusaha membangun mood Royvan. Ia juga melakukannya dengan penuh energi dan semangat.
"Bohay bohay mulut lo! Udah punya gebetan aja masih muji milik orang" sahut Fariz sinis.
"Eh lagian ya masih bagusan yang montok dan seksi dari pada cuma bohay doang." lanjutnya.
Kenan hanya diam saja karena ia sedang fokus membaca komik milik Galang. Meskipun geng mereka bermusuhan, tapi Galang dan Kenan berbeda. Mereka masih berkawan dan Abay tak keberatan.
"Bay, berani nggak lo nembak Atika. Bocah basket, cakep orangnya." tantang Fariz dengan menaik turunkan alis tebalnya dibalik kacamata.
Abay tersenyum nampak meremehkan. "Mau gue jadiin mainan berapa jam?"
"Tiga bulan. Kayaknya seru, habis dibaperin lalu ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya!" balas Farel memberikan ide yang cemerlang.
"Easy," ujar Abay santai menaikkan kakinya ke atas meja.
"Nggak mungkin lo bisa bertahan selama itu sama dia. Lo itu player yang terkenal nggak betah sama satu cewek selama sehari aja." ejek Fariz sangat nyinyir.
"Kalaupun mungkin, lo pasti bakalan jatuh cinta sama dia." lanjutnya menyiratkan nada kesinisan. Mulutnya memang sudah terlatih sinis sejak balita.
"Gue nggak yakin. Abay pasti tahan sama cewek itu. Nggak mungkin Abay jatuh cinta." sahut Kenan setelah menutup komiknya. Abay menurunkan kakinya dari meja dan beralih menaruh kaki kanannya ke atas kaki kirinya. Kebisingan yang diciptakan teman-temannya membuat ia tergerak untuk angkat bicara.
"Gue jatuh cinta? Yang ada cewek itu jatuh cinta sama gue. Kalian lihat aja nanti, gue bakalan buat dia mabuk asmara dan tergila-gila sama gue."
~Science 7~
Pelajaran biologi adalah pelajaran yang membosankan bagi Agista dan mungkin teman-teman lainnya. Dongeng sebelum tidur sepertinya lebih cocok disamakan dengan pelajaran tersebut. Ditambah gurunya yang nggak jelas cara mengajar nya membuat siswa kelas itu jengah.
Bosan, lesu, mengantuk adalah tiga kata yang cocok menggambarkan keadaan sebagian besar siswa siswi kelas ini. Mereka berusaha untuk belajar namun tidak bisa karena gurunya malah mengoceh sendiri layaknya story telling.
"Ya ampun, Bu Han itu ngomong apaan sih. Nggak jelas banget." gerutu Stella pelan, menutupi wajahnya dengan buku. Ia mengantuk dan ingin sekali menyelam ke dunia mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...