Athilia merasa sesak dengan pemandangan dihadapannya. Azicko, pacarnya itu tengah berpelukan dengan cewek yang Athilia tahu itu adalah musuh bebuyutannya dari kecil.
Ralat, mantan temannya yang menjadi musuh.
Athilia mati matian menahan tangisnya, ia benci Azicko, ia benci laki laki brengsek sepertinya.
Resya perlahan menarik Athilia dari tempatnya, seakan sudah lemas tak berdaya Athilia hanya menuruti permintaan Resya dengan bahu yang bergetar. Tak sangka ia akan mengalami nasib seperti ini.
"Sabar ya Tha... Hampir semua laki laki memang brengsek " ujar Carla mencoba menenangkan namun malah semakin memperburuk keadaan.
Alya menjadi sandaran bagi Athilia, sementara Tasya hanya diam ditempatnya. Ia tak bergeming sama sekali.
"Gue cabut" ujar Athilia menyeka butiran yang lolos begitu saja dari matanya.
"Jangan Tha... Lo itu lagi down," kata Resya menyanggah
Mata Alya mengisyaratkan agar Resya menuruti Athilia, dan Resya dapat menangkap maksud Alya dengan bagus.
Mereka berlima, geng BlackRose memasuki mobil masing-masing. Athilia menancap gasnya dengan kuat hingga berbunyi gemuruh dan menimbulkan banyak asap. Memutar mobilnya 180 derajat hingga membuat jejak ban terlukis dijalanan.
Sepanjang perjalanan Athilia mengemudi dengan ugal-ugalan dan tak beraturan. Ratu balapan mobil itu sangat kacau keadaannya.
Amukan, amarah, dan cacian pengendara lain sama sekali tidak menggubris dirinya. Ia semakin melajukan mobilnya, tak takut jika nantinya akan kecelakaan atau malah mati.
"Azicko Brengsek!" ujar Athilia memaki maki dan memukul stir mobilnya beberapa kali.
Resya dan Alya menatap miris mobil Lamborghini Pink itu, mereka saling berkomunikasi dan mengejar kemana perginya teman baik mereka.
"Al! Gue kehilangan Athilia!"
Alya menekan earphone wireless nya dan berkata "Terakhir, dimana koordinatnya?"
"Nanti gue kirim koordinatnya. Sekarang, lo tahu dimana dia?!" teriak Resya membuat telinga Alya sedikit berdengung.
"Ya belum tahu lah Resya sayang... Kita kan lagi cari dia" ujar Alya jengah dengan temannya yang gila korea ini.
"Kalo gue suruh Abay cari Athilia, mau nggak ya?" sepintas, Alya juga berpikir seperti Resya mengingat Abay dan Athilia adalah dua teman yang cukup akrab. Abay sendiri menganggap Athilia seperti saudaranya. Atau malahan lebih.
"Hei,, ngapa lo diem nyett. Ini lagi gawat jangan nglamun aja lo!!" ucapan Resya membuat Alya back to earth dan perlahan mulai kembali fokus.
"Iya iya sabar, nanti gue hubungin Abay" ujar Alya.
"Yaya, gue mau coba cari dia"
Alya memutus panggilannya lalu beralih menghubungi Abay. Tak membutuhkan waktu lama, ia sudah tersambung dengan Abay.
"Apaan Pir?" sapa Abay santainya membuat Alya menghela napas pelan karena Abay memanggil dengan nama julukannya. E(fir)a Alyatha. Ingin sekali ia mencerca Abay jika waktunya tidak seperti ini.
"Cariin Athilia, dia pergi dan gue nggak bisa ikutin jejaknya" ujar Alya was was, takut jika Abay menyemprotnya seperti dulu.
Sementara disana, rahang Abay mengeras seketika "Kenapa lagi?" tanyanya tiba tiba dingin dan tangannya mrngepal marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE 7 : WE ARE ONE
Teen FictionKelas unggulan dengan kemampuan lebih di atas rata-rata? Mungkin terdengar klasik. Namun begitulah kenyataannya. Bercerita tentang kelas IPA yang menoreh sejarah sepanjang sekolah didirikan. SMA Gemilang. Sekolah paling tidak berkompeten dalam mengu...