[34] Hakikat

1.3K 168 12
                                    

Pagi hari yang sejuk. Sangat dinantikan oleh penghuni kelas X IPA 7. Bahkan dari mereka ada yang berangkat pagi buta demi menyambut kembalinya ponsel mereka masing-masing. Melsa contohnya. Bahkan ia sampai menunggu Pak Satpam.


"Ih tangan gue sudah gatal nih pengen memegang ponsel." kata Melsa. Ia meremas jarinya gemas. Membayangkan benda pipih itu ada di tangannya.

Gwen menatap Melsa tak biasa. "Halah Mel, baru ponsel disita sehari. Apa kabar kalau lo terdampar di pulau terpencil yang nggak ada sinya dan seketika ponsel lo jadi nggak berguna. Gimana coba?" cetusnya. Melsa sedikit bingung untuk merespon omongan pedas Gwen.

"Nggak begitu Gwen, Mel itu cuman gemas pengen lihat biasnya." ujar Alexa menengahi. Ia berjaga-jaga jika Melsa berdebat dengan Gwen dan mereka membuat keributan. Sudah cukup nama kelas X IPA 7 tercoreng hanya karena masalah ponsel.

"Kalau bias lo habis siaran langsung gimana Mel?" kata Resya menakuti.

Melsa seketika berteriak. "YANG BENAR SYA?! KOK DARI MALAM NGGAK ADA INFO SIH?!"

Resya tertawa ngakak. Diikuti teman-teman lainnya. Mereka tertawa melihat raut wajah Melsa yang nampak seperti orang kesusahan.

Percayalah, raut wajah Melsa adalah sebuah hiburan tersendiri bagi kelas itu. Tatapan polosnya, wajahnya yang sekarang hampir tertutupi minyak dan tirus itu. Benar benar nyentrik!

Walaupun masih mereka akui, Melsa dalam kategori cewek cantik dengan kacamata bertengger manis diwajahnya.

"Nggak Mel, gue cuma becanda." kata Resya. Melsa pun nampak salah tingkah dan memilih meringis malu karena terlalu lebay.

"Maaf Mel, habisnya Sehun beneran siaran langsung sama Chanyeol." ujar Resya kemudian. Melsa langsung melotot.

"Ini nggak becanda kan Sya?"

~~~

Satu persatu personil kelas itu mulai berdatangan. Wajah mereka tak berbeda jauh dengan Melsa yang berseri-seri menantikan ponsel.

Tibalah saat jam pelajaran pertama dimulai. Namun, Pak Pedro ternyata belum datang ke sekolah.

"Lah, Kenapa si Pedro itu nggak masuk pagi ini?" tanya Galang. Terdengar kurang sopan karena mengatai gurunya tanpa embel-embel Pak. Hal itu langsung menarik minat Izly untuk berkomentar.

"Pak Pedro Lang." koreksi Izly.

Galang mendengus. "Habisnya gue kesel sama tuh guru! Main sita ponsel orang aja!"

"Bukan lo doang kali." ucap Stella kalem di belakang Izly.

"Diem lo tutup panci, ponsel nggak iPhone aja sok dikangenin." serobot Gwen pedas.

Galang menatap tak suka kearah Gwen. Begitupun teman teman lain yang mendengar. Mereka merasa tersinggung dengan perkataan Gwen.

"Terus memang kalau ponsel kita biasa aja lo mau sewot gitu?" sarkas Rika balik. Cewek bermulut lemes itu nampak tak menyukai Gwen.

"Kalo lagi menstruasi, diem sono. Nggak usah ngomong yang aneh. Bikin orang marah aja." tambah Galang. Ia beranjak darisana. Sungguh ia muak dengan diskriminasi sosial yang tertanam pada diri Gwen.

SCIENCE 7 : WE ARE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang