Penantian Terindah #6

901 52 1
                                    

Es tak selamanya membekukan, dan mentari tak selamanya menghangatkan.

❄☀️❄

Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Lia. Bagaimana tidak, hari ini teman ayah dan sekeluarganya akan berkunjung ke rumah. Sebenarnya tidak masalah bagi Lia jika dia di izinkan untuk tidak ikut menyambut mereka. Bukan maksud apa-apa sih, tapi dia kan harus bersikap profesional, terlepas dari statusnya yang berasal dari keluarga berada. Tetapi, setelah melakukan negosiasi yang cukup alot dengan ayahnya, akhirnya Lia di izinkan untuk bekerja walau hanya setengah hari. Lagi pula dia juga tidak tau siapa yang akan datang, dan tidak penting pula.

"Huft, akhirnya selesai juga." kata Lia beranjak dari meja kerjanya.

"Lho, Li, kamu mau kemana ?" tanya Silvi.

"Hmm, ini mbak, Lia izin pulang lebih awal. Karena ada sesuatu hal yang nggak bisa Lia tinggalkan di rumah."

"Oh, gitu, yaudah kamu__" perkataan Silvi terputus karena seseorang yang tiba-tiba masuk dan menarik Lia.

"Huhh, akhirnya ketemu juga, ternyata di sini kamu rupanya." kata Ana dengan nafas tak karuan.

"Ada apa, mbak Ana kog kaya orang lagi di kejar hantu gitu."

"Nih," kata Ana menyerahkan sebuah map pada Lia. "Kamu antar laporan ini ke ruangannya bos. Aku harus cek laporan keuangan bulan ini."

"T_tapi mbak,"

"Udah buruan, keburu bos marah-marah nanti."

"I_iya mbak."

Lia pun akhirnya pergi ke ruang CEO untuk mengantarkan map yang di berikan oleh Ana. Dia sebenarnya merasa grogi untuk menghadap pada atasannya. Tapi, dia juga tak tega melihat mbak Ana yang kebingungan seperti itu. Akhirnya dengan keberanian seujung kuku, dia memberanikan diri untuk mengantarkan map itu.

Lia menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu atasan di perusahaan itu. Dengan ucapan basmallah dia meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Permisi, pak."

"Masuk." kata orang yang duduk di kursi yang membelakanginya.

"M_maaf pak, saya mau mengantar laporan dari bagian keuangan."

"Di mana Ana, kenapa bukan dia yang mengantarkannya sendiri."

"Dia ... maksud saya, mbak Ana sedang mengecek data keuangan bulan ini, pak." kata Lia.

"Oke, taruh situ."

'Duhh, nih orang beneran apa bukan sih, dingin banget. Datar juga kaya tembok.' batin Lia.

"Baik, pak."

Lia pun menaruh laporan tersebut di meja atasannya. Namun, belum sempat dia izin undur diri, atasannya itu membalikkan kursinya.

"KAMU...!!"

***

Sungguh hari yang menyebalkan dan melelahkan bagi Lia. Ingin rasanya Lia menenggelamkan dirinya ke lautan jika mengingat kejadian di kamar mandi rumah makan waktu itu. Bagaimana tidak, ternyata orang yang sempat dia tuduh waktu itu adalah atasannya sendiri, dan lebih parahnya lagi, Lia baru saja mengetahui itu beberapa waktu lalu.

'Duhh, dasar bodoh kamu Lia, harusnya kamu tidak sembarangan menuduh waktu itu,' kata Aulia pada dirinya sendiri.

'Ehh, tapi kenapa wajahnya mirip sekali dengan kak Fian yah. Jangan-jangan mereka...'

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang