Terkadang apa yang kita mimpikanlah yang membuat kita terluka.
🍂🍂🍂
Lia menjadi lebih tertutup dengan keluarganya dan lebih banyak berdiam diri sejak kepulangannya dari rumah makan beberapa hari yang lalu. Bagaikan di lambungkan ke langit ketujuh dan selanjutnya di jatuhkan ke bumi, sejenak dia memang kagum dengan apa yang dia lihat saat itu. Dia sempat berfikir jika pemilik rumah makan itu adalah Iel, sahabat lamanya. Karena yang Lia tau hanya kepada Iel saja dia bercerita secara detail tentang impiannya untuk menciptakan sebuah tempat berkumpul dengan tiga tema. Tapi semua itu hanyalah harapannya saja, lebih tepatnya harapan tak berujung. Karena nyatanya pemilik rumah makan itu adalah Fajar, kakak iparnya sendiri. Lia ingat dia pernah bercerita tentang tempat yang paling di sukainya, tapi siapa sangka jika itu di gunakan Fajar untuk tema dekorasi rumah makannya, dan lebih parahnya lagi semua itu sengaja di siapkan sebagai kejutan untuk Alyn, kakaknya.
Lia masih enggan untuk keluar dari kamarnya. Dia benar-benar merasa telah di khianati setelah kejadian beberapa hari yang lalu di rumah makan tersebut. Bahkan keberadaannya tak di hiraukan oleh keluarganya sendiri. Dia hanya bisa duduk termenung di sebuah ayunan di taman itu, saat seluruh keluarganya merayakan kesuksesan yang telah di raih oleh Fajar dan Alyn.
Tok tok tok
"Lia sayang, ayo turun kita sarapan bersama nak."
Sebuah ketukan pintu dan panggilan umi Asma telah menyadarkan Lia dari semua lamunannya. Dia melihat jam yang ada di kamarnya dan segera mengambil tasnya sebelum keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan perlahan. Sejenak dia mendengar canda tawa dari arah ruang makan. Saat ini rumah Lia memang begitu ramai karena semua kakaknya sedang berkumpul. Lia berhenti sejenak saat melihat seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di ruang makan. Kebahagiaan tercetak jelas di wajah mereka, tapi tak ada yang tau bahwa saat ini Lia tengah mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh saat itu juga.
"Ehh, princess nya abi udah cantik banget mau ke mana nih, kita sarapan bersama dulu yuk." ajak Hasan pada putrinya.
Lia hanya tersenyum menanggapi abinya. "Hmm, sepertinya Lia sarapan nanti saja abi. Lia sedang ada janji dengan seseorang pagi ini."
"Yahh, padahal abi lebih senang jika putra putri abi berkumpul dan sarapan bersama. Tapi yasudah lah, mungkin lain waktu, atau hanya harapan abi saja." kata Hasan merajuk.
"Maafkan Lia, abi. Lia nggak ada maksud seperti itu." kata Lia sambil memeluk abinya sayang.
"Hahaha, abi bercanda kog sayang. Yasudah, kalo kamu memang tidak bisa dan harus berangkat sekarang, tapi kamu harus hati-hati yah."
"Iya abi."
Lia segera berpamitan pada abi dan uminya, juga pada kedua kakaknya. Dia tersenyum ke arah mereka semua dan pergi meninggalkan ruang makan dengan menahan sesak di dada, tapi raut wajah sedihnya tak bisa luput dari pandangan Fikri, karena hanya Fikrilah yang bisa memahami Lia sedalam-dalamnya.
Lia memang sudah mengikhlaskan Fajar untuk kakaknya, tapi dia masih butuh waktu untuk menerima semua kenyataan itu. Apalagi setelah kejadian di rumah makan tempo hari telah benar-benar meruntuhkan pertahanannya. Lia segera berjalan keluar rumah, karena taksi online pesanannya telah datang. Lia benar-benar terkejut karena ada sebuah tangan yang tiba-tiba menahan pintu mobil itu.
"Abang ? Kenapa__"
"Kamu bohong dek." kata Fikri dingin sambil menatap tajam adiknya.
"Tolong biarkan Lia pergi." kata Lia tak kalah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
SpiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...