Semakin tinggi engkau memanjat, maka semakin kencang pula angin yang berhembus.
🍃🍃🍃
Sudah hampir satu bulan Lia kembali ke kota kelahirannya dan menjalani rutinitas kehidupan seperti biasa. Lia kini tengah menikmati masa-masa akhir perkuliahannya. Dia saat ini tengah mencoba untuk ikhlas akan semua takdir yang Allah gariskan untuknya, dan membiarkan hidupnya mengalir seperti air.
Kegiatan Lia sehari-hari berjalan seperti biasanya. Dia pergi ke kampus untuk berkonsultasi dengan dospem, mengerjakan skripsi, dan sesekali berkumpul dengan teman-temannya. Tapi bagi orang yang terlampau dekat dengannya pasti akan merasakan satu hal yang berbeda darinya. Lia kini menjadi sosok yang lebih pendiam, dia lebih senang mendengarkan temannya bercerita, dan hanya akan menimpalinya sesekali saja.
Hampir semua orang heran dengan perubahan yang terjadi pada diri seorang Lia. Terutama kedua sahabat Lia, Nesha dan Dira. Mereka berdua sudah menyerah menghadapi sikap baru Lia, karena sudah berbagai cara telah mereka lakukan untuk membuat Lia kembali seperti dulu.
Seperti yang mereka lakukan saat ini, Dira dan Nesha tengah mengamati Lia yang sedang memesankan makanan. Bahkan mereka mengamati Lia sejak mereka keluar dari kampus dan memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah rumah makan.
"Eh, Ra, kamu merasa ada yang aneh nggak sih sama Lia ?" bisik Nesha pada Nadira yang ada di sebelahnya.
"Iya, kamu benar Nes. Ternyata begini yah, efek kehilangan orang terpenting dalam hidup itu. Eh, tapi itu beneran Lia sahabat kita kan, nggak ke tuker sama yang lain." balas Dira.
"Kamu itu rabun atau gimana sih, Ra. Jelas-jelas dia itu Lia sahabat kita, dan bukan mbak-mbak penjual jamu." kata Nesha sebal.
"Ya, habisnya dia itu beda banget, sih. Nggak kaya Lia yang aku kenal dulu."
Mereka berdua masih saja membicarakan sahabatnya, sampai tak sadar orang yang tengah mereka bicarakan sudah berada di depan mereka.
"Kayaknya asyik banget, lagi bahas apa sih ?" tanya Lia membuat kedua sahabatnya terkejut.
"Itu Li, kita lagi bahas hal aneh yang terjadi pada kam__ Aawwhh." kata Dira terpotong karena Nesha menginjak kakinya yang berada di bawah meja.
"Kak Fian ! Iya, kita lagi bahas hal aneh yang terjadi pada kak Fian. Kamu masih ingat kak Fian kan ?" kata Nesha dengan senyum yang terlihat di paksakan.
Lia hanya membalas ucapan Nesha dengan senyuman. Dia sebenarnya tau jika ada yang di tutupi oleh sahabatnya, tapi dia juga nggak mau memaksa sahabatnya.
Nesha masih menatap Lia dengan senyum kikuk, karena dia merasa jika dirinya tengah di interogasi oleh Lia. Sedangkan Dira, jangan di tanyakan lagi. Karena saat ini dia tengah asyik dengan semangkuk bakso yang ada di depannya.
Lia kemudian menghembuskan nafas berat, lalu kembali fokus pada lemon tea pesanannya. Nesha yang melihat perubahan di wajah Lia kemudian memberanikan diri untuk memanggil sahabatnya.
"Li ? Kamu baik-baik saja aja kan ?" tanya Nesha hati-hati.
Dira yang mendengar ucapan Nesha juga mengalihkan pandangannya ke arah Lia. Sedangkan Lia hanya tersenyum tulus pada sahabatnya.
"It's okay, aku nggak papa kog. Aku juga nggak mau maksa kalian."
"Li, tolong jangan begitu, kita minta maaf yah." kata Nesha pada Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Terindah ✅
SpiritualHidup dengan sebuah masa lalu yang kelam memang bukanlah pilihan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa meraih masa depan yang indah dan penuh kebahagiaan. Meskipun banyak rintangan yang menghadang, bukan berarti kita menyerah pada keadaan. Cukup ikh...